Pintu diketuk, tak lama pintu dibuka. Aiden bersamaan dengan Aline menatap ke arah pintu. Keduanya mengira kalau yang datang adalah Alwin atau Alvin. Melihat seorang anak masuk diikuti seorang pria, Aiden pun terkejut. Aline tersenyum dan langsung menyapa Maximilian dan Owen.
"Hai, Max ... " sapa Aline.
"Ha-hallo ... Bi-bi ... " gumam Maximilian canggung.
Aiden menatap Aline, "Mereka?" kata Aiden bertanya pada putrinya.
"Oh, itu Maximilian dan Papanya. Dia anak yang aku bantu," jawab Aline.
Aiden menatap Owen dan Maximilian bergantian. Owen langsung menyapa dan memperkenalkan diri. Aiden juga memperkenalkan dirinya pada Owen.
"Maaf, kalau kedatangan kami mengganggu. Max ingin memberikan sesuatu padamu," kata Owen menatap Aline.
Aline tersenyum, "Oh, benarkah? apa yang kamu bawa, Max?" tanya Aline antusias.
Aline berpikir, kedatangan Owen tak mengganggunya sama sekali. Ia justru senang, rasanya ia lebih bersemangat karena melihat pria tampan idamannya mengunjunginya.
Maximilian manatap Papanya. Owen tersenyum dan menganggukkan kepala. Ia lantas memberikan buket bunga dan tas berisi cake pada putranya untuk diberikan pada Aline.
Maximilian menerima pemberian Owen dan membawa buket bunga dan tas pada Aline. Maximilian berjalan perlahan mendekati Aline, ia langsung memberikan buket juga tas yang dibawanya pada Aline.
"Terima kasih. Bunganya cantik. Dan ini apa?" tanya Aline menunjuk taa yang diberikan Maximilian padanya.
"Cake strawberry," jawab Maximilian ragu-ragu.
"Wah ... bagaimana bisa kamu tahu aku suka Cake rasa strawberry, Max?" tanya Aline tersenyum mengusap kepala Maximilian.
Aline menatap Owen dan berterima kasih juga pada Owen. Aline mengatakan, seharusnya Maximilian dan Owen tak perlu repot membawa apa-apa.
Owen menjawab, kalau putranya ingin mengunjungi dan membawa bunga serta cake untuk Aline. Sebagai hadiah sekaligus permintaan maaf. Aline menatap ke arah Maximilian dan tersenyum. Aline memuji Maximilian dan kembali berterima kasih. Aline mengaku senang Maximilian datang berkunjung dan memberikan hadiah.
Maximilian terkejut, "Bibi senang aku datang? sungguh?" tanya Maximilian menatap Aline.
"Tentu saja. Siapa yang tidak senang dikunjungi anak manis sepertimu." kata Aline mengusap wajah tampan Maximilian.
"Kalau begitu. Besok boleh aku datang lagi? aku akan bawakan bunga dan cake lagi," kata Maximilian penuh semangat.
Deg ...
Aline terkejut. Ia tidak sangka kata-katanya akan memancing antusias Maximilian untuk kembali datang mengunjunginya.
"Dia bilang apa? dia mau datang lagi besok? Aaa ... senangnya. Kalau begini aku tak perlu melakukan apa-apa dan hanya perlu bersikap baik saja, kan." batin Aline sangat senang.
Aline menatap Owen, "Tapi apa tidak apa-apa kamu datang lagi besok? Apa Papa mengizinkanmu?" bisik Aline mengalihkan pandangan pada Maximilian.
"Nanti aku akam bujuk Papa. Bibi tidak perlu khawatir, ok." Bisik Maximilian ditelinga Aline.
Aline tesenyum dan mengusap kepala Maximilian. Sungguh ia sangat senang mendengar jawaban Maximilian. Aline melirik ke arah Owen. Ternyata Owen sedang berbincang dengan Papanya.
Aline menawari cake strawberry yang dibawa Maximilian untuknya. Maximilian mau dan diberikan sepotong oleh Aline.
"Bibi tidak makan cakenya?" tanya Maximilian menatap Aline.
"Ya, tentu saja Bibi makan. Ayo, kita memakannya bersama-sama." ajak Aline. Yang juga mengambil dan memakan cake pemberian Maximilian.
Tak lama Alwin dan Alvin datang. Aiden memperkenalkan dua putra kembarnya pada Owen. Alwin dan Alvin melihat keadaan Aline. Mereka melihat seorang anak duduk di sisi Aline.
Aline lantas memberitahu kalau Maximilian adalah anak yang ia bantu. Aline memberitahu Maximilian kalau dua pria yang baru datang adalah Kakaknya. Alwin dan Alvin menyapa Maximilian. Karena dua orang itu sudah memiliki anak, maka mereka bisa dengan mudah mendekati Maximilian.
Ternyata Maximilian seusia dengan si kembar, Yurika dan Yeriko, putra-putri dari Alwin. Hanya saja mereka berbeda kelas. Alwin dan Alvin lantas meninggalkan Maximilian dan Aline. Mereka bergabung dengan Aiden dan berbincang bersama dengan Owen.
Aline menatap Maximilian, "Kapan-kapan mau Bibi kenalkan pada keponakan Bibi?" tanya Aline.
Maximilian terdiam sesaat, lalu menganggukkan kepala perlahan. Ia merasa malu dan canggung. Ini pertama kalinya ada seseorang yang dekat dengannya dan bersikap baik padanya selain Papanya. Maximilian masih ragu, apakah ia bisa berbaur dengan orang asing? mengingat selama ini ia hanya sendirian, baik itu di rumah maupun di sekolah, ataupun tempat les. Maximilian yang pendiam tidak berani untuk mengajak temannya bicara duluan. Padahal ia ingin seperti yang lain, punya banyak teman. Bermain dan berbincang dengan teman.
Aline bingung. Kenapa Maximilian diam saja. Aline pun bertanya, apakah ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh Maximilian? atau ada anak nakal lagi yang mengganggu Maximilian?
Maximilian menggelengkan kepalanya pelan. Ia menjawab dengan suara pelan, kalau ia sedang berpikir seperti apa keponakan Aline.
"Oh, kalau soal itu kamu tidak perlu khawatir. Tiga keponakan Bibi bukan anak-anak nakal seperti temanmu yang kemarin mendorongmu. Mereka anak baik, juga senang bermin dengan teman baru." kata Aline.
Maximilian terlihat senang juga sangat menantikannya. Ia tidak sabar ingin bertemu tiga keponakan Aline.
"Aku akan bertemu teman baru," batin Maximilian berdebar.
Aline senang melihat wajah Maximilian yang malu-malu. Ia yakin Maximilian sangat menantikan pertemuannya dengan teman-teman baru. Aline berpikir, untuk meminta pada Kakaknya membawa tiga ponakannya datang saat berkunjung besok. Dengan begitu ia bisa mengenalkan Maximilian dengan Yurika, Yeriko dan Rowena.
***
Karena ada janji temu dengan klien. Dan Maximilian juga ada les, maka Owen tidak bisa berlama-lama lagi. Ia berpamitan dan mengajak putranya untuk pulang.
"Max ... ayo," ajak Owen.
Maximilian memeluk Aline, "Sampai jumpa besok, Bibi. Kita bertemu setelah pulang sekolah." bisik Maximilian.
"Ya, sampai besok. Hati-hati pulang." kata Aline.
Pelukan terlepas. Maximilian pergi meninggalkan Aline. Baru beberapa langkah berjalan, Maximilian berbalik dan melambai.
"Dahh ... Bibi," ucapnya sambil tersenyum tampan.
Deg ... deg ... deg ...
Jantung Aline berdegup kencang. Aline melambai dan mengatakan pada Maximilian untuk hati-hati.
"Masih kecil saja sudah membuat orang jantungan. Bagaiamana nanti kalau dia sudah dewasa? Pasti dia akan lebih tampan dari Papanya, kan." batin Aline.
Pandangan mata Aline dan Owen bertemu. Aline langsung diam seperti sedang tersihir. Pandangan mata Owen serasa menusuk hati dan itu semakin membuat jantunh dan hatinya menari-nari.
"Aaaaaa ... kesayangku menatapku ... " batin Aline senang.
Owen dam Maximilian pergi. Begitu juga Alwin dan Alvin. Saat kedua kakak kembarny mau pergi, Aline memanggil dan meminta dua kakaknya itu membawa keponakannya besok siang.
"Oh, memang rencananya begitu. Rowena merengek sampai tidak bisa tidur semalam. Katanya ingin melihat Bibinya." jawab Alvin.
"Si kembar juga. Aku dan istriku sampai lelah membujuk." sambung Alwin.
Aline bangga, ketiga keponakannya sangat lengket padanya. Ia lantas meminta dua Kakaknya pergi dan semangat bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments