Happy reading.....
“Kita mau beli cincin di sini?” tanya Kia.
Zain tersenyum dan mengangguk kecil mendengarnya.Mereka pun segera memasuki toko perhiasan tersebut. Dengan Kia yang selalu terpukau melihat setiap sudut dari toko ini, Zain tetap menuntunnya perlahan untuk masuk ke dalam toko tersebut.
Salah seorang pelayan toko pun menghampiri mereka, dan kini tersenyum di hadapan mereka.
“Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?”
Zain tersenyum di hadapan sang pelayan, “Bisa tolong tunjukkan sepasang cincin untuk bertunangan, yang cocok dengan kami?” tanyanya.
“Baik, silakan lewat sini.”
Sang pelayan mendahului mereka untuk berjalan ke arah tempat yang ia maksudkan. Zain menoleh ke arah Kia, yang masih terpukau memandang setiap sudut ruangan ini.
“Ayo,” ajak Zain, Kia pun memandangnya sembari mengangguk.
Mereka kini berhadapan dengan berbagai jenis cincin dengan berbagai model. Zain sampai bingung, jika harus memilih sepasang di antara model yang ada di hadapannya.
“Semuanya bagus. Kamu bisa pilih yang mana pun yang kamu suka,” ucap Zain, Kia tersenyum mendengarnya.
Kia mulai mencari model cincin yang ia suka, dengan sangat teliti dan saksama. Pandangannya sangat tajam, sampai ia bisa melihat sekecil apa pun perbedaan dari detail model yang ada pada cincin-cincin itu.
‘Jangan yang terlalu polos, dan jangan yang terlalu ramai,’ batin Kia, yang masih berusaha untuk mencari cincin yang ia sukai.
Tak lama, pandangannya tertuju pada sebuah model cincin yang sesuai dengan kriteria yang ia inginkan. Kia tersenyum, kemudian menunjuk ke arah cincin yang ia suka.
“Aku mau lihat yang ini,” ujar Kia, sang pelayan pun mengambilkannya dan meletakkannya di hadapan mereka.
Kia mencoba mencocokkan pada jari manisnya, dan ternyata cincin yang ia pilih sangat cantik dan juga sangat pas pada jari manisnya. Ia tersenyum, kemudian menyodorkan tangannya ke arah Zain, untuk menunjukkan betapa cocoknya ia menggunakan cincin itu di jarinya.
“Lihat, cocok bukan?” gumam Kia, Zain membelai lembut rambut Kia dengan senyuman yang sangat ramah.
“Sangat cocok.”Kia tersenyum, lalu mengambilkan cincin yang satunya kepada Zain.
“Ini, kamu coba.”
Zain pun menerimanya, kemudian mencoba pada jari manisnya. Ia pun tersenyum, ketika mendapati cincinnya yang ternyata juga sangat sesuai pada jari manisnya.
“Ya, ini juga sesuai.”
“Ya sudah, kita pilih yang ini aja, gimana?”
“Boleh juga,” gumam Zain yang lalu menoleh ke arah sang pelayan, “tolong bungkus yang ini.”
“Baiklah, Tuan.”
Sang pelayan pun membungkus sepasang cincin yang sudah mereka pilih. Kia sangat bahagia, karena ternyata secepat ini ia bisa merasakan yang namanya pertunangan. Terlebih lagi, pertunangan dengan orang yang ia cintai seperti Zain.
“Ini, Tuan. Silakan pembayarannya,” ucap sang pelayan, yang sudah selesai mengemas barang yang mereka beli.
Zain melakukan pembayaran, sementara Kia hanya bisa memandanginya saja.
“Terima kasih.”
Mereka pun pergi dari sana, keluar dari toko perhiasan tersebut. Kia sangat senang, karena ia bisa melihat dan merasakan rasanya memakai cincin pertunangan yang diberikan oleh lelaki yang ia cinta.
“Cincinnya aku yang pegang dulu, ya? Besok, aku bawa ke tempat acara,” ujar Zain, membuat Kia tersenyum dan mengangguk dengan cepat mendengarnya.
