Terpaksa Pulang

Jika biasa Nia akan dengan senang hati mendengar curahan hati Yazid, tidak untuk kali ini. Ia memutar bola mata malas justru meninggalkan pria itu masuk ke dalam kamarnya lagi. Melihat sikap Nia, Yazid acuh. Baginya itu hal yang biasa. Ia malam itu justru merebahkan tubuhnya di sofa apartemen milik Nia dan enggan untuk pulang. Tanpa tahu jika di rumah sang istri tengah menunggu dengan perasaan cemas. Mita sama sekali tak tidur sesekali ia membuka gorden jendela untuk melihat apakah sang suami sudah datang atau belum.

"Kenapa Kak Yazid belum juga pulang sih? Ini sudah tengah malam." ujarnya saat melihat jam yang sudah larut. Meski rasanya sangat mengantuk, Nia tetap memaksakan dirinya untuk menunggu.

Ponsel yang semula ia letakkan di kamar kembali ia ambil. Panggilan pada sang suami tak juga di angkat. Dan Nia menelpon lagi sang nenek mertua. Sungguh malang nasib Fena yang baru saja terlelap usai mendengarkan tangisan panjang sang cucu menantu harus kembali terbangun.

"Ada apa lagi, Mita?" suara Fena nampak serak akibat terlalu mengantuk.

Di layar ponselnya ia melihat Mita sudah tak lagi menangis hanya matanya yang berkaca-kaca saat ini.

"Nek, Kak Yazid belum juga pulang. Ini sudah tengah malam. Kemana dia? Kalau sebentar lagi belum pulang. Aku yang akan keluar dari rumah mencarinya." ujar Mita sontak saat itu juga membuat mata Fena membulat sempurna..

"Eh jangan, Mita. Oke, biar Nenek saja yang telepon dia. Ada-ada saja kalian ini baru satu hari menikah huh." Panggilan pun terputus saat itu dan Fena menelpon sang cucu.

Yazid yang terlelap di sofa terpaksa harus kembali bangun. Ia menatap ponselnya dan terlihatlah sang nenek yang menghubunginya. Untuk pertama kali nenek tua itu mengganggu hidupnya dan ini semua tentu saja karena Mita.

"Halo, Nek..."

"Yazid, di mana kamu? Pulang sekarang! Kalau tidak kami yang akan datang kesana menyeretmu pulang." Helaan napas Yazid hembuskan mendengar perintah sang nenek.

"Apa bocah tengik itu mengadu pada Nenek?" tebaknya.

"Yazid, dia itu istrimu. Kau tidak boleh seperti itu. Pulang sekarang dan jangan pernah meninggalkan apa yang dia masak untukmu. Kalau tidak, kau pergi dari rumah sekalian dan jangan pernah menganggap kami keluargamu lagi." panggilan pun terputus saat itu juga.

Yazid pulang dengan frustasi, sebelum itu ia mengetuk pintu kamar Nia. Ia berniat ingin pamit namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam. Segera Yazid pun bergegas untuk pergi. Ia kembali ke rumah malam itu juga demi sang nenek tersayang.

"Jangan pernah tinggalkan apa yang dia masak untukmu!" Perkataan sang nenek terngiang di benak Yazid selama di perjalan. Bahunya merinding hingga punggung saat membayangkan memakan telur dadar rasa air laut.

"Oke baik. Mungkin aku akan lebih dulu memiliki penyakit darah tinggi dari pada nenek. Tidak masalah, yang terpenting mereka bahagia." ujar Yazid pasrah.

Belum saja rasa pusing itu hilang dari omelan sang nenek, kini Yazid tiba di rumah dengan di sambut oleh penampilan sang istri yang membuatnya terbelalak kaget.

"Kak, akhirnya kamu pulang juga." suara manja khas milik Mita terdengar mendekatinya dann menghambur memeluk tubuh sang suami.

Posisi Yazid yang tidak siap membuat pria itu hanya diam mematung. Matanya menatap ke sekeliling rumah yang terlindung dengan pagar.

"Mita, pakaianmu seperti ini mengapa kau keluar rumah?" sentaknya dengan keras membuat tubuh Mita terjingkat kaget.

Cepat Mita melepaskan pelukannya karena kaget. Ia tertunduk melihat pakaian yang ia gunakan. Sebuah lingerie berwarna hijau tua yang kontras dengan kulit putihnya serta cardigan senada yang ia gunakan.

Mita tertunduk menahan cairan di mata, sungguh Yazid benar-benar di uji untuk malam ini oleh istrinya itu.

"Kak, kenapa kau pulang malam? Kenapa jadi aku yang kau marahi? Kau tidak boleh keluar sampai malam seperti ini. Batas mu keluar itu hanya sampai jam sepuluh malam." Yazid yang semula menatap ke langit seketika terbelalak melihat sang istri yang berbicara dengan lancar bahkan menatapnya tegas.

Ia pikir Mita akan menangis di depannya, ternyata justru ia mengintrogasi sang suami. Yah, Mita yang hendak menangis tiba-tiba teringat dengan ucapan sang nenek. Jika ia tidak boleh lemah di depan suaminya. Ia harus bisa membuat Yazid tidak seenaknya padanya.

"Heh...sejak kapan aku mendapat aturan pulang malam jam sepuluh?" Yazid pun berlalu pergi setelah ia menarik Mita masuk agar tak ada yang melihat penampilan istrinya itu.

Keduanya pun tidur di kamar dengan Yazid yang membelakangi tubuh Mita, namun wanita manja itu justru mendekatinya dan memeluk Yazid dari arah belakang.

"Kak, biar aku memelukmu yah? Aku takut tidur sendiri." ujarnya pelan.

Meski sebenarnya Yazid penasaran dengan ucapan Mita yang mengatakan takut tidur sendiri, namun ia memilih acuh. Memangnya biasa wanita itu tidur dengan siapa, pikirnya.

Yazid sedikit risih dengan tubuh mereka yang menempel. Ia berusaha menahan diri untuk tidak melepaskan tangan istrinya hingga lama akhirnya terdengar dengkuran napas dari belakang. Barulah yazid melepaskan tangan sang istri.

"Huh membuatku gerah saja." umpatnya kesal. Yazid beralih tidur di tempat Mita berada sebab wanita itu begitu mepet pada tempatnya yang semula.

Terpopuler

Comments

Ibelmizzel

Ibelmizzel

AQ mampir Thor 💪💪

2023-04-16

0

Dwi Aristyo

Dwi Aristyo

Di tunggu up nya trs kak 💪💪💪

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!