*NN 4

Kali ini, penjelasan yang Nila katakan langsung masuk ke dalam benak Nata. Sepertinya, dia langsung paham sekarang. Itu terlihat dengan wajahnya yang kini mulai cerah. Sebuah senyuman pun terlihat muncul dari bibir Nata saat ini.

Keputusan telah pun Nata ambil. Dia akan mendatang kantor Murad grup buat bertemu Nathan. Sebenarnya, itu sedikit menguras keberanian. Karena dia sungguh sangat tidak ingin bertemu dengan orang yang dia anggap tidak perlu seperti Nathan.

Lagian, hatinya juga kesal dengan Nathan. Karena Nathan, dia harus merasa kesal dalam beberapa hari terakhir. Dia juga hidup dengan terpaksa akibat pria ini. Makanya, dia begitu malas untuk bertemu. Dia takut, emosinya tiba-tiba meledak saat berhadapan dengan Nathan.

Mereka tiba di kantor Murad grup setelah hampir empat puluh menit mengendari mobil. Cukup jauh jarak antara kantor Nata dengan Murad grup. Namun, karena ingin bertemu dengan orang yang cukup menguras emosi Nata, perjalanan itu terasa cukup singkat.

"Nat, kita udah tiba. Ayo! Aku akan bicara. Kamu ikuti saja aku yah." Nila berucap dengan nada penuh semangat. Nata hanya memberikan anggukan kecil yang sepertinya terlihat cukup dipaksakan.

"Ya elah. Semangat dong, Non. Masa lemes hitu kamu nya. Ih ... bikin aku gemes aja deh."

"Udah ah, jangan main-main lagi, Nila. Ayo cepat jalan supaya cepat menyelesaikan masalah besar yang ada dalam hatiku ini. Semakin lama, aku semakin merasa tidak nyaman dengan apa yang aku rasakan. Jadi, cepat lakukan supaya apa yang mengganjal ini bisa segera lepas dari hatiku."

"Iya-iya. Aku tahu. Ayo!"

Keduanya pun masuk ke dalam. Mereka bertemu dengan resepsionis dan menanyakan apakah bisa bertemu dengan pimpinan kantor tersebut atau tidak? Tapi ternyata, untuk bertemu Nathan tidak semudah yang mereka bayangkan sebelumnya. Ada banyak pertanyaan yang resepsionis itu berikan. Hal itu langsung membuat Nila merasa kesal.

"Ya ampun, mbak. Kita ingin bertemu bentar aja. Kok nggak bisa sih? Ini gimana nih?"

"Maaf, mbak. Ini adalah prosedur kantor kami. Tidak bisa bertemu dengan Tuan muda jika tidak bikin janji. Dan janji harus dibuat paling cepat dua hari sebelum mbak ingin bertemu. Karena jadwal tuan muda kami terlalu padat. Jadi .... "

"Ya Tuhan. Sesibuk itulah tuan muda kalian, hah? Mau bertemu bentar aja gak bisa." Nila yang kesal malah memotong perkataan si resepsionis dengan cepat.

Nata yang tahu akan prosedur kantor besar, tentu langsung menenangkan Nila. Sebenarnya, bukan Nila yang tidak tahu, hanya saja, dia sudah terbakar abi kekesalan akibat niatnya yang gagal.

"Udah, Nil. Jangan marah-marah sama dia. Orang dia hanya menjalankan prosedur kantor tempat dia bekerja aja kok. Jika ingin marah, salahkan tuh si pemilik kantor. Kenapa dia bikin peraturan yang membosankan seperti ini. Jadi, yang salah si pemilik kantor bukan karyawannya."

"Tapi, Nat. Ini bagaimana sekarang? Kita udah datang jauh-jauh ke sini. Eh, malah gak dapat hasil sama sekali. Aku juga sih yang salah. Terlalu bersemangat, jadinya gak mikir soal peraturan lagi." Nila berucap dengan nada putus asa.

Tapi tiba-tiba, suara seseorang langsung membuat perhatian mereka teralihkan.

"Ada apa sih ini? Kenapa sepertinya ada masalah di sini?"

Sontak saja, mereka langsung menoleh ke arah asal suara. Di belakang mereka ada seorang pria yang sedang berdiri.

Sontak saja, mata Nila langsung terfokus pada si pria yang dia anggap sangat tampan. Sementara Nata, dia malah acuh tal acuh dengan keberadaan si pria yang baru saja muncul di belakang mereka beberapa saat yang lalu.

"Eee .... " Tapi belum sempat Nila berucap, suara resepsionis itu malah membuatnya membatalkan niat.

"Ini pak Niko. Dua mbak ini ingin bertemu dengan pak Nathan. Mereka malah marah sama saya karena saya tidak bisa mengizinkan mereka masuk. Karena mereka tidak buat janji sebelumnya."

Penjelasan si resepsionis itu membuat pria yang bernama Niko langsung memperhatikan kedua manusia yang ada di hadapannya saat ini. Sontak, ketika melihat Nata, dia langsung membulatkan matanya. Dia seperti kenal dengan Nata saat pertama kali dia melihat Nata.

'Dia ... bukankah dia gadis yang akan dijodohkan dengan Nathan? Kok ... kok bisa ada di sini? Mm ... mungkin Nathan suka dengan kedatangan perempuan ini. Atau, mungkin juga dia akan membenci perempuan ini karena sama seperti perempuan yang lainnya. Tidak sabaran banget untuk bertemu dengan Nathan saat tahu dirinya sudah dijodohkan dengan Nathan. Benar-benar bikin geli.'

'Tapi ... reaksinya kok judes gitu yah. Agak beda sih ama yang pernah aku temui sebelumnya. Karena biasanya, yang sudah-sudah itu selalu memasang wajah lugu. Wajah lugu yang hanya modusnya doang. Tapi dalamnya, ya ampun. Rusak parah,' kata Niko lagi dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!