Chapter 1 : Di luar nalar

Alkisah dimana Lazor telah tiada, dirinya telah mati dengan beribu-ribu penyesalan, meninggalkan harapannya untuk sosok yang mahakuasa.

Dalam beberapa menit setelah kematian, manusia diperlihatkan pecahan ingatan ketika mereka hidup. Lazor melihatnya, dimana saat dirinya lahir ke dunia, saat dirinya tumbuh merangkak, kemudian berjalan dan belajar akan banyak hal sampai dia remaja dan menempuh pendidikan, melalui banyak kesulitan sampai dirinya dewasa, dia tidak pernah menikah sampai ketika dirinya mati, semua diperlihatkan padanya.

...****...

...Apakah ini..? ingatanku kah? Ahh~...

...Sungguh sangat bahagia untuk pernah hidup di dunia....

...Kira-kira... Setelah ini aku akan kemana? Apakah aku akan ke surga? Apakah tuhan benar-benar ada? Hahaha......

...Aku jadi teringat taruhan Pascal....

...Sudahlah, kuserahkan segalanya kepada takdir....

...***...

Kesadaran Lazor mulai hilang, dari dalam alam kegelapan, hilang dan hilang secara perlahan hingga seluruh kesadaran tidak pernah dirasakan olehnya. Lazor sekarang telah menyatu dengan ketiadaan.

Namun entah mengapa kesadarannya mulai muncul lagi, perasaannya dan keberadaannya mulai bangkit, seperti seseorang yang akan segera terbangun dari mimpi yang amat panjang, hingga saat dimana kesadaran itu mulai merasakan sistem syaraf, dari darah yang mengalir, nafas yang berhembus, rasa nyeri di seluruh tubuh hingga sampai pada titik dimana kesadaran itu melihat secercah cahaya dari kegelapan ketiadaan, cahaya redup berwarna kuning kemerahan muncul perlahan.

Seketika semuanya terlihat, ketika kelopak mata seseorang telah terbuka secara mendadak, memperlihatkan bola mata Indah berwarna kuning keemasan. Dari balik lensa mata, terlihat pemandangan yang remang-remang. Kabur seutuhnya, tetapi secara perlahan mulai tampak sesuatu seperti langit-langit kamar dengan corak yang begitu indah.

Sesaat kemudian, seketika terjadi sesuatu.

Wrrhhaaaaaahhh...!!!

Tiba-tiba sosok bermata emas itu bangun dari tidurnya, di atas sebuah kasur empuk seraya berteriak dengan sangat kencang, nafasnya terlihat tidak stabil, air keringat dimana-mana, matanya melebar dengan nafas yang terengah-engah. Dari ekspresi seperti itu, tergambar kegelisahan yang menumpuk dalam pikirannya.

"Pangeran..?!" teriakan suara perempuan dari luar ruangan.

Brakk...! Suara pintu yang mendadak terbuka.

"Apakah anda baik-baik saja pangeran?!" tanya seorang perempuan yang berpakaian layaknya pelayan dengan cemas.

Si mata emas itu ternyata adalah seorang pangeran dari suatu kerajaan, tanpa menyadari kehadiran pelayan itu, dirinya tetap termenung dengan pikiran gelisah, kepalanya terasa nyeri, sontak ia memijat pelipisnya berharap rasa nyeri di kepalanya hilang.

"Pangeran? tunggu sebentar, hamba akan segera memanggilkan tabib untuk datang." Ucap pelayan itu, sembari meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa.

...Apa ini?...

...Kepalaku terasa sangat sakit......

...Apa yang terjadi......

...Aku......

...Aku Siapa...?...

...Batin sang pangeran itu dengan pikiran yang kacau....

Rasa nyeri di kepalanya tiba-tiba bertambah, membuat pangeran merasa tidak tahan akan rasa sakitnya, nafasnya semakin tidak teratur, dia kemudian meremas kuat pelipisnya dengan kedua tangannya.

Gejolak pikiran terus-menerus mengobrak-abrik nalarnya. Pangeran kecil seketika terdiam, mencoba memikirkan dan terus memikirkan tentang dirinya, yang dia sendiri tidak mengetahui siapa dirinya.

.............

...Tiba-tiba terlintas sebuah rentetan kejadian dalam ingatannya....

...Razor....

...Siapa Razor......

...Apakah aku si Razor itu......

.........

Rasa sakit itu kemudian hilang secara tiba-tiba, memunculkan rentetan ingatan dari pria tua yang kehilangan segalanya.

"Benar~ Aku Razor," desus pangeran.

"Kelahiran Warsawa Polandia, tahun 1869. Aku adalah seorang ilmuan jenius yang akan mengubah dunia," gumam Razor di tubuh seorang pangeran bermata emas.

