Matahari mulai terbenam, Axel merebahkan badan nya di pasir pantai, melihat itu Dara pun ikut-ikutan merebahkan badannya di sebelah Axel. Kepala mereka saling berdekatan.
“Dara,...” Axel memanggil Dara.
“ Iya ?” Dara menyahut.
“ bintang bintang nya indah ya?” Axel menunjuk ke langit.
“ Iya ...indah banget" andai aku jadi bintang?” ucap Dara, tak sadar airmata nya menetes.
“ Kenapa kamu ingin jadi bintang Dar?” tanya Axel, dia tak lihat kalau Dara sebenarnya menitikkan air mata saat itu.
“Bintang tak pernah bersedih, dia selalu bersinar terang meski di sekitarnya gelap". Dara menjawab sambil menghapus air matanya.
“ Dara kalau kamu ingin bersinar, bersinarlah...aku akan selalu berada di dekat mu dan mendukung mu". Axel berbicara sambil melihat Dara.
Hari semakin gelap, dan akhirnya mereka pun pulang.
Keesokan harinya, seperti biasa Axel berolah raga di sekitar taman Kota, lalu dia tak sengaja bertemu dengan Laki-laki 304.
“Hey...mas... suka lari pagi juga?” tanya Axel pada ihsan yang juga sedang berlari di taman.
“Oh...kau..iya begitulah" jawab Ihsan sedikit mengabaikan.
“Lagi-lagi aku di cuekin!” salahku juga , ngapain negor-negor.... payah!” Axel berlalu sambil menggerutu.
Ihsan melihat Axel mendahuluinya, entah mengapa sikap Ihsan begitu dingin.
Lalu Ihsan melihat kebawah, ternyata tali sepatu nya lepas, segera dia berhenti dan membenahi tali sepatu nya, tak jauh dari tempat dia jongkok, lewat gadis berambut panjang memakai baju seksi berwarna merah.
“heemmm...pagi-pagi, Ada aja yang kaya beginian lewat, astaghfirulloh!” Ihsan pun segera menundukkan pandangan nya, dan tiba-tiba dia teringat sesuatu.
“ Ya Allah...aku ingat sekarang, wanita Cafe itu adalah Dara, penyanyi klub malam !” Ucap Ihsan.
Akhirnya Ihsan mengingat wajah Dara, ya dulu Ihsan adalah anak kuliah yang sedang melakukan riset untuk skripsinya di daerah tempat Dara tinggal mengontrak.
Dulu Ihsan rajin mengisi pengajian remaja di Masjid dekat di daerah Dara tinggal.
Pernah juga melihat Dara dan suaminya pulang larut malam, waktu itu Ihsan baru selesai sholat subuh di Masjid, hendak berjalan pulang.
“ Dara...tungguin gue..woyy!” Teriakan seorang laki-laki membuat Ihsan kaget dan menoleh ke belakang.
“Seperti nya dia mabuk" pikir ihsan ketika melihat varel yang berjalan sempoyongan.
“ Gue cape...gue mau pulang!” teriak gadis cantik berpakaian seksi warna merah melewati Ihsan.
“Dara..gue bilang tunggu!” Dari situlah Ihsan lebih dulu tahu siapa nama Dara sebelum pertemuan keduanya di pasar.
Sekitar jam sembilan pagi, Axel sampai ke apartemen nya, lalu ketika dia baru membuka pintu handphone nya berdering.
“Dara? .... iya hello Dara, ada apa?” Axel menjawab telp sambil meletakkan handuk sportnya di sofa.
“ Aku gak ke Cafe dulu ya, uhuk..uhuk..!” Dara menjawab dengan suara serak dan berkali-kali batuk.
“ Kamu sakit?” tanya Axel khawatir pada Dara.
Dirumah susun.
“ Tok..tok..tok..!” Suara pintu diketok.
“Dara ini aku, Axel!” Axel ternyata sangat khawatir sampai-sampai dia pergi kerumah Dara.
Axel mendengar suara Dara batuk ....“ uhuk ...uhuk!”...
Dara kamu gak apa apa kan?” Axel bertanya dan kembali mengetuk-ngetuk pintu Dara.
“Iya ..masuk aja gak di kunci!” Jawab Dara sambil merapihkan rambutnya.
Axel langsung masuk ke dalam rumah susun Dara yang kecil, di tangan nya terdapat bungkusan.
“ Kamu sudah makan belum?...ini aku bawakan bubur ayam". Axel meletakkan bungkusan itu di meja sebelah tempat tidur Dara.
"apa kamu sudah minum? kalau demam, banyak banyak lah minum teh hangat".
lalu Axel mengambil gelas dan membuatkan Dara teh hangat, Axel pun mendekat dan memegang kening Dara, memeriksa.
"Deg!" Dara tertegun.
“Aku gak apa apa kok, Cuma panas dikiiitt...., makasi ya dah di buatin teh" jawab Dara dengan suara serak dan meminum teh hangat itu.
Axel bergegas mengambil sendok lalu bertanya , “Apa kamu sudah ke dokter?” Axel berbicara sambil membuka bungkusan bubur dan perlahan menyuapi Dara.
“Gak usah...aku males minum obatnya, pahit!” Dara menjawab dan mulai membuka mulutnya.
“mmm ...nyam..nyam..enak ...” Dara makan dengan malu malu sambil tersenyum.
Rasa nyaman dan rasa aman langsung membuat Dara menjadi bersemangat kembali.
Axel merawat Dara dengan penuh perhatian, tanpa banyak bicara Axel merapihkan rumah Dara.
ya sebenarnya gak layak di sebut rumah, karena bila di lihat luasnya, besarnya hanya separuh kamar apartemen Axel.
Dara mulai mencuri curi pandang lalu menundukkan matanya sesekali karena khawatir beradu pandang dengan Axel yang sedang mencuci piring .
“ Ada apa ?...belum pernah liat Bos nyuci piring dirumah pegawainya ya?” Axel meledek Dara.
“Ah...Gak kok... Cuma....coba aja tiap hari ada yang nyuciin piring, hehehe" Dara tertawa bahagia.
“hmmm...ke enakan ya kamu" jawab Axel santai.
Sudah tiga hari lamanya Dara tidak bekerja karena sakit. Namun sebenarnya bukan hanya itu alasan Dara tidak bekerja.
“apa yang harus aku lakukan?....bagaimana kalau Varel menemukan ku!” Dara bolak balik di dalam kamarnya, wajahnya terlihat sangat ketakutan.
“Bagaimana Varel bisa tahu kalau aku bekerja di Cafe Hoki? Apa aku harus berhenti saja?” Dara tiada hentinya berfikir mencari jalan keluarnya.
Ternyata si penelpon misterius di Cafe Hoki tempo hari itu adalah suara Varel.
Suami Dara ternyata tak menyerah , dia terus mencari keberadaan Dara, bukan karena sayang atau pun rindu, tapi karena dia berhutang kepada Bos Geng Tiger.
Betul saja, di kejauhan Varel sedang memata-matai kembali Cafe Hoki.
“Sial...dah sore begini Dara belum kelihatan juga, brengsek!” Varel terlihat sangat kesal, sepertinya sejak kemarin dia sudah menunggu Dara.
Kemudian datanglah Ihsan sedang menyusuri jalan trotoar menuju Cafe Hoki dan melihat Varel, “laki-laki itu kan......Ngapain dia ada sini!...Ya Allah ...apakah dia mau menggangu Dara?” Ihsan segera menyeberang jalan dan masuk ke Cafe.
“Dara...! Dara...! Teriak Ihsan panik.
“Suara siapa itu...?” Axel langsung mencari tahu siapakah orang yang memanggil-manggil nama Dara.
“Kamu bilang apa tadi?” tanya Axel pada Ihsan, dia merasa tidak percaya, bagaimana laki laki 304 ini bisa tahu nama Dara.
“Mana Dara...di mana dia?” Ihsan bertanya kepada Axel dengan berbisik-bisik dan menarik Axel ke pojok Cafe.
“Hey...apa apa an sih!” Axel langsung menyingkirkan tangan Ihsan dari bahunya, “sok akrab banget nih orang!” pikir Axel.
“Kamu lihat laki laki di seberang jalan itu?” Ihsan memberikan kode dengan matanya, memberitahu sosok yang sedang memata-matai cafe kepada Axel.
Axel kembali bertanya, “apa...Mana...tunggu dulu... bisa gak anda menjelaskan dulu, darimana mas tahu nama Dara?”
Ihsan terdiam, dia gak tahu harus memulai cerita darimana.
“ Aku kenal Dara sejak 3 tahun yang lalu" Ihsan akhirnya bicara.
“ Tiga tahun...! jadi mas ini sudah kenal Dara? dan kenapa? Kenapa waktu itu mas seakan – akan tidak kenal dengan Dara?” Axel tak habis pikir, dia masih belum percaya bahwa Ihsan mengenal Dara jauh sebelum dirinya.
Ihsan semakin bingung dan tak tahu harus bagaimana, apakah dia harus bercerita kepada Axel tentang masa lalu Dara ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments