Rain masih saja mencari siapa gerangan, yang berbicara dengan suaminya, akan tetapi tidak satupun yang terlihat mencurigakan baginya. Sikap dari Devan suaminya pun tidak terlihat mencurigakan sama sekali, sorot matanya tidak menampakkan jika suaminya itu menutupi sesuatu.
Rain akhirnya menyerah, pasrah, menganggap bahwa apa yang dia lihat tadi hanyalah angin lalu, dan tidak pernah ada. Hingga tiba tiba mata Rain menangkap sosok seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh paripurna sedang menatap ke arah suaminya tanpa berkedip. Rain merasa penasaran. 'Apa perempuan itu yang tadi bicara dengan Mas Devan ya?' batin Rain.
Rain terus memperhatikan wanita tersebut, yang sama sekali tidak melepaskan pandangan ke arah Devan suaminya. Tiba-tiba Devan menegur Rain, karena bundanya memanggil mereka, Rain menoleh sejenak ke arah suaminya, dan begitu dia melihat ke arah wanita tadi, wanita tersebut sudah tidak lagi berada di sana. 'Kemana dia, aku baru juga nengok sebentar, sudah menghilang saja' kata batin Rain, sambil kembali matanya bergerak mencari keberadaan si wanita tersebut.
"kamu kenapa, sayang? Kok sepertinya sejak dari luar tadi, kamu seperti sedang mencari cari sesuatu"
"Eh, nggak papa kok, mas. Ayo kita ke bunda, mas. Kan tadi mas Devan bilang bunda panggil kita"
"Bener tidak ada apa-apa? Nggak ada yang sedang kamu sembunyikan?"
"Nggak ada mas" dalam hati Rain berkata. 'harusnya pertanyaan itu di tujukan buat kamu, mas'
"Ya sudah, ayo kita ke bunda"
Devan merangkul sang istri, dan berjalan menuju ke arah bunda yang sedang menunggu mereka.
"Ada apa panggil kita kesini bun?"
"Kalian temani bunda disini lah, ini bunda sendirian, kok rasanya nggak nyaman banget deh"
"Ya ampun bunda, Devan kira ada apa bun"
"Dev, tadi bunda seperti lihat ada Alyssa di sini"
"Masa sih bun? Bunda salah lihat mungkin" Devan merasa sedikit kaget dengan pernyataan bundanya.
"Alyssa itu siapa Mas?" tanya Rain.
"Loh, Devan tidak pernah cerita tentang Alyssa ke kamu Rain?"
"Sepertinya belum pernah, bun"
"Ya ampun Devan, kalian itu menikah sudah lima tahun, seharusnya tidak ada yang kalian tutupi satu sama lain dong"
Kening Rain berkerut, mencoba mencerna apa yang dikatakan ibu mertuanya. 'apa gerangan yang suamiku sembunyikan dari aku' batinnya.
"Nggak penting buat di bahas itu bun. bukan hal yang perlu di ceritakan"
"Kamu jangan menganggap enteng hal seperti ini, Dev, hati-hati, karena bisa saja menjadi duri dalam rumah tangga kalian. Apa lagi kamu tahu kan seperti apa bude Sulis"
Rain makin bingung, 'apa hubungannya dengan bude Sulis, ada apa sih sebenarnya?' Rain tidak berani mengungkapkan secara langsung apa yang dia rasakan dalam hatinya, akan tetapi rasa penasaran merajai hatinya.
"Sudahlah bun, tidak usah bunda bahas nama itu, intinya nama itu sama sekali tidak penting dan tidak pantas untuk di bahas"
"Terserah kamu Dev, Rain kalau kamu penasaran, kamu tanyakan saja langsung sama suami kamu itu ya! Pesan bunda, kamu jangan mudah terprovokasi dengan siapapun Rain, kamu harus percaya sepenuhnya sama suami kamu ini ya"
"Baik bun, Insya Allah bun"
"Bagus, kamu memang menantu yang baik dan penurut. Itu sebabnya bunda sama ayah sayang sama kamu"
"Jadi sayangnya cuma sama istri aku saja nih, sama aku nggak bun?"
"Ya, sayang juga, tapi porsinya lebih banyak untuk menantu bunda, soalnya kamu itu ngeyelan kalau di omongin"
"Hmmm, jadi seperti itu nih, ya sudah kalau begitu, Devan sama Rain mau ke sana dulu aja deh, bun"
"Eh, jangan, nanti bunda sendirian dong di sini. BT tau nggak, kalau nggak ada temannya. Si ayah sih pakai acara ada kerjaan mendadak. Dania sama Davia juga, bunda ajakin nggak ada yang mau ikutan. Eh, tapi kalau kamu mau pergi, pergi saja sana, tapi Rain di sini saja, sama bunda"
"Rain kan istri Devan, pasti ikut kemanapun Devan pergi dong, bun"
Rain melihat perdebatan ibu dan anak di depannya sambil geleng-geleng kepala. Devan dan ibunya memang seringkali saling menggoda satu sama lain, dan terlihat seperti sedang berdebat dalam pertengkaran.
"Dev, nanti kita pulang dulu saja ya! Atau kalau harus menginap, kita cari hotel saja, bunda nggak betah di sini, dari tadi pada ngomongin Dania, Davia, Rain, seolah-olah mereka adalah Tuhan yang bisa mengetahui segalanya"
"Iya, boleh ma, dan sepertinya itu lebih baik, apa lagi ada wanita ular itu"
"Siapa wanita ular itu, Mas?"
"Ya si Alyssa itu lah Rain, siapa lagi?" Ucap bunda, sebelum Devan sempat mengeluarkan suaranya.
"Mas, kamu hutang penjelasan sama aku ya, kamu harus ceritakan semuanya sama aku, tanpa ada yang kamu tutup-tutupi"
"Tuh, dengar kata istrimu, ceritakan semuanya, jangan sampai wanita ular itu melihat celah dalam rumah tangga kalian"
"Bunda nih, kenapa harus sebut wanita ular itu. Bikin mood aku jadi anjlok! gimana kalau kita pulang sekarang saja, bun. Di sini juga kita nggak dilihat dari tadi"
"Boleh juga itu ide kamu, kita pulang sekarang saja lah"
Mereka bertiga segera beranjak berdiri dan segera meninggalkan rumah bude Sulis, tanpa berpamitan.
"Bun, ini ga apa-apa kita tinggalin rumah bude Sulis, nggak pamit?" Rain yang merasa tidak enak dengan bude Sulis bertanya kepada ibu mertuanya.
"Anggap saja ga apa-apa, Rain, lebih baik kita pulang saja, jaga hati, biar tenang, dari pada di sana, telinga panas lama-lama. Besok pas acara tinggal minta maaf deh, bilang saja ada keperluan darurat"
"Bunda bisa saja, tapi memang benar sih bun, Rain juga berusaha masuk kuping kanan, keluar kuping kiri, setiap ada yang nanyain Rain sudah hamil atau belum"
"Bagus, memang harus begitu, Rain. Kalau enggak gitu, capek sendiri nanti kita"
Rain merasa sangat bersyukur memiliki mertua seperti bunda Sandi dan Ayah Evan, yang bisa menerima dirinya apa adanya. Tidak pernah selama menikah dengan Devan, kedua mertuanya menyinggung kenapa dirinya belum juga hamil. Kedua kakal iparnya adalah wanita karir, yang sampai saat ini belum bertemu dengan jodoh mereka.
Rain tidak pernah sekalipun mendengar kedua mertuanya memaksa kedua kakak iparnya untuk segera menikah, Ayah dan bunda sangat berfikir Rasional. Mereka punya prinsip kalau Jodoh, Maut dan Anak itu adalah mutlak hak prerogatif Allah SWT. Tidak sewajarnya kita manusia biasa malah mempertanyakan hal itu. Yang terpenting tetap Ikhtiar dan tetap berdoa. Jika memang belum di beri jangan berputus Asa.
Rain sendiri adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dirinya bukan berasal dari keluarga mampu. Ayahnya seorang pekerja proyek serabutan, sementara ibunya mengkreditkan barang keliling. Kedua orang tuanya berusaha keras agar kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan tinggi. Rain sendiri adalah lulusan Sarjana, begitupun adiknya Rayyan.
Pertemuan Rain dan Devan terjadi secara tidak sengaja, Rain yang bekerja di sebuah perusahaan manufaktur, saat itu mendapat tugas mengaudit perusahaan rekanan Devan. Saat Rain datang ke perusahaan itu, suatu kebetulan Devan juga sedang ada urusan bisnis disana.
Rain mengira kalau Devan adalah orang yang harus dia audit. Dengan penuh percaya diri, Rain mengajukan beberapa pertanyaan terkait Audit kepada Devan, dan Devan yang memang banyak tahu tentang perusahaan rekannya tersebut, menjawab dengan gamblang setiap pertanyaan yang di ajukan Rain.
Sampai akhirnya rekan Devan datang dengan membawa dokumen dokumen yang dibutuhkan untuk audit, dan meminta maaf kepad Rain karena keterlambatannya. Rain tentu saja terkejut dan bertanya siapa orang yang sebelumnya telah dia ajukan pertanyaan. Rain merasa sangat malu sekali ketika mengetahui yang sebenarnya.
Rain meminta maaf kepada Devan, karena dengan percaya dirinya dia malah bertanya kepada Devan. Devan kemudian meminta kontak Rain dan malamnya langsung menghubungi Rain. Dari sanalah hubungan mereka kemudian menjadi dekat hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments