Pejuang Garis Dua
"Kamu lihat, si Hani yang baru nikah kemarin saja, sekarang sudah hamil, itu si Murni yang nikahnya bareng kamu, anaknya sudah tiga, yang pertama malah sudah mau masuk SD, kamu? Sampai sekarang masih saja nggak ada tanda tanda perutmu di isi jabang bayi!"
"Mau bagaimana bude, Rain sama Mas Devan sudah berusaha, ikut program hamil, berobat sana sini, dari medis sampai alternatif, tapi Allah belum kasih kepercayaan untuk Rain dan Mas Devan"
"Halah, memang dasar kamu mandul, anak kampung kurang gizi, sok-sok an menikah sama Devan ponakanku yang jelas keturunan ningrat, begini hasilnya. Ponakan kesayanganku belum juga di kasih keturunan sampai sekarang!"
"Maaf bude, jangan salahin Rain terus dong bude. Nggak ada hubungannya anak kampung sama belum hamil loh bude"
"Ya ada dong, dia itu dari kecil, pasti makannya sembarangan, nggak bergizi, makanya rahimnya nggak subur"
"Mbak, jangan salahkan Rain terus mbak, kasihan Rain mbak. Aku saja bundanya nggak masalah kok, kalau Rain dan Devan memang belum di karuniai seorang anak. Sudah ya mbak. Anak itu termasuk salah satu rezeki mbak, kalau belum waktunya, ya memang belum"
"Kamu itu, selalu saja belain menantumu yang mandul itu, padahal kamu kan sampai hari ini belum punya cucu toh? Dania sama Davia juga tuh, kapan mereka mau menikah. Heran aku sama kamu, punya anak kok ya ndak ada yang beres"
Hari ini keluarga besar dari Devan sedang berkumpul di rumah Bude Sulis, kakak dari bundanya Devan dalam rangka acara pernikahan Andini anak terakhir bude Sulis. Sudah hal biasa bagi Rain, setiap kali acara keluarga besar suaminya, bude Sulis pasti akan selalu mempertanyakan tentang kehamilan.
Rasanya telinga Rain sudah sangat kebal dengan pertanyaan tentang kapan hamil dan juga julukan kata mandul dari keluarga suaminya. Untungnya ibu mertuanya tidak sekalipun menjudge dirinya, bahkan ibu mertuanya menjadi salah satu penyemangat dirinya. Begitupun dengan Ayah mertuanya, tidak sekalipun kedua mertuanya tersebut pernah menekan Rain karena belum juga hamil sampai hari ini.
Pernikahan Rain dan Devan sudah berjalan lima tahun lamanya. Selama lima tahun itu, mereka sudah bolak balik ke beberapa klinik fertilitas, Rain memang mengalami penebalan dinding rahim yang tidak normal serta tingginya hormon testosteron dalam tubuhnya. Dan itu menjadi salah satu yang menyebabkan Rain sulit hamil. Akan tetapi Devan tidak pernah mempermasalahkan hal itu sama sekali.
Dania dan Davia hampir tidak pernah ikut dalam acara keluarga besar ayah dan bundanya, karena keluarga besarnya selalu memojokkan mereka dengan status mereka yang belum juga menikah. Sama halnya seperti terhadap Rain, keluarga besar ayah dan bundanya tidak segan segan memberikan julukan perawan tua tidak laku untuk Dania dan Davia.
Saat Devan sedang mengambil makanan, tiba tiba Ashley sepupu jauh Devan mendekati Rain.
"Hei Mandul, kamu masih berani ikut acara keluarga besar kami? Nggak malu apa kamu, sampai hari ini belum juga hamil, lihat tuh yang nikah belakangan, sudah gendong bayi semua"
"Biasa saja tuh, kenapa harus malu? Kan aku pakai baju lengkap, nggak telanjang. Kamu tuh yang harusnya malu, aurat di umbar kemana mana, sudah seperti barang murahan saja"
"Eh, berani kurang ajar kamu ya? Dasar perempuan udik, nggak tahu diri"
"Lebih baik udik, tapi tau etika, tau adab, nah situ, pendidikan tinggi, tapi nggak paham etika"
"Eh denger ya kamu, perempuan udik, Devan itu nggak pantas sama kamu, udah dekil, pakaiannya nggak modis sama sekali, mana kepala ditutupin mulu, rambut kamu pasti jelek banget kan?"
"Asal kamu tau ya, kewajiban bagi wanita muslimah itu menutup aurat. Jadi saya lebih baik terlihat udik di mata kamu, tapi setidaknya saya terlihat berkelas di mata Allah"
"Halah sok suci banget sih, sok paling paham sama agama, dasar mandul"
"Saya sama sekali nggak merasa paham agama kok, Saya masih belajar sampai sekarang. Dan saya nggak pernah merasa sok suci"
"Terserah kamu deh, bodo amat, pokoknya kamu itu sama sekali nggak pantas buat Devan, dasar perempuan mandul sok suci"
Rain tidak lagi menanggapi perkataan Ashley, akan semakin panjang, jika dia terus menanggapi. 'kemana pula ini Mas Devan, apa ngambil makanannya di luar kota yaa, lama banget sih!' batin Rain.
