CHAPTER 3

...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...

Xander melepaskan dekapannya, membiarkan Kanaya bernafas dengan lega. Kanaya membuang muka ke samping, menghindari tatapan Xander.

"Gue gak akan hukum lo," ujar Xander.

Kanaya menoleh, "kenapa?" tanyanya.

"Karena itu bukan urusan gue," jawab Xander.

"Cih! Sok sibuk," gumam Kanaya.

"Gue emang sibuk, gak cuma sibuk di sekolah, tapi juga sibuk di luar."

"Emang di luar  lo ngapain? Kerja part time gitu?" tanya Kanaya dengan nada menyindir.

Xander tersenyum miring, Menarik batinnya.

CTAK!

"Aww ...." Kanaya mengusap keningnya yang habis disentil Xander.

"Jaga ucapan lo, gue Sunjaya. Gue punya peran penting di keluarga gue," ujar Xander tegas, lalu pergi meninggalkan Kanaya.

Xander mengambil ponsel dari saku, "kenapa?"

"Saya ingin bertemu dengan anda, ada hal yang harus saya katakan," jawabnya di seberang telepon.

"Hm, Garden Cafe, jam 5 sore," ucap Xander.

"Baik, Tuan!"

Xander menutup sambungan telepon dan kembali fokus berjalan menuju kelas.

"Xander," gumam Kanaya. Kanaya menatap Xander yang menjauh darinya. "Dia selalu menarik perhatian gue, sifatnya beda sama keempat temennya yang gila itu. Apalagi saudara kembarnya, katanya kembar nyatanya beda," sambung Kanaya.

Kanaya membuang nafas panjang, lalu ia meninggalkan tempatnya berdiri, berjalan menuju kelasnya berada.

...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...

10.30

Jakarta, SMAN 2 Jakarta

TOK

TOK

TOK

"Masuk!"

Mendengar sahutan dari dalam, seorang gadis masuk ke ruang kepala sekolah.

"Ibu manggil saya?" tanyanya.

"Iya, silakan duduk!"

Gadis itu duduk di kursi depan meja kerja kepala sekolah.

"Ada apa ya, Bu? Kenapa Ibu memanggil saya?"

"Jadi begini, kamu itu kan berhasil menjadi juara 1 Olimpiade Kimia di Universitas Sanjana, juri di sana terpukau dengan kamu. Mereka mengirim surat rekomendasi, atau beasiswa untuk kamu."

"Beasiswa? Untuk apa?" tanya gadis itu bingung.

"Mereka mengirim kamu untuk sekolah di Winter's Highschool, kamu akan dipindahkan setelah ujian selesai," jelas kepala sekolah.

"Apa? Tapi, bagaimana dengan biayanya Bu?" tanya gadis itu lagi.

Bu Kepsek tertawa kecil, "ini kan beasiswa, Sanaya. Tentu kamu mendapat bantuan biaya,"

Sanaya tersenyum malu.

"Jadi, kamu mau menerima beasiswa ini?" tanya Bu Kepsek. "Mereka berharap kamu menerimanya, karena mereka ingin melihat perkembangan kamu lebih jauh lagi," lanjutnya.

Sanaya mengangguk, "saya mau, Bu!"

"Syukurlah, ini suratnya." Bu Kepsek memberikan sebuah amplop pada Sanaya.

"Terima kasih, Bu. Ucapkan rasa terima kasih saya pada mereka yang memberikan beasiswa ini," ucap Sanaya seraya tersenyum.

"Tentu, Ibu akan menyampaikannya. Nah, sekarang kamu bisa kembali belajar."

Sanaya mengangguk, ia pamit pergi kembali ke kelas.

Di luar ruangan, seorang gadis yaitu teman Sanaya sedang berdiri menunggu Sanaya keluar.

KLAK

Mendengar suara pintu, gadis itu bergegas menghampiri kala Sanaya muncul dari dalam ruangan.

"Bu Kepsek bilang apa?" tanya temannya.

"Bu Kepsek bilang, aku dipindahin ke sekolah Winter," jawab Sanaya.

"Apa? Lo dipindahin?" tanya temannya syok.

Sanaya mengangguk.

"Terus, lo bakal ninggalin gue?"

