"Tuan muda, apakah anda sudah merasa baik-baik saja?" tanya Sebas kepada Lazor.
"Sebenarnya aku merasa baik-baik saja, hanya saja pergelangan tubuhku terasa kaku, mungkin pengaruh berbaring selama tiga hari." Jawab Lazor sambil meluruskan pergelangan tangan dan kakinya.
"Baiklah, kalau Begitu Tuan muda sebelum kita pergi ke perpustakaan, anda harus mengganti pakaian terlebih dahulu," ujar Sebas lalu tersenyum tulus.
"Hahaha~ benar juga, sangat tidak etis bila seorang pangeran berjalan dengan pakaian tidur," balas Lazor yang tertawa keras, "baiklah! dimana tempat mandi? dan juga lemari pakaianku," tanya Lazor dengan wajah bingung.
"Apa yang anda katakan tuan muda, anda akan dilayani oleh banyak pelayan wanita yang cantik, anda hanya perlu diam saja dan biarkan mereka bekerja," jelas Sebas yang tersenyum, sembari memegang ujung kacamatanya.
"Hah? terserah kau saja lah~" balas Lazor yang pasrah.
...Aku penasaran, di kehidupan kali ini apakah aku akan bernafsu di tubuh seorang bocah?...
...hehe~...
...aku juga tidak pernah menikahi seorang perempuan....
...Batin Lazor yang tersenyum nakal sambil menutup mata....
Creeckk....! bunyi decitan pintu yang terbuka.
Sebas dan Razor menoleh ke arah pintu yang baru saja dibukakan oleh seseorang.
"Pangeran, ini saya bawakan segelas air hangat," ujar Anna sembari memegang piringan datar yang diatasnya ada segelas air hangat dan beberapa kue.
"Oh Anna, letakan saja benda itu di atas meja dan panggilkan yang lainnya, pangeran akan segera mandi." perintah Sebas kepada Anna.
"Mereka juga sudah disini tuan Sebas." Ucap Anna, menengok ke belakangnya.
Dari balik pintu kamar, muncul beberapa pelayan dengan busana yang sama dikenakan Anna, mereka mengintip dari balik tiang pintu dan melihat kearah pangeran.
"Tuan muda! anda sudah siuman?!" Ucap seorang pelayan berambut cokelat.
"Syukurlah~" ujar semua pelayan perempuan itu secara serentak dan merasa lega atas kesembuhan pangeran.
Sesaat semua pelayan wanita hendak membawa pangeran untuk bersiap-siap, Sebas berkata. "Anna, Winna, Tasya dan Galina. Cukup basuh saja pangeran dengan air hangat, jangan di mandikan yah, supaya kondisi tuan muda tetap terjaga."
"Dimengerti tuan Sebas," balas mereka, mengangguk tunduk.
...............
Masing-masing pelayan itu memiliki paras layaknya wanita cantik yang masih muda, mereka membawa pangeran masuk ke dalam kamar mandi yang bersambungan dengan kamar pangeran. Kamar mandi yang mewah dan indah, dengan lantai keramik berbahan batu marmer, dinding-dindingnya disusun batuan granit yang indah, sebuah jendela kecil yang dilapisi perak terlihat ujung dinding, mengeluarkan cahaya matahari yang menyinari ruang mandi tersebut.
Terdapat sebuah bak mandi besar yang disusun dengan batuan granit, di bawahnya terdapat tungku perapian sehingga memanaskan air di dalam bak, mengeluarkan uap hangat yang menyegarkan.
...melihat air itu, Lazor membatin....
...Ahh... rasanya pasti sangat enak bila berendam....
Keempat pelayan tersebut melepaskan pakaian pangeran kecil satu persatu, dari membuka kancing sampai melepaskan celananya. Lazor merasa sedikit gugup, pipinya memerah merona, merasa malu dan bibir bergetar, matanya mengarah ke langit-langit.
...Ternyata aku bernafsu....
...ahh, ini sangat memalukan.......
...Apa mungkin usia tidak mempengaruhi pikiran....
...Batin Lazor dengan pipi tembem yang memerah....
Para pelayan itu membasuh setiap tubuh pangeran kecuali satu, alat kelamin. Lazor merasa tidak sudi bila mereka melihat anunya, maka dari itu dia bersikeras menutup anunya yang mungil.
"Ahh...! tuan muda sangat menggemaskan!" puji salah seorang pelayan bernama Winna, karna pangeran terlihat malu-malu kucing.
...Mengapa kau tegang sih......
...Batin Lazor kepada burung kecil....
Beberapa menit kemudian, Lazor telah selesai dibasuh. Dia dibawa kembali ke dalam kamarnya, dipaksa mengenakan busana cantik berwarna pink yang dikeluarkan dari lemari besar dengan banyak pakaian di dalamnya. Tidak hanya itu, dia dikenakan banyak ornamen-ornamen pada tubuhnya, masing-masing terbuat bahan berkualitas seperti emas dan perak.
Seorang anak laki-laki itu dipasangkan aksesoris dan perhiasan. Berupa gelang emas, cincin berlian, pita merah sampai rangkaian bunga mawar dengan tangkai perak menghiasi kepalanya bagaikan mahkota. Pakaian glamor yang mencolok yang tidak sesuai seleranya.
...Sepertinya aku harus memaksakan diri untuk bersikap seolah-olah biasa menggenakan pakaian norak ini....
...Batin pangeran kecil Lazor, yang merasa risih tanpa menunjukkan ekspresi....
Lazor dibawa di depan cermin di dalam kamar, dirinya duduk di kursi di depan cermin itu juga, cermin yang sama saat Lazor terkejut melihat keadaannya. Di depan cermin terdapat sebuah meja, diatasnya ada macam-macam riasan kecantikan, bedak, pensil alis, cat bibir dan macam-macamnya.
Lazor hanya bisa tersenyum paksa, melihat keempat pelayan wanita itu merias wajahnya layaknya anak perempuan.
"Haha— ekhm...." Tawa kecil Sebas terpotong ketika melihat wajah pangeran yang cantik tiba-tiba berubah menjadi tatapan dingin.
...Sial*n kau tua Bangka! kau pasti menertawakan diriku yang seperti ini kan....
...Kesal Lazor dalam batinnya....
"Sudah selesai!" ujar Anna dengan tersenyum lebar.
"Waahh...! sangat cantik! pangeran sangat menggemaskan!" puji para pelayan lainnya.
"Baiklah kalau begitu aku akan pergi bersama Sebas! kalian tunggu disini saja yah." perintah Pangeran kecil dengan nada kemayu.
"Laksanakan perintah pangeran," Sahut para pelayan sambil membungkuk.
Sedetik setelah Lazor mengatakan demikian, ia menatap wajah Sebas dengan aura mengancam. Sebas pun merasa ngeri melihat tatapan pangeran padanya.
"Baiklah.... Mari ikuti saya tuan muda." ajak Sebas dengan mata yang memutar, disertai senyum paksa lalu mata yang tertutup setengah.
...******...
Pada hari itu, di suatu lorong besar di dalam istana yang megah. Terlihat sosok Pangeran kecil bersama Sebas di depannya, sedang berjalan menuju suatu tempat yang disebut perpustakaan istana.
Lazor dengan kata lain seorang pangeran kecil itu, memasang ekspresi wajah datar, bagaikan sosok tanpa emosi. Di sepanjang lorong yang dipenuhi banyak lampu bercahaya bergantung di langit-langit yang tinggi, cahayanya dilapisi kaca bening dengan lapisan emas sebagai hiasannya.
...Lazor menatap keatas, memperhatikan setiap lampu itu, dalam hatinya ia berkata....
...Benda apa itu?...
...apakah itu sebuah bola lampu listrik? Apakah di era layaknya abad pertengahan sudah ditemukan arus tegangan listrik?...
...jika diperhatikan kembali, cahaya itu terlihat abstrak, tidak berbentuk dan hanya berada di dalam wadah kaca....