"Ya, aku masih hidup, ternyata aku belum mati yah... tapi, bagaimana bisa?"

"Terus, ini... di mana? apakah ini semacam delusi?" tanya Razor sembari memandang jendela yang terbuka lebar di depannya.

Di dalam sebuah kamar yang mewah, yang penuh dengan barang-barang elegan dengan kualitas berkelas, ornamen-ornamen berbahan emas dan perak dimana-mana, lukisan-lukisan indah terpampang di dinding kamar, tekstur dinding yang halus, dan sebuah kasur besar berbahan kain sutra dengan sensasi yang empuk. Semuanya tepat berada di sekitar lelaki tua yang sadar dari raga seorang pangeran.

Razor yang kebingungan sontak berdiri, berjalan mendekat kearah jendela di depannya kemudian menyentuhnya, dari lensa emasnya ia melihat pemandangan yang tidak terduga, yaitu kumpulan bangunan abad pertengahan, dipenuhi kastil yang benteng yang mengelilingi suatu kota, dengan pancaran menteri pagi yang saat ini ia lihat dari sebuah istana dengan ketinggian dua puluh meter.

"Sebenarnya aku ada dimana?" tanya Razor kepada dirinya sendiri, matanya melebar dengan mulut yang setengah terbuka.

Kebingungan Razor tidak sampai disitu, dirinya mencoba mengamati situasi yang terjadi, ia kemudian berjalan di sekitar kamar, melihat-lihat segala macam benda yang ada di sana, sampai saat dimana dirinya bertemu dengan sebuah cermin besar yang setiap sisinya dilapisi emas.

"Apa apaan ini...? Apakah ini mimpi?" Ucap Razor dengan ekspresi yang lebih kebingungan.

Razor mengira dirinya sedang berhalusinasi, ataupun sedang bermimpi, mengapa tidak, seseorang yang sangat skeptis seperti Razor tidak akan mempercayai hal-hal seperti ini. Karna saat ini dirinya melihat sosok anak kecil berusia kisaran sembilan tahun yang memiliki rambut hitam pekat, kulit putih pucat, alis dan bulu mata yang tebal, bermata lebar dengan bola mata berwarna kuning keemasan. Sosok anak tampan rupawan seperti ras campuran antara Asia dan Eropa.

Penampakan seperti itulah yang dilihat Razor di depan cermin tersebut, Karena tidak sanggup menimbun kebingungan di dalam pikirannya, dirinya seketika mundur ke belakang, perlahan-lahan sampai menyentuh kasur dan ia duduk diatasnya.

..........

"Aku tidak percaya semua kegilaan ini, ini— ini pasti mimpi! tidak mungkin ada seseorang yang tiba-tiba bangun lalu melihat dirinya menjadi sosok anak kecil yang tampan." Ucap Razor sambil meraba-raba wajahnya.

...Semua ini tidak masuk akal....

...Apakah aku sedang bermimpi? akan tetapi, perasaan ini, kesadaran ini, penglihatan ini......

...Bukanlah sebuah mimpi! Apakah ini dunia setelah kematian? Apakah ketika mati, manusia akan bereinkarnasi? Lalu, kenapa aku tidak mengingat ingatan anak ini? Ataukah kesadaranku berpindah kepada sosok anak kecil....

"Ahhhh......! Menyebalkan!" Kesalnya, sembari menggaruk-garuk kepala.

Pertanyaan demi pertanyaan bergema dari dalam hatinya, menciptakan rasa penasaran yang tak terbendung. Mencoba mencari penyebab dari semua ini, walaupun masih tidak terima dengan kejadian yang ia alami, ada satu hal yang dia simpulkan, bahwa saat ini dirinya telah hidup di suatu tempat yang entah dimana, dan menjalani kehidupan di dalam tubuh seorang anak kecil.

Criiit..! Suara decitan engsel pintu yang terbuka.

"Pangeran?! Tabib sudah datang." Kata seorang pelayan perempuan tadi.

Sesaat si pelayan masuk, muncul seseorang berpenampilan formal, dengan pakaian yang cukup rapi. Menggenakan sesuatu seperti jubah panjang berwarna putih, sembari memegang sesuatu yang mirip dengan koper.

Pelayan itu kemudian mendekati sang pangeran, memegang bahunya dengan pelan dan mengarahkan untuk tetap berbaring di atas kasur seraya berkata, "anda belum boleh banyak bergerak, anda baru saja sadarkan diri selama tiga hari koma. Anda perlu beristirahat."

"Hahh...?" Siapa kalian?" Tanya pangeran yang keheranan.

"Apa yang pangeran bicarakan? mungkin anda terlalu banyak pikiran, beristirahatlah." Tutur si pelayan.

...Sekarang apalagi?...

...Siapa mereka?!...

...Apakah mereka adalah orang-orang yang aku kenal, tidak.. maksudnya yang si pemilik tubuh ini kenal?...

...Pikir Razor dibalik benaknya....

"Salam sejahtera wahai pangeran, hamba adalah tabib yang di utus oleh yang mulia permaisuri untuk merawat anda." Tutur tabib itu, lalu membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah alat seperti jarum.

Tabib itu menusukkan jarum di pergelangan tangan pangeran. Lalu ia berkata, "mohon maaf tuan muda, ini akan terasa sedikit sakit"

Tabib itu ternyata mengambil darah pangeran, memasukannya ke dalam wadah kaca berukuran kecil, lalu menyimpannya kembali ke dalam koper, tabib pun menjelaskan kepada pangeran, "hamba akan memeriksa darah ini di kuil suci, untuk mencari penyebab roh jahat yang merasuki tubuh anda pangeran."

"Roh jahat? Apa maksudmu?" Tanya pangeran.

"Benar pangeran, tiga hari lalu anda telah kerasukan roh jahat yang dikirim seseorang, dan untuk menyembuhkannya, kami harus memurnikan darahmu pangeran." Tutur tabib sembari tersenyum.

...Haha......

...Tawa sinis Razor di dalam benaknya....

...Roh jahat..? Sungguh primitif! Aku rasa ini adalah zaman dimana pikiran orang-orang penuh dengan takhayul....

...............

"Kalau begitu, izinkan saya untuk memeriksa nadi anda pangeran." Ujar tabib kepadanya.

Setelah pangeran mengangguk, tabib kemudian memeriksa nadi pangeran, meraba-raba dan memijatnya, lalu dia menyimpulkan dengan berkata, "untuk saat ini roh jahat masih belum merasuki pikiran anda, mohon banyak-banyak istirahat tuan muda, oh ya... Aku juga membawa air suci dari kuil sebagai obat sementara untuk kesembuhan anda."

"Kalau begitu, hamba pamit undur diri dulu," ujar tabib itu dan pergi meninggalkan kamar.

Beberapa saat kemudian setelah tabib pergi meninggalkan ruangan, muncul sosok seorang pria berbadan tinggi, memiliki kumis tipis yang sudah memutih, dari penampilan ia terlihat berumur sekitar enam puluh tahun, menggunakan kacamata dan menggenakan pakaian ala pelayan dengan corak hitam keputihan.

"Tuan Sebas?! lihatlah, pangeran baru saja terbangun, apakah aku perlu melaporkannya kepada permaisuri?" tanya pelayan wanita kepada orang yang baru muncul di balik pintu.

Ketika Sebas menengok ke arah pangeran, dirinya sontak tertegun karena merasa lega. Sedetik kemudian Lututnya jatuh menyentuh lantai seraya berkata, "Ahh... Syukurlah, anda sudah sadar tuan muda."

...Siapa lagi kakek tua ini?...

...Hah.....

...Dari wajahnya dia pasti seumuran denganku....

...Ucapan tidak jelas Razor di dalam benaknya, yang saat ini masih menyangkal semuanya....

"Tuan muda, apakah anda merasa baikan? Apakah ada yang sakit?" Tanya Sebas dengan penuh khawatir.

"Kalian sebenarnya siapa? Apakah ini semacam penelitian seseorang?" Tanya pangeran kepada kedua pelayan di Depannya.

"Dari tadi pangeran selalu mengatakan hal seperti itu, sepertinya dirinya perlu beristirahat," jelas si pelayan. "oh ya, tuan Sebas, apakah saya harus mengabarkannya kepada yang mulia ratu?" Tanya pelayan itu kepada Sebas.

"Tidak, tidak perlu. Anna, ambilkan segelas air hangat untuk tuan muda." Perintah Sebas kepadanya.

"Baik tuan Sebas." Balas pelayan wanita yang bernama Anna.

Anna kemudian meninggalkan kamar itu, menyisakan Razor dan Sebas yang saat ini saling bertatapan.

Setelah mendengarkan pertanyaan pangeran dan penjelasan dari Anna, ekspresi Sebas seketika berubah menjadi sangat serius, selang waktu beberapa detik kemudian Sebas berkata kepadanya.

"Mohon maaf bila hamba lancang, sebenarnya anda yang siapa?" Tanya seorang pelayan itu dengan tatapan dingin.

Ilustrasi ketika Lazor Franciszek melihat penampakan dirinya dari balik cermin.

...******...

Terpopuler

Comments

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

pynku sk error klo mw dibkin miring bgni

2023-04-26

1

Manusia Biasa

Manusia Biasa

pemilihan Kata-katanya bagus banget

2023-04-02

1

Rezkaya Retnoyevich

Rezkaya Retnoyevich

Berhubung MC dulunya adalah seorang ilmuwan, aku pikir akan bagus untuk membuat karakternya berpikir lebih banyak soalnya para ilmuwan itu memiliki cenderung untuk berpikir secara berlebihan.

Semisal, ia akan mempertanyakan kenapa dirinya tak memiliki ingatan dari pemilik tubuh asli sedangkan ia bisa menggunakan bahasa yg ia sendiri gak tau itu bahasa apa. Dan hal-hal semacam itu.

2023-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Di luar nalar
3 Chapter 2 : Kepercayaan
4 Chapter 3 : Pengetahuan dunia
5 Chapter 4 : Pelafalan bahasa
6 Chapter 5 : Badai logika
7 Chapter 6 : Ingatan cinta
8 Chapter 7 : Aura pemikat
9 Chapter 8 : Topeng kepribadian
10 Chapter 9 : Nyala api
11 Chapter 10 : Eksistensi sihir
12 Chapter 11 : Pion baru
13 Chapter 12: Ensiklopedia sihir
14 Chapter 13 : Kekuatan fisik
15 Chapter 14 : Gelembung hitam
16 Chapter 15 : Pengorbanan seorang guru
17 Chapter 16 : Anti materi
18 Chapter 17 : Sahabat dekat
19 Chapter 18 : Menteri dalam permainan
20 Chapter 19 : Langit malam
21 Chapter 20 : Ensiklopedia Galaktika
22 Chapter 21 : Pesta minum teh
23 Chapter 22 : Perbincangan jiwa
24 Chapter 23 : Memori panjang
25 Chapter 24 : Kehidupan masyarakat
26 Chapter 25 : Pesona anak kecil
27 Chapter 26 : Kelas sosial
28 Chapter 27 : Belenggu rantai kebebasan
29 Chapter 28 : Keinginan untuk terbang
30 Chapter 29 : Penjelasan malam itu
31 Chapter 30 : Peluncur C1
32 Chapter 31 : Kisah kelam
33 Chapter 32 : Fraksi politik
34 Chapter 33 : Kekaisaran Astria
35 Chapter 34 : Tempat suci
36 Chapter 35 : Percikan petir
37 Chapter 36 : Konstelasi
38 Chapter 37 : Permainan malam
39 Chapter 38 : Aliran darah panas
40 Chapter 39 : Pengakuan
41 Chapter 40 : Amarah halilintar
42 Chapter 41 : Melupakan perintah
43 Chapter 42 : Takdir dua insan
44 Chapter 43 : Dejavu rasa takut
45 Chapter 44 : Barang antik kesayangan
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Di luar nalar
3
Chapter 2 : Kepercayaan
4
Chapter 3 : Pengetahuan dunia
5
Chapter 4 : Pelafalan bahasa
6
Chapter 5 : Badai logika
7
Chapter 6 : Ingatan cinta
8
Chapter 7 : Aura pemikat
9
Chapter 8 : Topeng kepribadian
10
Chapter 9 : Nyala api
11
Chapter 10 : Eksistensi sihir
12
Chapter 11 : Pion baru
13
Chapter 12: Ensiklopedia sihir
14
Chapter 13 : Kekuatan fisik
15
Chapter 14 : Gelembung hitam
16
Chapter 15 : Pengorbanan seorang guru
17
Chapter 16 : Anti materi
18
Chapter 17 : Sahabat dekat
19
Chapter 18 : Menteri dalam permainan
20
Chapter 19 : Langit malam
21
Chapter 20 : Ensiklopedia Galaktika
22
Chapter 21 : Pesta minum teh
23
Chapter 22 : Perbincangan jiwa
24
Chapter 23 : Memori panjang
25
Chapter 24 : Kehidupan masyarakat
26
Chapter 25 : Pesona anak kecil
27
Chapter 26 : Kelas sosial
28
Chapter 27 : Belenggu rantai kebebasan
29
Chapter 28 : Keinginan untuk terbang
30
Chapter 29 : Penjelasan malam itu
31
Chapter 30 : Peluncur C1
32
Chapter 31 : Kisah kelam
33
Chapter 32 : Fraksi politik
34
Chapter 33 : Kekaisaran Astria
35
Chapter 34 : Tempat suci
36
Chapter 35 : Percikan petir
37
Chapter 36 : Konstelasi
38
Chapter 37 : Permainan malam
39
Chapter 38 : Aliran darah panas
40
Chapter 39 : Pengakuan
41
Chapter 40 : Amarah halilintar
42
Chapter 41 : Melupakan perintah
43
Chapter 42 : Takdir dua insan
44
Chapter 43 : Dejavu rasa takut
45
Chapter 44 : Barang antik kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!