" Mas… Saya dengar katanya hari ini Mas ada perjalanan bisnis ke Jepang" ucap seorang gadis dengan lembah lembut dengan penuh perhatian di antara yang dia adalah Liliana Arvanita
" Siapa yang Biarin wanita ini masuk!" ucap seorang pria dengan nada tegas
" maaf tuan… saya telah melakukan kesalahan" setiap seorang penjaga di luar pintu
" Mas, saya bikinin syal Saya dengar cuaca di Jepang agak dingin Jadi mungkin bermanfaat" ucap Liliana tanpa menyerah terus berusaha memberikan syal itu
" Kan udah saya bilang, kalau di sini tuh kamu nggak boleh panggil aku Mas, Di mataku kamu nggak lebih dari pelayan" ucap pria itu dengan tegas
Liliana hanya terdiam hatinya sangat sakit, perjuangannya membuat Syal sia-sia hanya mendapatkan penghinaan tapi wajahnya masih tetap bisa tersenyum
" kenapa kamu berdiri di sana, keluar!" ucap laki- lagi itu dengan nada yang tinggi
" Baiklah saya akan keluar, Tu… Tan ini syalnya" ucap Liliana tanpa menyerah sambil memberikan syal itu
" aku tidak membutuhkannya buang saja, jelek selain itu juga nggak memiliki merek sama sekali" sontak laki-laki itu yang ada bicaranya semakin tinggi
akhirnya Liliana pergi membawa syal itu ke taman belakang Lalu membakarnya di tempat sampah dan akhirnya dia menyerah
"di mana Lucas? tanya seorang gadis yang baru datang dengan pakaian yang seksi
" nona Bella tuan sedang mengganti pakaiannya di atas" sahut seorang pembantu
" aku akan ke atas" ucap Gadis itu sambil menerobos masuk
"ta… Tapi nona saat ini Tuan sedang berganti pakaian, Nona bisa tunggu di sini" sahut pembantu itu lagi
" Kenapa sih, kamu tahu nggak siapa aku? mau dia lagi mandi, mau dia nggak pakai baju, mau dia lagi ganti baju, dia tuh nggak bakalan masalah kalau aku yang masuk ke ruangannya" ucap Gadis itu dengan tegasnya
" Ada apa sih Bi ribut-ribut" ucap Lucas (laki-laki tadi) turun dari tangga
" ini loh, Masa aku nggak dibolehin masuk kamar kamu" Saut gadis itu pembantu itu hanya terdiam karena tidak bisa berkata apa-apa
" lain kali Biarin aja Bela masuk" ucap Lucas
Liliana hanya mendengarkan pertengkaran itu dari taman belakang sambil membakar Syal yang ia buat sendiri
" bawa semua kopernya ke dalam mobil" ucap Lucas
"baik tuan" sahut Casis asisten Lucas
waktu berlalu dengan begitu cepat malam hari pun tiba seperti biasa Liliana sedang tidur sendiri di kamarnya (driiinggg) teleponnya berbunyi
" siapa? Ma… Tuan Lucas tumben di nelpon?" gumam Liliana sambil mengangkatnya
" hallo tu…an" ucap Liliana
" ha… Ah ha… Uh ah, lebih kas…ah lebih kasar, aku su…ka sangat menyu…ah kai…ah nya" (suara di dalam telpon)
"hah apa ini?" ucap Liliana sambil menutup mulutnya dan menahan air matanya
" balik badanmu" (suara dari telpon)
Liliana mematikan teleponnya
Su… Sudah lama aku tidak mendengar lagi seseorang yang menelpon seperti ini, aku pikir dia telah berubah, tapi ternyata salah" gumam Naya sambil menahan air matanya tak lama teleponnya berbunyi lagi
"apa la…" saut Liliana
"maaf apa ini benar dengan nona Liliana?" tanya seseorang dari telpon yang memotong pembicaraan Liliana tadi
" iya benar, ada apa ya?" tanya Liliana
"kami dari pihak rumah sakit, kakek anda meninggal dunia, dan nenek anda terkena serangan jantung!" telpon pihak rumah sakit
" apa! Ba… Baik saya akan segera kesana" saut Liliana
"aku harus pergi cepat! Cepat" ucap Liliana sambil bergegas turun dan tepat di anak tangga ke empat dari bawah Liliana tersungkur karna terburu-buru
" nona? Kenapa dia terburu-buru?" ucap pelayan yang melihat Liliana dari ruang sebelah, pelayan itu hendak menghampirinya tapi Liliana sudah bangun dengan cepat walau terhuyung-huyung
"kenapa gak seperti biasanya jalanan ini sepi banget" ucap Liliana sambil berjalan pincang dan sempoyongan
" kakiku sakit, bukan hanya itu semuanya terasa sakit" ucap Liliana sambil menangis dan terus berjalan hingga akhirnya ia berhenti di kursi pinggir jalan
"kenapa? Ini aneh benar-benar sepi, gak seperti biasanya, aku harus berjalan lagi kalau terus menunggu, aku gak tau baka kapan ada kendaraan yang lewat, hujan mulai turun lagi" gumam Liliana
Setelah beberapa saat Liliana berjalan kakinya mulai terasa lemas kepalanya terasa pusing, hujan semakin besar dan membasahi seluruh tubuh Liliana sampai air matanya pun tak terlihat
"kenapa? Kenapaaa! Harus bersamaan, kena…paa…" teriak Liliana di bawah air hujan yang terus bercucuran, kesadarannya sedikit demi sedikit menghilang penglihatannya mulai kabur langkahnya semakin lambat dan mulai tak seimbang Liliana berjalan tanpa arah
Bip bip biip (suara klakson mobil) Liliana yang baru sadar akan suara klakson, dia berusaha membuka matanya dan mobil itu sudah di depan matanya, mobil itu pun den cepat menginjak rem hingga membuat putaran hebat di jalan, dan Liliana yang merasa syok pingsan di jalan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments