Hal itu langsung membuat papanya menatap dia dengan tatapan bersalah. "Kamu ... terpaksa, Nak?"
"Papa, udah. Nata juga butuh waktu buat bahagia. Tapi, mama yakin kalau ini adalah jalan terbaik buat Nata bahagia. Jadi, semangat ya sayang," kata sang mama tanpa sedikitpun melepas pelukan dari tubuh Nata.
Menerima ucapan itu dari sang mama, Nata hanya bisa tersenyum kecil yang terlihat sangat dipaksakan. "Iya, Ma."
Lalu, napas kesal ia lepaskan secara perlahan. Mungkin, dia memang terpaksa saat ini. Sangat-sangat terpaksa. Karena hati sungguh tidak bisa terima perjodohan yang tidak masuk akal buat dirinya ini. Tapi, melihat kebahagiaan kedua orang tuanya sekarang, dia juga sedikit merasa bahagia. Meskipun itu hanya sedikit saja. Sebagian kecil yang tak ubah seukuran biji jagung. Tapi, itupun sudah cukup untuk Nata saat ini.
....
"Hei! Kok kelihatan lemes aja kamu. Kenapa? Apa karena kerjaan yang banyak yah?"
"Gak. Aku lagi banyak beban pikiran, Nil. Kalau soal pekerjaan, gak akan gangguin mood aku. Karena aku punya kamu yang siap bantuin aku, bukan?"
"Lah, terus soal apa? Maksudku, beban pikirannya itu apaan? Gak mungkin dong, kalo soal cinta. Lah aku udah gak pernah lihat kamu bahas masalah cinta sejak kamu gagal waktu itu."
"Tunggu! Apa jangan-jangan, kamu benar-benar sedang jatuh cinta sekarang, Nat? Hayo ngaku! Jangan ada yang kamu sembunyikan dari aku. Karena jika ia, aku siap bantu," ucap Nila dengan raut wajah yang cerah penuh semangat.
"Nah, semakin ngaco aja kamu, kan? Ini soal hidup pribadi aku yang sudah sangat kacau berantakan dan gak akan tertolong lagi. Gak ada hubungan dengan asmara. Aku sudah membunuh yang namanya asmara sejak aku remaja. Jadi, dia gak akan hidup lagi sampai aku tua. Paham?"
Nila terdiam. Dia tatap wajah sahabat sekaligus atasannya ini. Ingatan akan masa lalu pun tergambar dengan jelas.
Saat remaja, Nata patah hati akibat dikhianati oleh laki-laki yang dia cintai sepenuh hati. Gagal dari cinta pertama, Nata langsung menutup hati buat siapapun sampai dia dewasa seperti saat ini.
Sementara itu, Nila yang tahu bagaimana perasaan sahabatnya ini, selalu mendukung si sahabat dengan sepenuh hati. Segala cara ia lakukan untuk membuat sahabatnya jatuh cinta lagi, tapi sayang, dia tidak berhasil.
Nila pun putus asa dan langsung pasrah aja. Jika memang nanti datang cinta, maka dia adalah orang pertama yang mendukung dengan sekuat tenaga. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.
"Woi! Kok malah bengong lagi kamu," kata Nata sambil menepuk meja.
Hal tersebut sontak langsung membuat Nila terperanjat akibat kaget. Ingatan masa lalunya pun buyar seketika.
"Ya Tuhan. Kamu kok tega banget, Nat. Jantungan aku nih. Tanggung jawab ayo!" Nila berkata sambil memegang dadanya.
"Salah kamu sendiri, Nil. Siapa suruh malah bengong. Bukannya bantuin aku yang sedang banyak masalah. Eh, malah bikin aku semakin kesal dengan kamu yang tiba-tiba bengong saat ngajak aku ngobrol." Nata berucap dengan nada kesal. Ia pun kembali menghempaskan bokongnya secara kasar di atas kursi kebanggaannya itu.
"Ya elah. Gitu aja ngambek kamu, ibuk bos."
"Gimana mau bantuin kamu coba? Tahu masalah kamu aja nggak aku saat ini."
"Nah, makanya, langsung curhat atuh. Biar temanmu ini tahu apa yang sebenarnya terjadi." Nila bicara lagi sambil membenarkan duduknya di depan Nata.
"Oh iya, lupa aku."
"Nil, sebenarnya .... " Nata lalu menceritakan prihal kegundahan yang kini sedang menguasai hatinya.
Sontak, tanggapan Nila sungguh luar biasa. Belum juga dia mengatakan semua tentang apa yang dia rasakan, Nila langsung bangun sambil berteriak ketika mendengar Nata mengatakan soal perjodohan yang kedua orang tuanya buat.
"Apa!? Lo mau dijodohkan dengan pria dari keluarga Murad? Ya Tuhan! Akhirnya ... ada juga pelangi muncul di siang bolong," kata Nila dengan nada tinggi yang cukup membuat kuping Nata sakit.
Nata yang mendengar tanggapan bahagia dari si sahabat, langsung menghela napas berat.
"Ya elah. Lo ini sahabat gue atau bukan sih, Nil? Gue ini ... aduh, lupa kalo ini kantor bukan pasar. Jangan pakai bahasa gaul. Pakai bahasa formal."
"Ups. Iya, maaf." Nila lalu menutup mulutnya dengan satu tangan. "Aku juga lupa tadi. Lupa kalo ini kantor. Habisnya, kaget aku dengar apa yang kamu katakan. Kamu ingin dijodohkan, ini berita besar yang luar biasa lho, Nat. Mana dengan anak konglomerat ternama lagi. Tuan muda keluarga Murad yang cukup misterius. Uh, luar biasalah pokoknya."
Lagi-lagi, tanggapan Nila bikin Nata kesal dua kali lipat. Dia yang berharap dapat belas kasihan juga prihatin dari si sahabat, eh, malah sebaliknya. Si sahabat malah langsung senang tak ubah seperti yang kedua orang tuanya lakukan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Kanza Teodora
baru part awal menarik nih
2023-03-17
2
Hani17
mantap 👍
2023-03-17
1