Sanaya mengangguk lagi.

"Huaa ...." gadis itu menangis lalu memeluk Sanaya dengan erat. "Gue gak mau ditinggal. Gue gak mau sendirian ...." ucapnya.

Sanaya mengusap punggung temannya.

"Aku juga gak mau ninggalin kamu, tapi mereka menaruh harapan besar. Aku gak mau mematahkan harapan mereka," ujar Sanaya. "Aku gak akan lupain kamu, Lisa."

Lisa melepas pelukannya, ia mengusap air mata dan ingusnya.

"Janji?" Lisa mengangkat jari kelingking ke hadapan Sanaya.

Sanaya tersenyum, "janji!" ia mengaitkan jari kelingkingnya.

"Ya sudah, kita ke kelas yuk! Sebelum Bu Siti masuk kelas!" Sanaya menarik tangan Lisa berjalan menuju kelas mereka.

...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...

16.00 WIB

Jakarta, Kediaman Trivara.

KLAK

Kanaya melangkah masuk kedalam rumahnya.

Kanaya memiliki rumah yang besar, tapi sangat sepi baginya. Kanaya hanya tinggal bersama papanya, ia tak tahu keberadaan mama dan kakaknya.

"Non, Non Naya udah pulang toh" ujar mbok Darmi, pembantu di rumah Kanaya.

"Iya Mbok, Mbok bikinin Naya makanan ya? Naya laper," pinta Kanaya.

"Siap, Non!" Mbok Darmi memberi hormat ala-ala tentara lalu pergi ke dapur.

Kanaya kembali melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya berada. Kanaya melempar tas di punggungnya ke atas kasur. Lalu ia merebahkan diri di atasnya.

"Haaa ... gue benci pulang!" ucapnya.

Kanaya bangun dari tidurnya, ia duduk di atas kasur memandang keluar jendela kamarnya. Kanaya bangkit, ia melangkahkan kaki berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri, Kanaya pergi ke ruang makan untuk mengisi perutnya yang lapar.

"Non, makanannya udah siap nih. Mbok bikinin Sepatgeti!" ucap mbok Darmi sambil meletakan makanan di atas meja.

Kanaya tertawa kecil. "Mbok, Mbok." Kanaya menggelengkan kepalanya.

"Dimakan ya, Non!"

"Iyalah Mbok. Masa cuma diliatin doang, Naya kan laper!"

"Ya, kali aja Non cuma mau diliatin," sahut mbok Darmi.

Kanaya menggeleng lagi, lalu mulai melahap makanannya.

"Mbok tinggal ke dapur dulu, pacar-pacar Mbok gak mau ditinggal lama-lama" pamitnya.

"Piring cucian aja pake disebut pacar, Mbok ini udah kelamaan jomblo kah?" ucap Kanaya.

"Siapa bilang? Mbok punya pacar kok, gak jomblo kayak Non!" jawab si mbok.

"Siapa, Mbok? Kang Ujang, ya?" ucap Kanaya, menggoda mbok Darmi.

Kang Ujang yaitu tukang kebun yang ada di rumah Kanaya, terkadang kang Ujang juga bisa melakukan pekerjaan yang lain. Seperti, memasang galon, membenarkan pipa air, membetulkan saklar lampu, dan banyak lagi. Kang Ujang, tukang kebun serba guna.

"Bukan Non, masa kang Ujang. Dia mah bukan tipe Mbok!" jawab Mbok.

Kanaya melahap makanannya lagi, "terus siapa dong, Mbok?"

"Lee Min Ho!" jawab Mbok Darmi.

Kanaya melotot kaget, mbok Darmi tertawa lalu ngacir pergi ke dapur.

"Sejak kapan Mbok suka nonton drakor?" tanya Kanaya.

"Udah lama, Non! Ngikutin Non, waktu Mbok nonton bareng Non. Mbok jadi ketagihan," jawab Mbok Darmi dari dalam dapur.

"Wahh ... ganteng-ganteng kan Mbok?".

"Ganteng poll, Non!"

"Gantengan mana sama kang Ujang, Mbok?".

"Gantengan Lee Min Ho, lah Non!" jawab Mbok Darmi.

"Masa sih Mbok? Bukannya gantengan kang Ujang ya?" Kanaya terus menggoda Mbok Darmi.

"Gak lah Non, Lee Min Ho nomor siji di hati Mbok!" jawab Mbok Darmi dengan yakin.

"Iya deh, Mbok!" Kanaya menyerah, ia melanjutkan aktivitas makannya.

"Kang Ujang itu bukan ganteng, tapi keren!" ucap Mbok Darmi tiba-tiba.

Kanaya yang mendengarnya, sontak tersedak.

"Uhuk! Uhuk!" Kanaya memukul-mukul dadanya.

Ia mengambil air lalu meminumnya, Mbok yang mendengar Kanaya batuk bergegas menghampiri.

"Kenapa, Non? Non sakit?" tanya Mbok.

"Keselek, Mbok!" jawab Kanaya.

"Oalah, kirain Non sakit." Setelahnya Mbok Darmi kembali ke dapur.

...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...

17.00 WIB

Garden Cafe, Jakarta.

KRING

Xander masuk ke dalam kafe, ia mengedarkan pandangan mencari sosok yang dicari. Pandangannya tertuju pada salah satu meja, Xander berjalan ke arah meja tersebut.

Melihat sosok Xander mendekat, seorang pria yang tengah duduk bergegas berdiri.

"Tuan!" ia membungkuk memberi salam.

Xander duduk di atas kursi, pria tersebut juga ikut duduk.

"Informasi apa yang mau lo sampaikan ke gue, Noah?" tanya Xander.

"Begini Tuan, saya berhasil menemukan salah satu anggota mereka yang berada di kota Paris. Dia tidak sendirian, orang itu bekerja di Paris dan mencari kekuatan di sana," jelas Noah.

"Kekuatan?"

"Benar Tuan, beliau mengatakan bahwa meski organisasi 'itu' sangat kuat tapi ketua menginginkan banyak kekuatan lagi agar menjadi kuat," jawabnya, Noah berhenti sejenak untuk mengambil nafas. "Awalnya, dia mencurgai saya dan tidak mempercayai saya. Namun, saat saya menunjukan 'benda' yang anda berikan, barulah orang itu mempercayai saya," lanjutnya

Xander mengangguk. "Lalu?"

"Saya juga mengatakan maksud dan tujuan saya padanya, beliau mengatakan bahwa anda dengan organisasi 'itu' adalah keluarga. Maka, beliau menyetujui keinginan anda dan siap membantu anda. Hanya saja, beliau tidak bisa mengabarkan informasi dari saya pada anggota yang lain. Beliau juga tidak memberi tahu saya keberadaan anggotanya yang lain. Tetapi, dia memberikan saya ini." Noah memberikan sebuah kartu nama lengkap dengan nomor telepon.

Xander menerimanya, ia menatapnya dengan seksama.

"Kartu nama itu asli, di Paris beliau memalsukan identitasnya karena tidak ingin pihak jahat mengetahui identitas aslinya," ucap Noah.

"Hm," gumam Xander. "Terima kasih atas kerja keras lo," ucap Xander.

"Tentu Tuan, sudah seharusnya saya membantu anda. Jika bukan karena anda, mungkin keluarga saya tidak dapat bertahan sampai saat ini. Anda juga telah merawat adik saya dengan baik selama saya berada di luar, apa yang saya lakukan selama ini belum cukup untuk membalas kebaikan anda."

"Lo ngomong apa, Noah. Membantu orang itu wajib dilakukan, gue manusia, gue masih punya hati nurani," tegas Xander.

"Anda sangat murah hati, Tuan!" ucap Noah.

"Hm, sekarang lo pulang. Temui keluarga lo,"

Noah mengangguk, "Saya permisi pamit pulang, Tuan! Selamat sore!" Noah pergi meninggalkan kafe.

Xander menatap kartu nama di tangannya.

"Hmm ... Kenzo,"

...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...

Terpopuler

Comments

instagram = @authorqueenj 👑

instagram = @authorqueenj 👑

Kenapa Lee Min Ho nyasar di sini? Kang Ujang bisa jadi Lee Min Ho-nya Mbok Darmi😌

2023-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!