Beberapa menit sudah selesai, dan kini kuliah pagi sudah selesai kami bisa kembali ke rumah sana istirahat.
Berharap sih tidak ada kuliah sore, soalnya terkadang pasti dosen minta kami kumpul ke kelas sore nanti.
Kalau bisa besok aja seperti itu jangan sekarang, aku berjalan dan keluar dari kampus ini.
Di gerbang, aku mencoba untuk memesan Drive ya aku masih ada sedikit uang untuk Drive ini.
Hingga tiba-tiba saat aku ingin memesan entah bagaimana aku merasa, ada seseorang yang menghampiriku.
"Risa" panggil Seseorang.
Dari suara ini aku bisa mendengar suara tidak asing aku pun melihat ke belakang dan membatalkan pesanan Drive ku.
Saat ku lihat belakang aku terkejut rupanya dia.
Dia pun langsung memelukku.
"Wah hei Sivia apa yang kau lakukan?" bingungku.
Dia pun melepaskan pelukannya dariku, lalu dia merangkulku.
"Tidak apa-apa aku hanya ingin mengajakmu saja untuk pergi ke cafe" balasnya.
"Cafe?" jawabku.
"Iya cafe kau tau karena sekarang kita sudah pulang, atau bisa dibilang istirahat jadi kita ke cafe, bagus loh buat nenangin diri dari tugas" balasnya.
"Mungkin lain kali saja aku lagi tidak bisa" balasku.
"Tidak bisa memangnya kenapa?" tanyanya.
"Lagi gak bisa aja, sudah ok aku ingin kembali ke rumah dah" balasku dan melepaskan rangkulannya dariku.
Aku pun melanjutkan perjalanan kembali ke rumah, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan ku.
Ini sudah jelas kalau Sivia yang menahan ku,
Aku pun menghadap ke belakang dan seperti kuduga itu memang dia aku sudah tau itu, seperti nya aku tidak bisa kabur.
"Kalau kau lagi tidak bisa, kasih alasan yang jelas jangan malah lari" ucapnya dengan sinis.
Melihatnya seperti itu mau tidak mau aku harus jujur, ah.
"Baik-baik sebenarnya aku lagi tidak bisa karena malas saja, aku ingin istirahat di rumah bukan malah nongkrong di cafe" balasku.
"Hmm ya ampun kau ini Risa, memang suka banget menyendiri iya padahal kalau nongkrong bareng teman itu bagus dibanding kau di rumah" balasku.
"Tunggu kau bilang kita teman?" bingungku mendengar jawaban Risa.
"Yap memangnya kenapa?" jawabnya.
"Yang benar saja hei siv kita ini belum kenal lama loh, akrab aja kek juga belum dan kau sudah menganggap ku teman kau pasti bercanda kan?" ucapku.
"Untuk apa aku bercanda hei Risa, seorang teman itu gak harus akrab juga, memang sih aku tau teman itu gak harus akrab, teman itu orang yang selalu mendampingi mu bahkan di saat kita baru berkenalan seperti ini" jawabku.
"Sejujurnya aku tidak begitu tau apa pengertian dari pertemanan itu, karena istilah teman itu berbeda-beda kan banyak orang yang mengartikannya cukup berbeda pendapat, tidak semua orang punya pendapat sama kan?" tambahnya.
"Memang sih tidak semua orang punya pendapat yang sama, tapi tetap saja ini aneh memangnya kau mau berteman denganku, aku ini kan pendiam jarang sekali berbicara, udah gitu orangnya gak asik aku takut kau akan menyesal" balasku.
"Apa masalahnya aku tidak menyesal kok, hei Risa baik dirimu pendiam atau apapun itu kau tetaplah kau, seharusnya kau bangga pada dirimu sendiri" balasnya dan menepuk pundakku.
"Bangga pada diriku sendiri, memangnya apa yang bisa kubanggakan dari diriku?" bingungku.
"Iya itu hanya kau bisa menemukan nya, aku tidak bisa membantumu untuk menemukan itu karena hanya dirimu sendiri yang tau" jawabnya.
"Begitu rupanya sayang sekali" gumamku.
"Sudahlah jadi kau mau ikut atau tidak ke cafe, bersama ku kalau tidak gapapa kok aku juga gak maksa kalau kamu memang tidak bisa ataupun gak mau" balasnya.
Kalau boleh jujur aku ingin sekali untuk pergi ke cafe, apalagi bersama teman.
Dari ku kecil aku tidak bisa merasakan apa itu pertemanan, itulah kenapa aku tidak tau bagaimana rasanya.
Dan untuk pertama kali nya ada seseorang yang menganggap ku sebagai teman, tanpa sadar aku pun tersenyum.
"Uh Risa kenapa kau tersenyum seperti itu?" bingung Sivia.
"Uh tidak apa-apa kok, uh aku ikut aku rasa kau benar jika aku di rumah doang itu cukup membosankan, mungkin nongkrong di sana dan mengobrol itu cukup menyenangkan" balasku.
"Begitu rupanya ok deh kalau gitu yasudah Risa, kau ikuti aku saja cafe agak cukup jauh sih dari campus" balasnya.
"Cukup jauh tapi gak jauh banget kan, soalnya aku cukup malas kalau jauh banget" balasku.
"Enggak kok gak jauh amat kau ikut saja aku ok" jawabnya.
"Baiklah" balasku.
Sesuai apa yang diminta Sivia aku pun hanya mengikutinya, jujur saja aku juga ngikutin perkataannya dia karena aku tidak tau di cafe mana.
Di perjalanan, lewat lapangan, jalan raya, dan lainnya kalau dilihat-lihat yang dikatakan Sivia memang benar cafe ini cukup jauh.
Bahkan sampai kami melewati gang, entah sampai kapan kami sampai.
Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai di cafe tersebut.
"Yap kita sudah sampai" kata sivia.
"Bagaimana Risa gak jauh banget kan?" tanyanya.
"Kata siapa gak jauh banget, ini tuh jauh banget tau uh rasanya aku mau pingsan" kataku dan langsung terjatuh.
"Hei Risa jangan tidur di jalan seperti itu" balasnya.
"Aku capek tau, kita pergi lumayan jauh hanya untuk pergi ke cafe hampir kelelahan tulang kakiku tau tidak" balasku.
"Tapi gak harus kau tidur seperti itu di jalanan seperti ini juga Risa, kalau kau capek kau bisa duduk saja di cafe nanti atau di bangku sana kan lebih baik" balasnya dan menunjuk bangku di sana.
Aku pun melihat bangku yang ditunjukkan oleh Sivia, gak jauh amat sih itu bangku dekat taman sini aku baru tau kalau di seberang cafe ini ada taman.
"Kau benar sih memang lebih baik duduk di bangku sana" balasku.
"Iya kan jadi sampai kapan kau tidur di jalan seperti ini" balasnya.
Sivia pun mengulurkan tangannya.
"Iya sih aku gak bisa lama terus disini apalagi ini cukup memalukan" balasku dan meraih tangannya.
Dan tidak lama setelah itu aku berdiri, dan saat kulihat bagian belakang bajuku cukup kotor jadi aku pun menepuk bagian belakang ku dan membersihkannya.
"Ya ampun bajuku cukup kotor seperti ini, ah aku setelah balik aku harus mencucinya nih" kataku.
"Salah kau sendiri pakai tidur di jalan segala sudahlah, lagipula tidak kotor amat kan itu udah lumayan bersih kok ayo kita masuk ke dalam" balasnya.
"Ok" jawabku.
Aku pun dan Sivia masuk ke dalam cafe, itu sesampainya di dalam cafe aku melihat cafe disini cukup luas.
Tidak cukup ramai sih di cafe sini, sama saja seperti cafe seperti umumnya mungkin karena hari biasa kali iya makanya sepi.
Aku sempat berpikir seperti itu sih.
"Uh jadi kita akan duduk di mana?". tanyaku.
"Itu di meja 11" jawab Sivia dan menunjuk meja di sana.
Iya cukup di ujung sih tapi justru ini yang kusukai karena tidak terlalu mencolok juga.
"Oh ok" ucapku.
Kami pun pergi ke meja sana, sesampai nya di meja sini aku pun langsung segera duduk, begitupun Sivia.
Rasanya cukup aneh sih di cafe, ini terlebih lagi dengan seorang cewek seperti Sivia ini.
Meski wujudmu berubah tetap saja aku adalah aku, namun di samping itu fakta aku bisa ke cafe bersama seseorang itu hal gak disangka juga.
"Baiklah uh Risa kau ingin memesan apa?" tanya Sivia.
"Aku hmm kopi hitam saja deh" ucapku.
"Oh begitu rupanya baiklah, kalau begitu Mba" panggil Sivia ke mbak cafe.
Mbak tokoh cafe pun menghampiri meja kami.
"Uh iya kalian ingin memesan apa?" tanya mbak cafe itu.
"Kopi hitam dua, sama roti bakarnya satu itu saja" balasnya.
Mbak tokoh cafe itu pun mencatat pesanan kami, entah bagaimana melihat mba cafe seperti ini rasanya cukup aneh mungkin karena aku jarang keluar rumah.
"Baik dua kopi hitam, dan satu roti bakar akan disiapkan" jawab mbak itu dan pergi.
"Uh roti bakar memangnya untuk apa?" tanyaku ke Sivia.
"Hmm itu tentu saja buat cemilan saja, meminum kopi dan mengemil roti bakar lumayan enak loh" jawab Sivia.
"Benarkah?" kataku dengan tidak yakin.
"Tidak juga sih pendapat orang kan berbeda-beda ini kan pendapatku sendiri saja, ngomong-ngomong aku tidak menyangka Risa kalau kamu menyukai kopi hitam, padahal pahit loh" balasnya.
"Walau pahit itu justru cita rasa yang kusuka dari kopi hitam, terlebih lagi dengan harumnya, biasanya ya kalau kita meminum kopi itu bisa menenangkan diri" balasku.
"Eh begitukah?, hmm harus aku akui sih minum kopi bisa membuat tenang" jawab Sivia.
"Nah kan kopi itu memanglah hal yang membuat kita bisa rileks, tapi meski begitu jangan sampai meminum kopi di malam hari" balasku.
"Itu semua orang juga tau sih karena pengaruh kopi bisa membuat mata kita melek dan mungkin kita tidak akan bisa tidur dan malahan jadi bergadang" balasnya.
"Hehe begitulah" jawabku.
Kami pun saling mengobrol satu sama lain, jujur saja entah kenapa ini semua menyenangkan.
Waktu pas kami ngobrol juga tidak terasa, sampai pesanan itu datang.
Mbak cafe itu meletakkan pesanan di meja kami.
"Terima kasih" ucap Sivia.
Setelah Sivia mengucapkan itu mbak itu langsung pergi dari meja kami.
Aku pun mengambil kopi hitam ku dan menyeruputnya.
"Eh kau tidak diaduk dulu apa?" tanya Sivia melihat ku menyeruput kopi
Aku pun melepas seruput dari kopi ini, dan menaruh gelas kembali di meja.
"Uh memangnya wajib diaduk?" tanyaku.
"Gak sih" balasnya.
"Nah kan gak wajib kan, jadi apa masalahnya lagipula kalau diaduk menurutku citra rasanya cukup berbeda, tapi ini menurut pendapat ku saja" balasku.
"Uh ok" jawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments