Mengejar Cinta Duda Tampan
Seorang wanita datang ke sebuah sekolah. Ia dimintai tolong oleh Kakak iparnya mengantar bekal untuk dua keponakanya.
Wanita itu, adalah Aline Michaela. Wanita cantik yang tak kenal cinta dan menganggap cinta itu hanyalah sesuatu yang membosankan. Karena itu ia sering kali berganti-ganti kekasih. Aline akan langsung memutuskan hubungan kalau ia bosan. Meski begitu, banyak pria yang rela antri hanya untuk bisa menjadi kekasih Aline.
Usianya sudah cukup untuk menikah. Namun, Aline bahkan tak tertarik untuk menjalani hubungan serius dengan siapapun. Papa, dan dua kakak serta dua kakak iparnya pun dibuat pusing oleh Aline.
***
Aline melihat sekeliling sekolah. Ia berjalan cepat menaiki tangga mecari kelas dua keponakannya. Kebetulan ia bertemu wali kelas dua keponakannya di tengah jalan.
"Hallo, Nona Aline." sapa Guru.
"Hallo, Bu Hana. Kebetulam sekali, saya hendak ke kelas mengantar bekal Yurika dan Yeriko." kata Aline.
"Berikan saja kepada saya. Nanti saya akan berikan pada Yurika dan Yeriko." kata Guru itu.
Aline yang memang sedang buru-buru pun langsung memberikan dua tas bekal milik dua keponakannya pada Guru yang ditemuinya itu. Ia mengucapkan terima kasih dan langsung berpamitan pulang.
Aline menuruni tangga pelan-pelan. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, ia mendapat pesan dan langsung membalas pesan temannya. Dalam perjalanan menuju parkiran, saat ingin turun tangga, ia melihat ada dua anak laki-laki sedang bertengkar.
Salah seorang tiba-tiba mendorong dan membuat si anak lain jatuh. Aline langsung menolong sampai menjatuhkam ponselnya, sehingga anak itu berada dalam dekapannya. Sialnya, tubuhnya tidak imbang dan ia pun merasa akan jatuh. Aline segera mendorong si anak dalam dekapannya dan ia pun jatuh berguling-guling di tangga.
Anak yang ditolong Aline langsung berteriak, dan membuat keributan. Sehingga ramai orang datang. Seorang guru bertanya pada si anak yang ditolong Aline, apa hal yang terjadi? Dan anak itu langsung menunjuk ke arah tangga. Terlihat Aline terkapar dilantai dan tak sadarkan diri.
***
Di rumah sakit. Aline sudah mendapatkan pewatan. Beruntung tidak ada masalah serius dialami Aline. Saat jatuh Aline menindungi kepalanya dengan dua tangannya. Meski begitu ia mengalami memar dan luka-luka dikejur tubuh karena berguling dari tangga yang cukup tinggi.
Aline melihat seorang anak menangis di sampingnya. Saat tahu itu adalah anak laki-laki yang ditolongnya, Aline memanggil anak itu mendekat dan bertanya apakah anak itu baik-baik saja atau tidak.
"Hei, kamu tidak apa-apa? apa kamu terluka?" tanya Aline.
Anak itu menggeleng, ia menyeka air matanya dan terisak-isak. Aline tersenyum, memegang tangan anak itu.
"Apa kamu takut? Aku tidak apa-apa. Lihat, hanya luka kecil." kata Aline.
"Maaf, Bibi ... " kata anak itu dengan suara serak.
"Maaf untuk apa? Aku jatuh bukan salahmu. Itu karena aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku," jawab Aline.
Aline merasa kasihan pada anak di hadapannya. Ia pun bertanya apa alasan anak itu bertengkar dengan temannya? anak laki-laki itupun bercerita, Kalau ia kesal karena anak yang mendorongnya selalu jahat padanya dan mengatainya.
"Dia anak nakal. Selalu menggangguku," kata anak itu.
"Begitu, ya. Apa kamu sudah bilang pada Papa dan Mamamu? Mereka perlu tahu, agar bisa bicara dengan gurumu di sekolah," kata Aline.
Anak itu menggeleng, "Aku tidak punya Mama, dan Papa sibuk. Aku tidak mau membuat Papa khawatir dan kerepotan." kata Anak itu.
Aline mengerutkan dahi. Ia merasa sedih setelah tahu anak laki-laki itu tak punya Mama dan hanya hidup bersama Papanya.
"Siapa namamu?" tanya Aline menatap anak laki-laki itu.
"Maximilian. Kalau Bibi?" tanya balik Maximilian.
"Aline," jawab Aline tersenyum.
Tiba-tiba pintu ruang rawat Aline terbuka dan seseorang masuk memanggil nama Maximilian.
"Max ... " panggil seseorang itu.
Maximilian memalingkan pandangan ke arah orang yang memanggilnya, "Papa ... " panggil Maximilian berlari mendekati sang Papa.
Maximilian memeluk Papanya dan menangis tersedu-sedu dipelukan sang Papa. Papa Maximilian menenangkan putranya, ia mengusap-usap punggung putranya.
"Tidak apa-apa. Papa sudah tahu semuanya, dan tidak marah." kata Papa Maximilian.
Maximilian melepas pelukan, "Tapi karena aku Bibi yang di sana terluka," kata Maximilian terisak.
Papa Maximilian menyeka air mata putranya, lalu mengusap kepala putranya. Ia mengatakan, kalau Maximilian merasa bersalah, seharusnya Maximilian mengucapkan maaf dan juga terima kasih karena sudah ditolong.
Maximilian dan Papanya berjalan mendekati Aline. Begitu melihat dari jarak dekat, Papa dari anak laki-laki yang ditolongnya, Aline langsung berdebar.
"Wah ... tampan sekali," batinnya melongo.
Papa Maximilian memperkenalkan diri. Namanya adalah Owen Alexius. Aline tersentak, ia juga memperkenalkan diri.
"A-Aline Michaela." kata Aline merasa gugup.
"Terima kasih sudah menolong Maximilian. Aku melihat dari rekaman kamera pengawas, kamu mendorongnya sebelum jatuh. Aku juga minta maaf, karena putraku keadaanmu jadi seperti ini." kata Owen.
"Tidak apa-apa. Saat itu aku hanya kebetulan lewat. Beruntung aku bisa menangkapnya sebelum jatuh. Soal aku jatuh, itu karena salahku yang tidak bisa jaga keseimbangan." jawab Aline.
Owen tetap merasa bersalah. Ia pun meminta Aline untuk istirahat dengan nyaman. Owen bahkan sudah minta pada Dokter, untuk Aline dipindahkan ke ruang rawat VIP.
Aline menolak. Ia merasa tak perlu harus dirawat inap. Ia hanya akan beristirahat sampai infusnya habis, lalu pulang. Bahkan sebelumnya Aline sudah bicara pada Dokter yang merawatnya.
Ponsel Owen berdering. Owen memint izin menerima panggilan lebih dulu sebelum lanjut berbincang dengan Aline. Aline menganggukkan kepala, mengiakan.
Aline menatap wajah tampan Owen dengan lekat. Ia tidak sangka, pria tampan di hadapannya sudah punya anak seusia keponakannya. Aline pun menebak-nebak berapa usia pria di hadapannya.
"Oh, ya. Max tadi kan bilang dia tidak punya Mama. Jadi pria ini, duda? wah ... keren. Duda tampan." batin Aline tersenyum senang.
"Bibi, apakah lukanya sangat sakit? wajah Bibi merah," kata Maximilian bertanya.
Aline kaget, "Oh, hanya nyeri sedikit. Tidak apa-apa, Max. Jangan khawatir," jawab cepat Aline.
Aline merasa ia tidak boleh ketahuan kalau sedang memperhatikan Owen dan memikirkan Owen.
"Nona, maaf. Sepertinya aku harus pergi. Ini kartu namaku, kalau butuh sesuatu hubungi saja aku." kata Owen memberikan kartu namamya.
Aline menerima kartu nama Owen, "Ya, terima kasih perhatiannya." kata Aline.
Owen meminta Maximilian berpamitan. Maximilian menurut dan berpamitan pada Aline. Maximilian kembali meminta maaf dan berterima kasih. Ia bahkan meminta izin untuk memeluk Aline.
Aline meminta Maximilian untuk lebih berhati-hati dan segera malapor pada Guru kalau dijahati teman. Maximilian melepas pelukannya dan menganggukkan kepala. Ia berkata akan selalu mengingat pesan Aline.
Owen juga berpamitan. Ia menggandeng tangan putranya pergi meninggalkan ruangan tempat Aline dirawat. Aline tersenyum manatap kepergian Owen dan Maximilian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sophia Aya
mampir thor
2023-07-21
0
nata de coco
menarik ceritanya
2023-03-24
0