Ashley yang merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh Rain, akhirnya memilih pergi meninggalkan Rain. Sementara mata Rain terus mencari suaminya. Akhirnya Rain memutuskan untuk berjalan mencari suaminya, akan tetapi sejauh mata memandang, Rain tidak juga melihat sosok suaminya, bahkan di tempat makanan pun tidak terlihat ada sosok Devan.
Rain yang merasa kesal, karena tidak menemukan Devan, memutuskan untuk keluar mencari angin, merefresh pikirannya, yang sejak datang tadi terus di pojokkan oleh saudara saudara dari suaminya. Saat Rain merentangkan tangannya sambil menarik nafas panjang, matanya menangkap sosok suaminya. Sepertinya suaminya sedang berdebat dengan seseorang yang tidak terlihat oleh Rain, karena terhalang tiang.
Rain mengendap ngendap, mendekati tempat Devan, untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh suaminya. Samar-samar Rain mendengar suara suaminya.
"Pokoknya aku nggak suka kamu ada disini, aku sudah menikah, aku mencintai istriku, dan tidak akan pernah meninggalkan istriku" samar Rain mendengar suara dari suaminya.
Rain masih penasaran, siapa yang menjadi lawan bicara suaminya. 'Kalau aku mendekat lagi, pasti aku ketawan sama Mas Devan, tapi aku penasaran, siapa lawan bicara Mas Devan, sepertinya seorang wanita" batin Rain berbicara.
Tiba tiba Devan berjalan ke arah Rain, Rain segera menghindar untuk bersembunyi di balik tiang yang dekat dengan tempatnya berdiri. Devan berlalu melewati Rain, menuju ke dalam rumah bude Sulis. Rain yang melihat suaminya sudah masuk ke dalam rumah bude Sulis, segera keluar dari persembunyiannya, penasaran dengan teman bicara suaminya. Sayangnya Rain tidak lagi melihat siapapun di sana. Dengan masih mengendap endap, Rain mendekati tempat dimana tadi suaminya berbicara dengan seseorang, akan tetapi tidak ada siapapun disana. 'kok bisa cepat sekali menghilangnya? Pintu pagar dalam kondisi tertutup, terus kemana perginya orang itu' batin Rain.
Rain terus saja mencari cari siapa gerangan yang berbicara dengan suaminya tadi, akan tetapi Rain tidak bisa menemukan apapun, hingga dia melihat bagian samping rumah bude sulis dimana ada pintu terbuka disana. 'hmm, ternyata ada jalan masuk kedalam rumah dari sini, itu artinya orang yang bicara sama Mas Devan kemungkinan masuk lewat sana, jadi kemungkinan dia ada di antara keluarga besar Mas Devan' batin Rain mencoba menganalisa siapa gerangan orang yang berbicara dengan suaminya.
Rain memilih kembali masuk kedalam rumah bude Sulis, untuk mencari tahu, siapa gerangan orang yang berbicara dengan suaminya. Baru saja Rain melangkahkan kaki ke dalam rumah, terlihat Devan demgan wajah panik menghampiri dirinya.
"Kamu disini Rain? Ya Allah, Rain, Mas cari cari kamu, kamu dari mana sih, sayang?"
"Rain nggak dari mana-mana kok, mas. Tadi Rain cari Mas Devan, yang katanya mau ambil nakan, tapi nggak balik-balik. Tapi Rain mggak liat Mas Devan dimanapun, jadi Rain keluar buat cari udara segar, mas"
"Maafin Mas, sayang, tadi Mas merasa mules, jadi Mas ke kamar mandi, dan agak lama di sana"
'hmmm, Mas Devan kenapa malah berbohong' monolog Rain dalam hatinya.
"Kok kamu diam, sayang, kamu marah ya sama Mas?"
"Eh, enggak kok, mas. Rain cuma lagi berfikir, kenapa tadi Rain nggak kepikiran kalau Mas Devan kemungkinan ke kamar mandi"
"Kamu itu sayang, ya sudah sekarang aku sudah ketemu kan? Kamu juga sudah aku temukan, ayo kita masuk ke dalam, gabung sama yang lain"
"Ayo Mas"
Devan langsung merangkul istrinya, dan membawa masuk ke dalam rumah bude Sulis. Sementara mata Rain waspada melihat adakah hal yang mencurigakan dari setiap orang yang ada di dalam rumah bude Sulis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments