...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
"KANAYA ZYVA TRIVARA!!" teriak Xavier menggelegar.
Kanaya tersentak kaget, lantas ia berlari keluar dari kantin diikuti Tania.
"Sialan lo! Berani bener tuh cewek!" umpat Xavier kesal.
"Udah, jangan marah dulu. Mending lo ganti celana," saran Vian setelah tawanya mereda.
Xavier mengerucutkan bibirnya, ia menatap Xander dengan puppy eyes nya.
"Bang~" panggilnya dengan manja.
"Diem! Pergi ke toilet, di sana ada celana baru buat lo!" ujar Xander dingin.
"Temenin~" ucapnya dengan nada manja dan tingkah imutnya.
"Jangan manja! Lo udah gede," jawab Xander.
"Jahat bener," Xavier merajuk lalu pergi ke kamar mandi dengan kesal.
"Eh, emang bener ada celana baru di toilet?" tanya Nean.
"Hm, gue nyuruh orang buat beli tadi," jawab Xander.
"Wah! Lo bener-bener abang yang baik ya, sayang banget kek nya ama adek lo," ujar Vian.
"Jangan banyak omong, pesen makanan sekarang!" titah Xander dingin.
"Iya, jangan dingin-dingin ngapa Xan!" Vian lantas bergegas memesan makanan dibantu Arka.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
16.10 WIB
Jakarta, Winter's High School.
Pulang sekolah, Xavier masih memiliki dendam pada Kanaya. Ia terus mencari keberadaan Kanaya di seluruh penjuru sekolah.
"Di mana sih tuh cewek!" geram Xavier.
"Udahlah, mending pulang aja yok!" ajak Arka.
"Gak! Sebelum gue nemuin tuh cewek, gue gak bakalan pulang!" jawab Xavier.
"Yodah, kita aja yang balik," ucap Nean.
"Kalian juga gak boleh pulang duluan! Kalian harus setia kawan!"
"Ya lagian, lo emang gak kerasa dingin apa waktu duduk?" tanya Vian.
"Kagak, gue gak ngerasain apa-apa," jawab Xavier.
"Parah sih, biasanya orang bakalan ngerasain dingin atau basah waktu duduk," ujar Vian.
Xavier mengangkat bahu dengan terus berjalan, ia membulatkan mata saat menemukan sosok yang tengah dicarinya.
"KANAYA!" teriaknya memanggil.
Kanaya terkejut melihat keberadaan Xavier di depan, lantas ia berbalik lalu lari sekuat tenaga menghindari Xavier yang mulai mengejar.
"Jangan lari lo!" ujar Xavier.
"Kagak! Gue mau nya lari, gue gak mau ditangkap sama lo!" jawab Kanaya dengan terus berlari.
"KANA!! LO NINGGALIN GUE?!" teriak Tania.
"Lo sama kita aja, biarin mereka," ucap Vian.
Tania menoleh ke samping, ia terkejut melihat Vian berada di sampingnya.
"Pulang bareng gue, mau?" tawar Vian.
Buset! Beneran nih? Bukan mimpi 'kan? Batin Tania.
"Kenapa diem? Lo gak mau?" tanya Vian lagi.
"Eh ... g-gue mau kok!" jawab Tania.
"Iya udah buru, jangan bengong mulu!" Vian menarik tangan Tania membawanya menuju mobilnya.
"Gila, si Vian maen tinggal aja. Mana bareng cewek lagi," ucap Arka.
"Kalo sampe jadian, kita harus hukum dia!" sahut Nean.
"Setuju!" jawab Arka.
Xander melangkah melewati keduanya setelah diam memperhatikan, langkahnya begitu cepat meski terlihat tenang.
"Eh, lo mau kemana Xan?" tanya Arka.
Xander tak menjawab, ia terus berjalan menuruni anak tangga.
"Balik kali, kita juga balik aja yok!" ajak Nean. "Kangen Bunda," lanjutnya.
Arka mengangguk, lantas keduanya jalan bersama menuruni anak tangga.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
"KANAYA! BERHENTI GAK LO!" teriak Xavier.
"KAGAK!!" jawab Kanaya.
"Lo harus tanggung jawab, Kanaya!"
"Gak! Gue gak salah apa-apa, kenapa gue harus tanggung jawab?" jawab Kanaya.
"Kalo gak salah, ngapain lari?" tanya Xavier.
"Lo ngapain ngejar?" balik tanya Kanaya.
"Iya juga," gumam Xavier.
Xavier berhenti mengejar, begitupun Kanaya yang berhenti berlari.
"Lo-" Xavier mengatur nafasnya.
Ia duduk di halaman depan sekolah, nafasnya memburu. Ia sangat lelah.
"Apa?" tanya Kanaya, ia juga duduk di halaman sekolah.
"Hah ... lo gak capek?" tanya Xavier.
"Capek lah, bego!" jawab Kanaya.
"Ambil!" Xander menyodorkan botol minum dingin ke hadapan Kanaya.
Kanaya mendongak, menatap mata hazel milik Xander. Xander mengangkat sebelah alisnya.
"Apa?" tanya Xander.
"Nggak," Kanaya mengambil botol minum itu, lalu meminumnya.
"Buat gue gak ada?" tanya Xavier.
"Ambil!" Xander melempar botol minum kearah Xavier.
Xavier menangkapnya, meneguknya hingga tersisa setengah.
"Aahh ...." ucapnya merasa lega setelah air dingin membasahi tenggorokannya.
Xavier berdiri, ia melangkah menuju Kanaya. Lalu dengan senyum jahilnya, Xavier menumpahkan isi botolnya ke kepala Kanaya.
Kanaya tersentak kaget, air dingin membasahi kepalanya.
"Xavier!" pekik Kanaya.
"Apa, hah?!"
Kanaya berdiri. "Makasih, berkat lo gue jadi gak gerah lagi."
Kanaya mengibas-ngibas rambutnya, menyipratkan air ke arah Xander.
Xander memperhatikan Kanaya tanpa berkedip.
"Ck! Harusnya lo marah!" ujar Xavier tak terima.
"Ngapain marah? Malahan gue seneng, karena gue gak gerah lagi," jawab Kanaya.
"Dahlah, gue mau balik!" Kanaya melangkah menjauh dari keduanya.
"Sialan! Tunggu aja lo!" ucap Xavier.
Xander menggeleng pelan, lantas meninggalkan Xavier menuju parkiran.
"Tuh cewek rese banget, lama-lama gue bunuh juga! Biarin dia mati, kalo pun gue dipenjara. Gue gak apa-apa, tinggal suap aja polisinya. Ya kan, Bang?" Xavier menoleh ke samping.
"Eh, Bang? Lo kok ngilang?" Xavier menengok ke kanan dan kiri.
Lalu sebuah mobil berhenti di depannya.
"Ngapain masih berdiri? Buruan balik, Mama nungguin!" ujar Xander dari dalam mobil.
"Eh ... tungguin gue!" Xavier lari menuju parkiran.
Xander melajukan mobilnya keluar dari halaman sekolah, tak lama kemudian Xavier menyusul dengan motor besarnya.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
Pagi berikutnya, seperti biasa si kembar sekolah dengan disambut para siswi. Sebelum masuk kelas, Xavier berniat menjahili Kanaya.
Ia melangkah menuju lantai kelas 10, kelas Kanaya berada.
"Eh, bentar!" Kanaya menghalang Tania dengan merentangkan tangan.
"Apaan?" tanya Tania.
"Itu!" Kanaya menunjuk Xavier yang berdiri di depan pintu kelasnya.
"Gue cabut dulu!" Kanaya menepuk bahu Tania sebelum ia beranjak lari dari tempatnya berdiri.
Xavier menoleh tepat kearah Kanaya yang hendak berlari.
"Oyy! Jangan kabur lo!" teriak Xavier.
Kanaya terkejut, ia bergegas lari menghindari kejaran Xavier.
"Wahh, parah lo!" Xavier mengejar Kanaya dengan kecepatan kilat.
Tania yang melihat keduanya saling kejar-kejaran hanya mengelus dada.
"Untung masih pagi, jam masuk juga masih lama. Kalo lo dateng siang, bisa telat masuk kelas Kana," ujar Tania.
Ia dengan santai melangkahkan kaki menuju kelasnya berada, setelah tiba di kursinya Tania mendudukan bokong cantiknya di kursi.
Sementara itu, Kanaya dan Xavier tetap berlari. Kanaya yang kabur dari Xavier, dan Xavier yang mengejar Kanaya. Seperti halnya Tom and Jerry.
"Jangan kejar gue, plis!" mohon Kanaya dengan tetap berlari.
"Ogah!" jawab Xavier.
DRAP
DRAP
DRAP
DUG
GREP!
Kanaya berlari sambil melihat ke belakang tanpa tahu siapa di depannya, Kanaya menabrak Xander alhasil Xander memeluk Kanaya.
"Ugh ...." Kanaya mendongak.
"Lo?" pekiknya kaget.
"Woy Kanaya!" Xavier tiba di depan keduanya dengan nafas terengah. "Xan, kasih Kanaya ke gue!" ucapnya.
Xander mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum samar. Xander menekan kepala Kanaya ke dadanya, membuat pasang mata di sekitar melotot kaget.
Wangi batin Kanaya. What? Apa yang gue pikirin?
"Lepasin gue!" Kanaya mencoba melepaskan diri, namun pelukan Xander begitu kuat.
"Lo pergi aja, biar gue yang hukum cewek ini!" ujar Xander.
Gila! Kalo dia yang ambil alih, bisa mati gue! batin Kanaya.
"Lo? Hukum dia?" tanya Xavier ragu.
"Kenapa?" tanya balik Xander.
"Kagak, yodah lah. Ambil aja, gue capek mau ke kelas," ucap Xavier. "Tolong, Ya Xan!" setelahnya Xavier berbalik pergi dari keduanya.
"Lepas!"
Xander melepaskan Kanaya dari dekapannya.
"Lo mau bikin gue mati, ya?" ucap Kanaya marah.
Kanaya menghela nafas panjang.
"Oke, gue nyerah! Sekarang, lo mau gue ngapain?"
"Hmm?" Xander mengangkat alisnya, ia berjalan mendekati Kanaya.
"A-apa?" tanya Kanaya, melangkah mundur.
"Seandainya gue nyuruh lo untuk lompat dari gedung sekolah sebagai hukuman, apa lo bakal lakuin itu?" tanya Xander penuh intimidasi.
"L-lo gila? Lo nyuruh gue bunuh diri?" tanya Kanaya kesal.
Xander mengangguk kecil.
Xander terus melangkah maju, sementara Kanaya melangkah mundur. Kanaya tidak menyadari adanya lubang kecil, dengan pilar di belakangnya.
"L-lo ngapain deketin gue? Cepetan ngomong, apa mau lo?!" kesal Kanaya.
"Lo cowok an-" Kanaya menginjak lubang itu hingga membuatnya kehilangan keseimbangan. Kanaya terjatuh ke belakang dan Kanaya tidak menyadari kehadiran sebuah pilar.
"Ahh ...."
Xander menarik tangan Kanaya, mendekapnya dengan erat, melindungi kepalanya dengan tangan agar tak terbentur pilar.
Kanaya memejamkan mata, aroma parfum Xander membuatnya membuka mata.
"Hati-hati," bisik Xander.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
instagram = @authorqueenj 👑
Iya makasii bebb, aku bakal hati2 kok ke depannya ( ꈍᴗꈍ)
2023-04-05
1
instagram = @authorqueenj 👑
GAK KUATTT, MAU XANDERRR😭❤️
2023-04-05
1