Nada sedang melangkah menuju toilet karena dia sedang kebelet. Tapi entah mengapa dia seolah merasa ada yang mengikutinya atau hanya perasaanya saja, karena koridor yang menuju toilet lumayan sepi dan tidak ada ruang kelas yang terletak dekat toilet.
Setelah selesai menuntaskan hajatnya di toilet dia dan ingin keluar tetapi tiba-tiba ada yang mendorong pintu dengan kasar. Nada terkejut akan kedatangan Prissil dan teman-temannya.
“Lo jadi cewe muna juga ternyata” sindirnya sinis kepada Nada.
“Maksudnya apa?” Nada bingung dengan maksud perkataan Prissil.
“Wah pake nggak ngaku lagi dia Sil” sahut Dizzy sembari bertepuk tangan dan tersenyum miring.
“Lo ngaduin gue ke Deril kan? Luar biasa Lo udah mancing amarah gue tau gak!!” bentak Prissil tepat di depan muka Nada. Nada berjengit dan mundur lagi kebelakang sampai mentok di dinding.
“Enaknya kita apain aja ya guys?” tanyanya seraya memandang satu persatu temannya.
“Siram aja pake air pel sama buat mukanya yang sok cantik jadi jelek aja gimana?” usul Lesta dengan seringainya. Yang lainnya termasuk Prissil mengangguk mengiyakan usul Lesta.
Nada semakin cemas dengan apa yang dilakukan mereka kepadanya. Nada bisa melihat salah satu dari merek keluar dan masuk lagi seraya membawa se ember air yang bisa Nada duga itu air bekas pel an lantai.
Nada semakin menggeleng ketakutan ketika Prissil mendekat ke arahnya dan terlihat ingin menuangkan air kotor itu ke badan Nada.
Byurr
Suara siraman memekakan telinga Nada, gadis itu memejamkan mata ketika air itu menyentuh tubuhnya. Dia juga dapat merasakan tubuhnya di hentakan dan seketika wajahnya tertoleh ke samping. Prissil melampiaskannya dengan menampar dan memukul tubuh Nada. Bahkan teman Prissil yang bernama Lesta mendorong tubuh Nada sampai terjatuh dan kakinya terantuk dinding. Nada meringis kesakitan saat kakinya terasa sangat sakit.
Nada bahkan bisa merasakan darah keluar dari hidungnya karena kuatnya tamparan Prissil yang dilakukan berkali-kali. Jauh dalam hati Nada dia menjerit dan meronta saat diperlakukan begini oleh orang lain.
Brakk!!
Terdengar lagi suara pintu dibuka dengan paksa dan terlihat seorang perempuan yang menggunakan topi terbalik dan rambut pendek di sertai tatapan tajam masuk ke dalam toilet.
“Oh ternyata ada yang sok jagoan disini?” katanya dengan tatapan tajam yang menyorot ke arah Prissil.
“Bukan urusan Lo mau gue apakan dia gak ada hubungannya dengan lo” sahut Prissil tak terima dengan perkataan gadis itu.
“Jelas urusan gue karena gue udah ngeliat Lo ngebully orang lain di depan gue sendiri” tekannya dengan seringainya.
“Lebih baik Lo pergi deh bawa antek-antek Lo keluar dari hadapan gue” perintahnya lagi dengan menunjuk pintu keluar.
“Kalo gue gak mau gimana?”
“Oh kayanya gue udah lama gak ngehajar orang. Mungkin kalian bisa jadi samsak gue kayaknya” sembari mengeluarkan seringainya dan membunyikan jari-jari tangannya.
Prissil termundur terkejut, tapi dia mulai menormalkan ekspresinya. Siapa yang tidak kenal perempuan di depannya ini, namanya Alinka Putri Neswara, seorang juara Taekwondo berturut-turut. Prissil yakin kalo dia tidak menuruti kata perempuan itu dia gak akan segan-segan menghajarnya.
Nada juga mendongak melihat perempuan itu, dia melirik Prissil, Nada heran ternyata ada orang yang bisa membuat Prissil ciut.
“Cabut yuk guys” ajaknya seraya pergi keluar toilet dengan wajah masam. Prissil keluar dari toilet diikuti teman-temannya seraya melengos angkuh.
Tersisa Nada dan perempuan yang menolongnya di toilet itu. Nada masih terdiam di sudut belum beranjak sedikitpun. Gadis itu terlihat menyedihkan dengan rambut acak-acakan dan wajahnya yang berbekas kemerahan serta darah yang keluar dari hidungnya tanpa henti.
“Lo masih kuat berdiri?” tanya Putri seraya mendekati dan berjongkok di depan Nada. Terdengar ringisan dari bibirnya melihat luka yang ada di tubuh Nada.
Nada tersenyum pelan lalu mengangguk sebagai jawaban. “Gue bantu aja. Ayo!” Putri berdiri dan memegang lengan Nada dengan pelan.
Nada hanya menurut saat Putri membantunya bangkit dan merangkulnya. Putri membawa tubuh ringkih Nada dengan perlahan karena kaki Nada juga sedikit keseleo saat tadi di dorong oleh Lesta. Untungnya ruang UKS tidak terlalu jauh jadi mereka bisa dengan cepat tiba di situ.
Ruang UKS terlihat lenggang dan Putri mendudukkan Nada di atas brangkar lalu dia sendiri mencari obat untuk mengobati luka Nada. Nada sendiri berusaha mengantikan mimisannya dan mengusapnya dengan tisu.
Putri menuangkan sedikit alkohol dan mengusapkannya di lengan Nada yang tergores tanpa dirinya sadari. Nada hanya terdiam melihat perempuan yang bahkan tidak dirinya kenal tapi dia bersedia membantu dirinya dengan risiko melawan Prissil.
“Udah gue obatin, dan berhenti menatap gue seperti itu. Gue tau kok gue cantik dan baik hati. Gak perlu berterima kasih!” ucapnya seraya mengangkat dagunya dan tersenyum percaya diri.
Nada tidak tahu harus berkata apa, dia hanya menatap diam Putri yang masih dengan gayanya. Sedikit tidak menyangka karena saat melawan Prissil tadi dia terlihat garang tapi sekarang dia terlihat seperti gadis narsis. Tapi memang dia gadis yang cantik walau terkesan tomboi.
“Perempuan tadi benar-benar gila. Ini sekolah bukan tempat untuk pamer kekuasaan kali. Rasanya gue pengin tuh mendaratkan pukulan terbaik gue di muka badutnya itu!” ucapnya dengan berapi-api seraya mengepalkan tangan ke udara
Nada hanya tertawa kecil mendengar gerutunya perempuan yang masih tidak dia ketahui namanya.
“Oh iya gue belum kenalan sama Lo. Nah kenalin nama gue Alinka Putri Neswara, tapi bukan anak raja. Gue cuma anak Ayah sama Bunda gue” jenakanya serta tangannya yang terulur ke arah Nada dan disambut dengan senang hati oleh Nada.
“Aku Melodi Denada, panggil aja Nada”
“Gue ambilin es dulu buat memar di pipi Lo sama buat kaki lo. Gak apa-apa kan kalo gue tinggal bentar” ucapnya sembari menatap Nada untuk memastikan.
“Iya gak apa-apa” jawab Nada disertai anggukan.
Setelah mendengar jawaban Nada, Putri melangkah keluar dari UKS. Dan tertinggal Nada sendirian di dalam ruang UKS yang sepi. Gadis itu memejamkan matanya pelan, tanpa dia sadari air mata merembes dari matanya. Dengan lekas dia mengusap pipinya, dia tidak suka air mata yang keluar. Dia tidak ingin terlihat lemah tapi bukankah dia memang sangat lemah dan pecundang.
Fisiknya sakit tapi jiwanya lebih sakit lagi. Entah berapa lama dia harus menghadapi hal ini. ‘Tidak apa-apa Nada. Kamu kuat, bertahan lagi ya dunia gak akan selamanya jahat sama kamu kok’ hiburnya pada dirinya sendiri.
“Kalo Lo mau nangis, nangis aja gak usah di tahan” suara berat khas lelaki mengejutkan dirinya. Nada mendongak melihat seseorang yang berdiri di depannya. Kening gadis itu mengerut ketika menyadari siapa yang berkata tadi.
“Kamu ngapain di sini Arkan?” tanyanya dengan suara parau.
Arkan tidak menjawab pertanyaan Nada, melainkan dia menatap Nada dengan tatapan marah. Kemudian Nada melihat lelaki itu memejamkan matanya dan setelahnya menghembuskan nafas panjang.
“Apa sangat sakit?” tanyanya dengan menatap wajah Nada yang lecet dengan nanar. Nada tidak bisa mengartikan tatapan Arkan padanya. Dia menggeleng kepada Arkan.
Arkan mengambil kursi di samping dan membawanya mendekati brangkar Nada dan duduk diatasnya. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Nada dan tangannya terangkat mengelus bekas tamparan di wajah Nada. Nada menahan nafas melihat perlakuan Arkan dan jarak wajah Arkan yang begitu dekat dengan dirinya.
“Maaf..pasti lo sangat kesakitan selama ini” lirihnya dengan tatapan sendu.
“A-apa maksudmu?” tanya Nada terbata. Sungguh dia tidak mengerti mengapa Arkan seolah sangat sedih ketika menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
mama Al
hmmm Arkan apa kah ada rasa sama nada
2023-04-19
0
Rubi Man
Arkan perhatian banget sama Nada kenapa Thor🤔
2023-03-22
1