Alasan

Haxel bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Alena. Wanita itu semakin menundukan kepalanya.

"Kenapa nama belakangmu Xiazella?"

Pertanyaan macam apa itu? Kenapa perkara nama saja harus di pertanyakan? Batin Alena.

"Ayah papaku bernama Xiaz dan istrinya bernama Ellanor. Jadi keturunannya di beri nama singkatan Xiazella," jawab Alena apa adanya.

"Keturunan?"

"Ya."

Haxel berjalan mengitari Alena. Ia merasa jika wanita yang saat ini berdiri di dekatnya bukan sembarang karyawan.

"Ada tujuan apa kau bekerja di perusahaanku?" tanya pria itu lagi.

Dari sekian banyak pertanyaan, kenapa dia mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya. Batin Alena lagi.

"Uang. Aku butuh uang."

"Uang? Benarkah?"

"Iya, lalu apalagi?"

Haxel mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk sebuah senyum seringai mendapati jawaban Alena. Dari nada bicara wanita itu terdengar begitu berani padanya.

Haxel menggunakan jari telunjuknya untuk mengangkat dagu Alena.

"Tegakkan kepalamu dan lihat aku!"

Alena pun mendongak. Sepasang mata mereka kini bertemu.

"Jangan pernah bermain-main denganku. Sekarang katakan apa tujuanmu bekerja di perusahaanku sebagai karyawan, padahal jelas-jelas kau putri keturunan seseorang yang terpandang!"

Alih-alih menjawab pertanyaan pemimpin perusahaan tersebut, Alena justru malah melemparkan pertanyaan balik.

"Darimana tuan tahu jika aku berasal dari keluarga terpandang?"

Haxel menarik tangannya dari dagu Alena kemudian berdecih. "Penyamaranmu terbongkar."

Alena semakin tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh pria itu.

"Penyamaran? Penyamaran apa?"

"Kau tidak ahli dalam memainkan peran detektif. Jadi berhentilah berpura-pura."

Alena melongo mendengar kalimat pria itu.

"Detektif apalagi coba? Aku bahkan tidak paham apa yang kau katakan sedari tadi, tuan. Apa kau mencurigai aku?"

"Menurutmu? Kau pantas di curigai. Putri dari keluarga terpandang bekerja di sebuah perusahaan menjadi karyawan. Apa itu tidak mencurigakan?"

"Lalu salahnya dimana?"

Haxel membuang napas sedikit kasar.

"Sudahlah, aku tidak ingin membuang-buang energi untuk melayanimu. Sekarang katakan padaku apa tujuanmu bekerja di sini? Seorang karyawan biasa tidak akan ada yang berani melanggar peraturan yang sudah mereka ketahui apa konsekuensinya."

Alena menghela napas panjang. Bagaimana bisa pria itu mencurigainya sebagai detektif.

"Baiklah, aku akan jelaskan padamu."

"Baguslah jika kau mau mengakuinya."

Haxel kembali ke kursinya lalu duduk untuk mendengarkan alasan wanita itu menyamar bekerja di perusahaannya. Sementara Alena sendiri mencebikan bibirnya lantaran pria itu kukuh mengira dirinya seorang detektif.

"Okay. Pertama-tama aku ingin meluruskan jika aku bukan seorang detektif yang ingin memata-matai perusahaanmu. Selain mendapatkan uang, aku sama sekali tidak ada tujuan lain seperti yang kau pikirkan, tuan. Aku bekerja di sini karena aku tidak ingin di cap sebagai penikmat harta keluarga. Jadi aku putuskan untuk mandiri. Dengan bekerja di perusahaanmu."

"Yang kedua, aku ingin menjelaskan kenapa aku bisa melanggar aturan perusahaan. Itu semua terjadi karena aku merasa ada sesuatu yang lebih penting. Oleh karena itu aku melupakan pekerjaanku. Aku akui, aku salah karena sudah meninggalkan pekerjaan begitu saja. Aku ceroboh. Dan itu semua ada alasannya."

"Apa alasannya?"

"Kelinci."

Kini Haxel yang di buat melongo oleh jawaban tidak masuk akal Alena.

"Alasan boddoh macam apa itu?" maki Haxel seraya menggelengkan kepalanya.

"Aku serius, tuan. Aku pulang karena kelinci. Akan aku ceritakan. Jadi, aku memiliki seekor kelinci pemberian kekasihku. Dan sayangnya kekasihku menikahi sepupuku sendiri karena dia hamil. Mamaku ikut kecewa mendengar kabar buruk itu dan beliau ingin membuang semua kenangan tentang kekasihku. Termasuk kelinci itu."

Haxel di buat speechless dengan penjelasan Alena. Dan Alena baru menyadari jika ia baru saja membuka aibnya sendiri tanpa sadar. Tapi ia sudah terlanjur menceritakannya.

"Oleh karena itu aku bergegas pulang untuk mencegah mama menjual kelincinya. Tapi aku terlambat," sambung Alena.

Setelah mengatakan hal itu, Alena kembali menundukan kepalanya lantaran merasa malu. Ia berharap jika cerita tentangnya hanya sampai pada telinga pria itu saja.

Haxel kembali berdiri di depan Alena. Ia membuat kedua mata Alena melotot hampir copot karena ia membawa tubuh wanita itu ke dalam pelukannya.

_Bersambung_

Terpopuler

Comments

An

An

daaah bos modus pula/Sneer//Sneer/

2023-12-29

0

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

ksmptn bsa peluk ya😀

2023-03-23

1

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

ehhhh main peluk aja haxel

2023-03-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!