...seharusnya mereka akan menemukan listrik nanti beberapa abad kemudian, melihat kemajuan peradaban yang sekarang cukup kuno....
..........
Beberapa langkah kemudian, mereka melihat sosok prajurit yang mengenakan armor besi di setiap tubuhnya, dengan helmet besi yang terbuka, memperlihatkan wajah mereka satu persatu. para prajurit itu berbaris di sisi lorong, sekitar empat orang yang berdiri tegap dengan sebilah pedang di pinggang mereka. Demi menjaga sikapnya, Lazor bertindak aneh, dirinya berjalan seperti seorang anak perempuan.
Mereka menatap wajah pangeran dengan tatapan sinis, seakan-akan menertawakannya dari dalam hati.
"Apa yang kalian lihat? hah?!" Ancam Sebas kepada prajurit itu dengan ekspresi menggeram.
"Tidak ada!" Jawab prajurit-prajurit itu karna takut kepada ancaman Sebas.
"Cih...!" suara bisikan keluar dari mulut prajurit itu.
...Aku mengingat kalian, tenang saja.......
...suatu saat akan ku salib kalian....
...Ancam Lazor dalam batinnya, mengeluarkan senyum licik....
Setelah beberapa langkah telah terlewati, mereka tiba di sebuah gerbang raksasa, gerbang yang dilapisi besi dan emas, dengan motif buku besar dan sebuah lambang kebangsawanan terpampang di gerbang itu. Ada juga dua orang prajurit bersenjata yang menjaga gerbang.
melihat hal itu Sebas mendekati mereka dan berkata, "Hei kalian! sini kemari, ada yang akan dibicarakan. mendekat lah!" panggil Sebas kepada mereka.
dia mengajak mereka mendengarkan bisikannya, mengatakan sepatah dua kata, lalu kedua prajurit itu mengangguk, berjalan mundur kembali ke tempat semula dengan tatapan yang seketika kosong.
...Apa apaan itu? mata mereka memutih?seakan-akan baru saja dihipnotis....
...mungkin aku berhalusinasi....
...Batin Lazor setelah melihat tindakan Sebas....
Sebas menoleh kebelakang, menatap senyuman lick pangeran kecil, lalu membalas senyumannya dan berkata, "Inilah gerbang perpustakaan tersebut tuan muda."
"Hhem~ cukup besar juga untuk sebuah pintu," ujar Lazor yang menatap gerbang dengan terheran-heran.
Sebas mendekat ke arah gerbang, memegang dua gagang emas dari gerbang tersebut. Dia menariknya dengan kuat sehingga gerbang tersebut terbuka lebar dan memperlihatkan pemandangan indah dari ratusan bahkan ribuan buku yang tersusun rapi di rak-rak yang besar dan tinggi.
ruangan yang indah, dipenuhi jendela kaca bening di segala sisi, membiaskan cahaya mentari pagi yang menyinari buku-buku yang ada, di samping samping juga terdapat cahaya misterius di tempat-tempat yang tidak disinari matahari, ruangan itu besar, diatasnya terdapat ruang berbentuk kubah setinggi dua belas meter. Namun, tidak ada sama sekali orang di dalamnya kecuali mereka berdua.
"Luar biasa!" informasi! pengetahuan! penelitian! dan masih banyak lagi! aku sungguh tidak sabar!" Ujar Lazor dengan suara kencang.
...Perpustakaan raksasa! Aku tidak sabar membaca semuanya....
...............
Ilustrasi Seisi ruangan perpustakaan, berisi begitu banyak benda-benda indah selain buku-buku yang menjulang tinggi dalam rak-rak.
...******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡
lah.. yang ini malah pakai titik 😆
2023-04-26
1
ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡
harusnya dialog tag pakai huruf kecil sih.
“Tuan Muda, ... ?” tanya Lazor.
2023-04-26
1
World Invaders
jika menggunakan analogi timeline di novel ini, ane menganggap kalau peradaban dunia itu sekitar di tahun 1300 Masehi atau mungkin 1427 Masehi, hmm cukup akurat
2023-03-26
1