"Dia ... bukankah dia gadis yang akan dijodohkan dengan Nathan? Kok ... kok bisa ada di sini? Mm ... mungkin Nathan suka dengan kedatangan perempuan ini. Atau, mungkin juga dia akan membenci perempuan ini karena sama seperti perempuan yang lainnya. Tidak sabaran banget untuk bertemu dengan Nathan saat tahu dirinya sudah dijodohkan dengan Nathan. Benar-benar bikin geli.'
'Tapi ... reaksinya kok judes gitu yah. Agak beda sih ama yang pernah aku temui sebelumnya. Karena biasanya, yang sudah-sudah itu selalu memasang wajah lugu. Wajah lugu yang hanya modusnya doang. Tapi dalamnya, ya ampun. Rusak parah,' kata Niko lagi dalam hati.
Niko yang terus memperhatikan Nata membuat Nata merasa risih. Dia pun langsung memberikan tatapan tajam buat Niko.
"Kamu ngapain ngelihat orang seperti itu? Ada yang salah dengan aku?"
"Eh, nggak. Nggak kok, Nona. Nggak ada yang salah. Maaf, hanya ingin memastikan kalau tidak sedang salah lihat." Niko berucap dengan nada gugup akibat terciduk sedang memperhatikan orang lain dengan seksama.
"Oh iya, kalau boleh aku tahu, kalian datang ke sini untuk apa? Mm ... maksudnya, untuk urusan pekerjaan, atau urusan pribadi? Karena ini jam kantor, mungkin kalian datang untuk urusan pekerjaan. Tapi, biasanya yang datang dengan urusan pekerjaan pasti sudah bikin janji beberapa hari sebelumnya. Jadi, wajar jika kalian akan di persulit untuk bertemu dengan pimpinan kantor kami."
"Sebenarnya, kami datang untuk urusan pribadi. Bukan kerjaan. Maka dari itu, kami tidak bikin janji sebelumnya, karena kami datang buru-buru. Ada yang ingin atasanku bahas dengan pimpinan kalian. Karena itu, kami terpaksa datang ke sini hari ini." Nila yang menjawab pertanyaan Niko sekarang. Sementara Nata, dia hanya diam saja.
"Kalau begitu ... mm ... aku juga tidak bisa memutuskan. Karena keputusan ini ada di tangan tuan muda. Jadi ... tunggu sebentar. Biar aku tanya dulu pada tuan muda. Tuan muda bersedia bertemu kalian atau tidak."
"Tapi ... bisa aku tahu kalian siapa? Supaya aku bisa mengatakan pada tuan muda, dan tuan muda juga tahu siapa orang yang ingin bertemu dengannya," kata Niko lagi dengan senyum manis di bibir.
"Kami .... "
Nila ingin mengatakan siapa mereka dengan cepat. Tapi Nata tidak ingin siapa dirinya diketahui oleh pria yang ada di hadapan mereka. Nata tidak tahu, pria itu siapa. Jadi, dia tidak ingin menggunakan nama keluarga agar bisa dikenal oleh orang lain. Karena itu, Nata segera menutup mulut Nila dengan tangannya agar Nila tidak bicara sesuka hati.
"Katakan saja ada yang ingin bertemu karena masalah pribadi. Jika dia bersedia bicara, maka kita bisa bertemu. Tapi jika tidak, yah tidak perlu." Nata bicara dengan nada enteng tanpa beban. Sementara satu tangannya masih tetap membekap mulut Nila.
Nada itu membuat Niko cukup merasakan kalau Nata jauh berbeda dari perempuan yang pernah ia temui. Tepat, perempuan yang selalu mengejar-ngejar Nathan.
Sebenarnya, Niko ini adalah sahabat baik Nathan. Sejak kecil mereka selalu bersama. Terpisah hanya karena Nathan yang saat remaja melanjutkan pelajaran di luar negeri saja. Sedangkan setelah kembali, dia langsung Nathan angkat menjadi asisten pribadi yang mengurus semua masalah Nathan.
Sama halnya seperti Nila. Keduanya berada di posisi yang sama. Cukup banyak tahu tentang sahabat yang kini juga menjadi atasan mereka masing-masing. Dan, mereka bahagia tetap bersama meski jabatan dalam pekerjaan mereka berbeda. Karena hubungan yang dinamakan sahabat itu tetap mereka jalani dengan baik.
Sementara Niko tetap terdiam dengan mata yang terfokus pada Nata, Nila pun langsung menyadarkan Niko secepatnya.
"Hello .... " Nila berucap sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Niko.
"Eh, iy-- iya. Maaf, aku mendadak memikirkan sesuatu. Jadinya ... ya bengong."
"Mm ... mikirnya bisa nanti aja gak? Soalnya, kalo kami gak bisa bertemu dengan tuan muda kalian, kami bisa langsung pulang tanpa menunggu lebih lama lagi di sini," ucap Nila dengan nada tegas.
Sudah dia singkirkan rasa kagumnya pada Niko. Karena Niko terlihat cukup menguras rasa emosi akibat ulahnya yang beberapa kali mematung menatap Nata. Hal itu tidak disukai oleh Nila.
Bukan karena rasa cemburu terhadap Niko yang baru saja dia anggap pria baik dan luar biasa ini. Tapi, dia merasa kalau pria itu agak bajingan. Bisa-bisanya menatap perempuan yang baru ia kenal dengan tatapan lekat. Hal yang menurut Nila sangat tidak wajar.
Namun, ada hal yang tidak Nila ketahui. Karena apa yang Nila pikirkan berbanding jauh dari apa yang Niko pikirkan pula. Karena itu, dia salah paham pada Niko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments