Kepulangan Mita dari perusahaan tentu saja membuat Yazid menghela napas lega. Semua makanan yang sudah ia telah terkuras habis begitu saja di muntahkan tanpa sisa. Yazid sungguh tak bisa menahan rasa mual di perutnya. Ia tak hentinya mengmpat sang istri di kamar mandi. Sedangkan Mita kini baru saja tiba di rumahnya. Ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan senyum mengembang di wajahnya. Satu orang yang selalu menjadi tempatnya bercurah yaitu nenek mertua.
Di kamarnya Mita menelpon sang nenek.
"Kok tumben tidak menangis, Mit?" tanya sang nenek. Di sana ia melihat wajah Mita yang berseri-seri.
Hatinya sungguh senang melihat sang suami yang makan dengan lahap. "Nek, besok aku mau ke kantor lagi deh bawain makan siang Kak Yazid. Kayaknya masakan aku kali ini berhasil. Buktinya dia makan sampai habis." ujar Mita dengan perasaan bangga.
Sang nenek yang mendengar pun tersenyum entah itu karena masakan Mita yang memang enak atau karena sang cucu mendengarkan ucapannya untuk tidak membuang makanan yang sudah di masak sang istri.
"Yasudah kamu belajar masak terus yah biar rasanya semakin enak. Sekarang kamu istirahat nanti sore Yazid akan pulang kerja sambutlah suamimu dengan baik."
Panggilan mereka pun akhirnya terputus. Mita yang mendengar ucapan sang nenek enggan untuk istirahat. Ia lebih memilih mencuci pakaian. Tutorial di youtube menjadi panduan wanita itu saat ini dengan merek mesin cuci yang sama.
Setengah hari wanita itu habiskan dengan membereskan pakaian di ruangan khusus. Ia bahkan menahan kantuk yang luar biasa saat ini sebab bangun sedari subuh. Beberapa kali ia meregangkan tubuhnya yang lelah untuk menyetrika.
"Kenapa lipatanku seperti ini yah? Tidak bisa rapi seperti di video itu." ujarnya kesal melihat satu baju beberapa kali sudah ia lipas masih tak bisa nampak rapi dan simetris.
Jadilah sekian banyak pakaian ia gantung tanpa ada yang terlipat saat itu. Tak lama kemudian Mita terlelap sembari duduk bersandar di ruangan itu. Ia tidak sadar jika asap di depannya mulai menguap.
Dari arah luar suara mobil yang nyaris tak terdengar membuat Mita tidak terbangun sama sekali. Suara langkah kaki Yazid menuju kamar kala itu pun jelas menggema di rumah. Kepulangannya di sambut dengan penampakan rumah yang kacau. Lantai berminyak serta dapur yang masih berantakan sampah yang belum di buang. Pria itu memijat kepalanya sakit saat itu juga.
"Mana lagi tuh orang?" makinya mengumpati sang istri yang tak kunjung datang. Kamar kosong, Yazid mencari ke arah mesin cuci nampak pakaian masih ada yang belum selesai di cuci. Ia berjalan ke arah ruang pakaian di sana ia membulatkan matanya.
"Astaga!" ia berteriak dan sontak itu membuat Mita terlonjak kaget.
"Kak Yazid, kenapa ini?" tanyanya syok saat membuka mata ruangan sudah berasap.
Bukannya menolong, Yazid justru mendorong tubuh sang istri. "Kamu becus nggak sih kerja?" ia berlari setelah mendorong Mita tersungkur di lantai.
Yazid mencari alat khusus pemadam api. Nyaris rumah baru mereka akan lenyap. Beruntung ia sudah pulang dari kantor. Mita yang mengabaikan hal itu turut berlari mengejar sang suami untuk membantunya.
"Hentikan, Mita!" teriak Yazid dengan kencangnya. Jelas wajahnya begitu marah saat ini.
"Tapi Kak, aku mau bantu-"
"Jangan buat semua makin kacau!" sentak Yazid membuat Mika terdiam di tempatnya. Pria itu melangkah memadamkan api saat itu. Dia yakin jika ini bukan perkara soal meletakkan setrika di pakaian saja melainkan suhunya yang terlalu tinggi bisa membuat pakaian itu jadi mengeluarkan percikan yang membuat api menyala.
Mita diam memperhatikan sang suami di dalam sana dengan mata yang berkaca-kaca. Lagi-lagi ia melakukan kesalahan. Mita sedih ia menuju kamarnya dan duduk di sisi ranjang.
"Aku tidak boleh nangis. Masakanku hari ini di makan habis sama Kak Yazid. Aku tidak boleh nangis." ujar Mita menyemangati dirinya sendiri.
Sedangkan di luar, Yazid yang selesai mengamankan rumah tampak terduduk menghela napas lega. Kepulangannya yang lelah ingin istirahat justru harus di sambut dengan hal yang sangat menguras emosi seperti ini akibat memiliki istri yang tidak bisa melakukan apa pun.
"Heran, bisanya apa sih wanita itu?" gumamnya kesal.
Malam harinya Mita pun memasak kembali. Kali ini ia memasak sup dan tempe goreng saja. Mita benar sangat hati-hati dalam memasak. Jangan sampai ada hal yang membuat sang suami marah. Namun, pikirannya yang melamun akibat kejadian siang tadi saat Yazid mendorongnya kasar membuat Mita sampai lupa mengambil pelapis kain untuk memegang gagang panci sup.
"Auh..." keluhanya segera membungkam mulut. Tangannya melepuh malam itu namun Mita tak ingin sang suami tahu. Ia tidak ingin menunjukkan kecerobohannya pada sang suami.
"Kak Yazid hanya boleh tahu aku tidak bisa memasak. Aku tidak mau di anggap ceroboh dan pengacau." ujarnya.
Mita pun bergegas menurunkan lenga baju panjangnya agar tidak menampakkan tangan yang melepuh itu. Keduanya makan dengan tenang, meski lagi-lagi Yazid merasa seperti menelan air micin. Kini bukan rasa garam lagi tetapi micin yang sangat berlebihan.
"Astaga, Tuhan...apa boleh aku meminta mengganti istriku?" gumamnya dalam hati saat memejamkan mata. Ingatan Yazid pada perkataan sang nenek lagi-lagi membuatnya meneguk air putih untuk mendorong makanan di mulutnya.
"Kak setelah makan gosok gigi dan tiduryah? Aku akan memijit mu." ujar Mita menunjukkan perhatiannya kembali.
Meski Yazid hanya diam tak merespon, Mita melakukan hal itu saat di keduanya berada di kamar. Ia memijat dengan pelan kaki sang suami. Beberapa kali Yazid memutar malam bola matanya kala merasakan sentuhan tangan sang istri sama sekali tidak terasa.
Bahkan beberapa kali Mita melirik ponselnya saat mendengar suara notifikasi. Yazid yakin jika itu adalah teman-teman sang istri. Dan benar tebakan Yazid. Sekilas Mita melihat percakapan di grup tanpa membuka ponselnya.
Para teman sekumpulannya mengajak untuk nongkrong. Sejak menikah Mita benar-benar tak pernah bergabung dengan mereka. Ia berjanji pada keluarga dan sang nenek untuk menjadi istri yang baik. Mita selalu menghabiskan waktunya untuk mengurus suami dan rumah. Tanpa ada mengeluh sama sekali.
"Yah, si Mita benar-benar payah. Laki-laki itu jangan terlalu di rajakan. Nanti ngelunjak." sebuah chat kembali masuk meski Mita tak ada menjawab pesan mereka.
Samar Yazid melirik sang istri memastikan jika dugaannya benar. Itu hanya pesan dari teman-teman Mita. Keheningan malam itu pun berlanjut hingga keduanya memutuskan untuk tidur. Seperti biasa Yazid akan berbaring memunggungi sang istri dan Mita memeluknya erat dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Juni Cutma
ayo kamu pasti bisa..
jangan malu untuk belajar memasak dan belajar cara mengurus rumah dan suami...
semangat 💪 💪💪💪💪
2023-03-21
0
Dede Anggraeni
Ayo mitta ambil kursus masak,,dan belajar mengurus rumah,,Aku juga kesel bangt bangt sama. mitta,tapi aku sangat menghargai usah dia,Semangat ya mit,,JANGAN MALU BUAT AMBIL KURSUS MASAK 💪💪💪
2023-03-21
2
Dede Anggraeni
di ajarin yazid,buka hanya di marahin aja
2023-03-21
0