Suasana pagi yang sangat memuakkan bagi Yazid, dimana saat ia ingin berangkat kerja seorang wanita yang sudah menjadi istrinya pun memanggilnya dan menghentikan langkah kaki pria itu. Tampak Mita dengan senyumnya menarik tangan sang suami. Membawa Yazid ke kursi meja makan dan mendudukkan sang suami.
"Kak, pagi ini aku buat sarapan. Harus di habiskan yah? Jam lima tadi aku sudah masak buat belajar bikin nasi goreng spesial ini. Kata nenek Kakak suka yang pedas kan? Jadi aku buatin deh." Tanpa berkata apa pun Yazid segeera mencoba memakannya. Ia tidak ingin membuang-buang waktu dengan Mita di rumah sebab kerjaannya akan banyak hari ini.
Sendokan pertama pun masuk ke dalam mulutnya dan langsung ia muntahkan saat itu juga. Senyum di wajah Mita seketika pudar melihat aksi sang suami yang mengeluarkan makanan di piringnya yang masih banya terisi nasi goreng.
"Mita! Kamu mau buat saya bodoh? Ini nasi goreng macam apa?" kesal Yazid pun membentak sang istri hingga tubuh Mita terlonjak kaget.
"Kak, kenapa di muntahin sih? Kalau tidak enak jangan di muntahin di situ. Sayang nasinya masih banyak." sahut Mita yang sedih melihat hasil karya tangannya. Nasi goreng yang sudah ia buat semenarik mungkin. Telur mata sapi yang ia buat harus bulat utuh dan juga beberapa sayuran yang ia tata dengan cantik tertutup muntahan sang suami.
Mendengar ucapan sang istri Yazid semakin marah, ia menatap tajam Mita dan hendak melangkah pergi. "Kak, yasudah kakak sarapan di luar nanti siang aku buatkan makan siang ke kantor. Sini aku cium tangan dulu." wanita itu masih berusaha tersenyum meski hatinya merasakan sesak luar biasa.
Sekali lagi ia harus berusaha meluluhkan hati suaminya. Yazid satu-satunya pria yang ia yakini terbaik untuk menjadi suaminya. Dan jodoh yang di pilihkan oleh orangtua tentu bagi Mita adalah yang terbaik.
Ia mengantar sang suami setelah mencium punggung tangan pria itu. Tak ada kecupan di kening yang ia dapatkan saat ini. Tak apa, Mita akan bersabar menunggu waktu itu akan tiba.
Seperti biasa setelah kepergian sang suami, barulah Mita terduduk di meja makan menangis seorang diri. Ia melihat makanan di piring suaminya yang masih sangat banyak. Duduk sendiri dan sarapan sendiri, Mita tak masalah. Ia hanya sedih belum bisa menjadi istri yang sempurna untuk Yazid.
Tiba-tiba dering ponsel pun terdengar saat itu. Mita semakin menjadi menangis kala melihat sang nenek mertua yang menelponnya.
"Mita? Kamu nangis lagi?" pertanyaan yang terdengar dari seberang telepon sana.
Helaan napas Fena lakukan kala melihat cucu menantunya mengangguk sambil berderai air mata.
"Lihat, Nek. Makanan yang aku buat sejak subuh di muntahin sama kak Yazid." ia mengadu sedih. Dan sang nenek pun juga sedih melihat sang cucu menantu di perlakukan seperti itu.
Ia tahu ini memang pasti akan terjadi. Semua kekurangan Mita pasti akan menjadi masalah bagi Yazid sebab dari awal pria itu sangat menentang pernikahan mereka.
"Kamu harus kursus, Mita Tidak bisa hanya dengan belajar sendiri seperti itu." tutur sang nenek.
"Tidak, Nek. Kalau kursus itu artinya aku tidak mau usaha belajar sendiri." ujar Mita kekeuh.
"Lagi pula kalau Ibu Vita tahu, pasti akan marah padaku, Nek." Mita teringat dengan sosok sang mertua yang tidak menyukainya.
Sungguh kehidupan Mita penuh dengan tantangan. Bukan hanya mertua saja yang menolak kehadirannya tapi juga sang suami. Itu sebabnya ia ingin menunjukkan jika dirinya adalah istri yang bisa belajar sendiri dan mandiri.
"Yasudah, Nenek akan segera menelpon Yazid. Kamu jangan menangis lagi." ujar sang nenek lelah melihat Mita begitu cengeng yah meski itu sangat bisa di pahami.
"Iya, Nek. Mita mau lanjut bersih-bersih rumah dulu."
Bersih-bersih yang ia maksud adalah mengacaukan rumah sesungguhnya. Mita mencuci piring beberapa ada yang pecah dan ia letakkan begitu saja. Tempat sampah bahkan sudah menggunung. Meja makan hanya ia rapikan begitu saja tanpa di bersihkan dengan cairan pembersih. Lantai yang ia pel hanya menggunakan air bahkan tidak kering. Alhasil keadaan lantai rumah itu terlihat kotor.
"Rumah sudah selesai. Sekarang giliran kamar." ujar Mita bersemangat menuju kamarnya dan sang suami.
Tenaganya yang tidak seberapa itu tak mampu merapikan badcover yang berukuran besar. Ia kelelahan dan memilih untuk melebarkan begitu saja di atas kasur. Baju kotor hanya ia masukkan ke dalam mesin cuci.
"Nyuci bajunya bagaimana yah?" gumamnya lagi memperhatikan mesin cuci yang tak pernah ia sentuh itu.
Empat jam lamanya wanita itu habiskan untuk mengacaukan rumah. Tak terasa kini Mita sudah harus kembali membuat makan siang untuk sang suami. Ia ingat dengan janjinya membawa makan siang ke kantor.
Sebuah menu makan siang, capcai, ayam goreng dan nasi hangat. Sudah berhasil ia buat. Mita bergegas mandi dan memakai baju. Ia menuju kantor sang suami tepat jam dua belas ia tiba di depan ruang Yazid.
"Aku ketuk saja kali yah?" gumamnya yang hendak mengetuk pintu namun tangan Mita menggantung di udara kala pintu ruang sang suami terbuka dari dalam.
Keluar seorang wanita dari sana, yah ia mengenal wanita itu. "Nia?" sapanya heran.
Bukan menyapa balik, Nia justru melangkah begitu saja melewati dirinya. Mita mengerutkan kening heran dan masuk ke dalam.
"Kak, kenapa ada Nia di sini?" tanya Mita heran.
"Mana makan siangku? Aku harus segera selesai dan pergi meeting." Yazid tak menjawab dan menarik makan yang Mita bawakan.
Tak berhenti di situ saja, Mita ikut duduk dengan sang suami dan menata minum yang ia bawakan untuk suaminya serta mengupaskan buah apel. Ia tak pernah menanggapi apa pun yang suaminya lakukan padanya dengan dingin. Mita yakin, lambat laun hati Yazid pasti bisa ia dapatkan.
"Jangan membuang makanan apa pun yang istrimu buat, Yazid." kata-kata sang nenek pun akhirnya membuat pria itu susah payah memakan masakan Mita. Capcai yang terasa sangat aneh bumbunya, sayurnya yang masih mentah. Serta ayam goreng yang masih mentah di dalamnya. Sumpah demi apa pun Yazid ingin muntah. Namun ia lelah jika terus menerus sang nenek melepon untuk memarahinya.
"Ayo makan buahnya, Kak. Ini minumnya. Oh iya aku bawa baju ganti buat kakak. Segeralah ganti baju aku akan bawa pulang baju kotornya." Mita memberikan paperbag pada sang suami.
Tak ada suara apa pun yang Yazid katakan selain patuh meski ia sangat muyak dengan semua perintah sang istri saat ini.
***
"Aku yakin anakku saat ini sedang menderita menghadapi wanita itu." ujar seorang wanita yang tengah duduk di ruang kerja sang suami dengan kedua tangan yang bersedekap dada. Dia adalah Vita, ibu dari Yazid.
Mendengar ocehan sang istri yang tiada hentinya, Hendi Alfatah hanya menghela napas kasar. "Bu, berhentilah menjelekkan Mita. Dia menantu kita saat ini, kekurangannya hanya satu yaitu manja. Selebihnya dia anak yang sangat baik dan tulus pada Yazid." ujar sang suami membela menantu pilihannya itu.
"Ayah itu tidak bisa membedakan mana yang bisa buat anak kita bahagia. Nia itu sudah jelas-jelas dari sejak lama sama Yazid terus. Wanita seperti itu seharusnya yang Ayah pilih. Bukan wanita yang tidak becus melakukan apa pun seperti Mita." ketus Vita membandingkan dua wanita yang ada di hidup sang anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Dede Anggraeni
jaangn jdikan nia sperti dinovel yg sudah² ka,,kissah ditulis hitam dan selalu mendapat komen yg sangat buru.
2023-03-20
0
Dede Anggraeni
Ya Allah,Ya Allah,,,semoga mita bisa menjadi lebih baik lagi dalam memasak dan mengurus suami nya
2023-03-20
1
Dede Anggraeni
hhaadddduuhhh 🤦🏻🤦🏻🤦🏻
2023-03-20
0