SRET!
Kia merasakan ada seseorang yang melewati mereka dengan cepat. Ia sampai menoleh ke arah belakang, dan menghentikan langkah kakinya. Ia memastikan keberadaan orang yang melewatinya, apalagi hari sudah mulai gelap.
‘Kayaknya ada yang ngikutin kita,’ batin Kia, membuat Zain menghentikan langkahnya juga karena bingung dengan apa yang Kia lihat.
“Ada apa?” tanyanya.
Kia menoleh ke arah Zain, “Kayaknya ada yang ngikutin kita, deh,” jawab Kia, membuat Zain mengerutkan dahinya kemudian mengedarkan pandangannya ke arah belakang Kia.
Zain sama sekali tidak menemukan siapa pun di sana. Ia kembali memandang ke arah Kia dengan dalam, berusaha untuk menenangkan Kia.
“Tidak ada siapa pun di belakang. Mungkin hanya perasaan kamu saja,” bantah Zain, tetapi firasat wanita hampir tidak pernah salah. Kia sangat yakin, dengan apa yang baru saja ia lihat.
“Enggak! Aku beneran ngerasain tadi ada yang buntutin kita!” bantah Kia lagi, Zain masih berusaha untuk tenang dengan mencoba untuk menghela napasnya dengan dalam.
“Sayang, mungkin kamu kecapean. Sekarang, kita lanjut pergi ke tempat es krim, yuk!” ujar Zain, yang masih berpikiran positif.
Karena Kia yang tidak ingin bertengkar dengan Zain saat ini, ia berusaha untuk menekan emosinya dan menuruti apa yang Zain katakan.
Zain merangkul Kia, untuk segera mengajaknya ke kedai es krim tempat biasa mereka memesan es krim kesukaan Kia.
Sepasang mata terus mengintai langkah kaki mereka. Ternyata memang benar yang Kia katakan, ada seseorang yang berusaha untuk mengintai mereka dari belakang. Sejak tadi, lelaki misterius itu memang sudah mengintai mereka untuk mengikuti pergerakan mereka.
Karena melihat mereka yang sudah pergi, lelaki misterius dengan masker dan topi hitam itu segera meluncur untuk mendekati mereka lagi.
Tibalah mereka pada kedai es krim, tempat biasa mereka menikmati es krim. Di sana tidak terlalu ramai, sehingga membuat Kia dan Zain nyaman berlama-lama di sana untuk menyantap es krim kesukaan mereka.
“Emm ... es krimnya masih sama enaknya!” gumam Kia, sembari menyuap sesendok es krim ke dalam mulutnya.
Zain terkekeh sembari tertawa, “Hei, makan dulu es krim yang ada di dalam mulut, baru berbicara,” tegurnya, membuat Kia tertawa mendengarnya.
“Habisnya, es krimnya enak banget!”
“Ya, memang enak! Kalau tidak enak, mungkin kamu gak akan minta ke sini setiap minggunya,” ledek Zain, yang selalu membawa Kia ke tempat ini setiap minggunya untuk berkencan.
Mendengar ledekan Zain, Kia hanya bisa tertawa saking tidak bisa mengelaknya ia dari ucapan yang Zain ucapkan. Kia sangat senang, karena ia bisa bersama dengan Zain. Ia sampai memandangi Zain dengan lekat, sehingga membuat Zain menjadi mati gaya karenanya.
“Ada apa, sih? Ada es krim di pipi aku?” tanya Zain yang sadar diri, khawatir es krim itu membuat penampilannya menjadi buruk.
Kia menggelengkan kepalanya sembari tetap tersenyum. Hal itu membuat Zain mengerutkan dahinya karena bingung.
“Lho, lalu kenapa kamu ngeliatin aku begitu?”
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
neng citra
mungkin lelaki misterius itu suruhan Azura..
2023-03-21
2
Heri Wibowo
Wah siapa itu jadi penasaran
2023-03-18
1