Chapter 4 : Pelafalan bahasa

...Perpustakaan raksasa! Aku tidak sabar untuk membaca semuanya....

...Batin Lazor ketika dirinya memasuki ruangan perpustakaan....

"oh iya, Sebas? mengapa tidak ada orang lain disini?" tanya Lazor, keheranan.

"Perpustakaan ini hanya milik keluarga kaisar dan beberapa bangsawan besar, tidak banyak dari mereka yang gemar membaca, karena itu tempat ini jarang dikunjungi," tutur Sebas yang berdiri dibelakang pangeran.

"Kalau begitu sangat disayangkan, buku ini akan berdebu," lirih Lazor yang tersenyum, memandang satu persatu dari kumpulan buku di sekelilingnya.

Di dalam perpustakaan yang amat besar, Lazor mendekati rak-rak buku yang berbaris rapi. Dirinya merasa sangat terkesan dengan buku-buku tersebut. Mengapa tidak, bagi seorang ilmuwan yang telah membaca hampir seluruh buku di dunia lamanya, sekarang mendapatkan buku baru yang berisi pengetahuan yang tidak ia ketahui.

Di saat Lazor sedang bingung memilih buku mana yang akan dia baca duluan, tiba-tiba dari ujung rak buku, telah jatuh satu buah buku dengan tulisan bahasa asing di sampulnya.

melihat hal itu Lazor berjalan mendekat, memungutnya dan melihat tulisan aneh tersebut dengan cukup lama seperti sedang mematung selama lima detik.

"Hah?!" ucapnya dengan mata melingkar dan mulut yang ternganga.

...Sial! aku terlalu bersemangat membaca, sampai aku lupa kalau ini dunia lain yang sangat tidak masuk akal....

...aku tidak sempat memikirkannya, karena aku bisa bicara dengan bahasa Polandia dan mereka mengerti itu, mereka juga berbicara bahasa Polandia....

...dan juga mengapa mereka bisa berbahasa Polandia?! sungguh sial! dan tidak masuk akal....

...Batin Lazor yang dilanda rasa bingung serta rasa yang dipenuhi kekecewaan....

Dengan penuh rasa kecewa tergambar di wajahnya, Lazor kemudian bertanya kepada Sebas. "Apa yang dikatakan tulisan ini?!"

Sebas kemudian menjawab, "hemm~ itu artinya ; Ensiklopedia... Sihir dan— Sejarah... Dunia." jawab Sebas dengan nada mengeja, memegang kacamatanya dengan mata yang menyipit.

"Ensiklopedia sihir yah.... Sangat disayangkan, padahal ini buku yang menarik," lirih Lazor dengan ekspresi datar.

...Tunggu dulu... Hah?! sihir? Hhm~ ...

...lagi-lagi kejutan di luar nalar....

...mungkin semacam legenda mitologi kuno yah....

...Batinnya, yang mulia terbiasa sedikit demi sedikit dengan segala benturan logika....

"Sebas, sejujurnya aku tidak mengerti tulisan ini, bisakah engkau mengajariku?" pinta Lazor.

"Anda yang sebelumnya juga tidak bisa membaca, saya merasa terharu melihat semangat belajar anda." Tutur Sebas dengan senyuman yang melengkung.

Kemudian Sebas berjalan ke sebuah rak buku yang tidak jauh dari pangeran, mengambil satu buku berwarna hijau dengan tulisan aneh itu di sampulnya, buku yang sangat tebal, sekitar empat ratus halaman.

Setelah itu Sebas mengajak Lazor ke suatu tempat yang masih berada di dalam perpustakaan yang luas, sebuah meja panjang dan kursi kayu yang dipoles pernis merah. Mereka pun duduk berhadapan di tempat itu.

"Baiklah tuan muda, untuk belajar huruf Astriani, anda harus melafalkan bacaannya, mengulanginya kembali setelah saya mengajarkan arti setiap huruf satu persatu." Jelas Sebas, sembari membuka buku hijau itu lalu menghadapkan ke arah pangeran.

"Ini adalah buku bahasa Astriani, dalam artian buku yang mengajarkan bahasa Astriani kepada orang-orang." Tutur Sebas.

Sebas kemudian membuka lembaran pertama dari buku tersebut, dan menunjuk salah satu huruf aneh yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, dia menunjuk huruf tersebut sambil berkata, "Ini berarti Az."

Sebas melanjutkan menunjuk huruf lain disampingnya dan berkata, ini adalah Berk."

"Dan ini adalah Vet." Lanjut Sebas, yang menunjuk huruf setelah Berk.

"ini dibaca Dalgh, kemudian ini dibaca Dobr, selanjutnya ini Estre." Jelas Sebas kepadanya.

"Untuk sementara, hafalkan itu dulu tuan muda. Saya yakin jika hal ini dilakukan rutin, anda hanya butuh waktu enam bulan untuk bisa menguasainya." Jelas Sebas sambil tersenyum.

"Tidak, ajarkan semuanya." Perintah Lazor kepadanya dengan ekspresi serius belajar.

...Kau pikir aku punya waktu sebanyak itu....

...Batin Lazor yang masih sedikit kesal....

"Baiklah..." Balas Sebas yang merasa heran sekaligus terkesan.

"Ini dibaca Zivayt, lalu ini Zhal, Ini Ize, kemudian ini I." Ajar Sebas perlahan-lahan, dan mengulangi setiap ucapannya.

Sebas mengucapkan seluruh arti dari huruf tersebut satu persatu, semua huruf berjumlah empat puluh empat. Lazor pun duduk manis memperhatikan Sebas secara seksama, selepas Sebas mengucapkan kalimat tersebut, Lazor mengucapkannya kembali dengan nada pelan.

Sampai dimana Sebas telah mengajarkan arti dari semua huruf kepadanya, menutup buku hijau tersebut dan berkata, "Baiklah aku akan menilai hasil dari pelafalan anda."

Hal yang tidak terduga ditunjukkan Lazor kepada Sebas, dirinya mampu mengucapkan kembali setiap huruf yang diajarkan Sebas kepadanya, kegiatan belajar mengajar ini hanya berlangsung selama lima belas menit saja dan dia sudah menguasainya.

...Ketika dirinya bangun, dia selalu memperlihatkan hal-hal luar biasa kepadaku....

...Bahkan untuk seorang anak berusia sembilan tahun, mampu melafalkan huruf ini yang seharusnya dikuasai dalam kurun waktu enam bulan untuk anak seusianya....

...Luar biasa....

...Batin Sebas dengan mata yang berbinar....

"Hei Sebas? mengapa kau melamun? bagaimana caraku mengucapkannya? sudah benar? atau ada yang salah?" Rentetan pertanyaan Lazor kepada Sebas yang terkesima.

"Ya— Ya tuan muda? Benar, cara pengucapannya sudah benar!" Jawab Lazor dengan terbata-bata, seolah-olah masih tidak percaya dengan kejeniusan anak itu.

"Sekarang ajarkan aku susunan kalimat dasar."

"Anda langsung masuk ke pengejaan yah.... Saya sudah tidak terkejut lagi dengan bakat baru anda," puji Sebas yang tersenyum senang.

"Baiklah.... mari kita mulai!" ujarnya dan melanjutkan membuka halaman tengah dari buku tebal itu.

...memangnya di dunia ini terlihat aneh anak umur sembilan tahun sudah menguasai pengejaan huruf...? sedangkan di duniaku ada anak yang mampu menulis di umur lima tahun, bahkan tiga tahun....

...disini sembilan tahun sudah dianggap jenius....

...hahaha~...

...aku tidak mengerti pikiran para cendekiawan di dunia ini....

...Ucap Lazor dalam benaknya, merasa miris akan tertinggalnya ilmu pengetahuan di dunia ini....

...******...

Masih di dalam istana yang luar biasa luas. Istana yang dikelilingi tembok besar, di dalam tembok besar itu, ada beberapa rumah bertingkat yang terbuat dari batu bata berwarna kehitaman, memiliki bahan dasar bangunan yang cukup kuat.

Sedangkan di luar tembok istana, hanyalah kumpulan ratusan rumah kayu yang beragam, dari rumah sederhana sampai rumah bagus dengan bahan setengah dinding batu, akan tetapi ada juga rumah rapuh yang sebentar lagi roboh karena pelapukan, yaitu kumpulan perumahan kumuh di pinggiran.

Di lain tempat, di dalam istana yang megah dan menjulang tinggi, ada empat menara batu setinggi tiga puluh meter berdiri di sudut bangunan istana. Terlihat sosok pria yang menggenakan tudung putih, membawa sebuah koper dan berlari secara terburu-buru di suatu lorong kecil.

Orang itu sampai di suatu ruangan, dirinya kemudian mengetuk pintu dari ruangan tersebut.

Tuk...! Tuk....! Tuk....!

"Cahaya ilahi," ucap Pria bertudung putih.

"Silahkan masuk!" balas seseorang dari balik pintu, dengan suara feminim yang menggoda.

Pintu itu dibuka oleh pria bertudung, memperlihatkan beberapa gambaran gelap yang samar-samar, ruangan tersebut cukup gelap, terlihat ada seorang wanita cantik, dengan pakaian tidak senonoh di dalamnya sambil memegang cambuk di tangan kirinya. Wanita itu duduk di atas punggung seorang pria yang juga demikian sama, pria itu membungkuk menopang tubuh si wanita.

"Ahh...!!! yang mulia! anda terlihat sangat indah!" Puji pria bertudung itu sembari jatuh tertunduk dihadapan wanita yang dipanggil 'yang mulia'.

"Aku jadi iri padamu Adrian!" Ujar pria bertudung kepada pria yang diduduki si wanita.

"Cepat katakan!" Bentak wanita tersebut.

Pria bertudung tersebut membuka tudungnya, memperlihatkan wajah familiar yang saat itu mengunjungi si pangeran kecil. Benar, tabib tersebut adalah pria bertudung yang saat ini memandang sosok wanita dengan tatapan gairah.

Crack....!!!!

Suara cambuk yang menghantam kedua pergelangan tangan si tabib.

"Aahhh....! lagi...! aku mohon sekali lagi yang mulia! cambuk saya!" pintanya dengan wajah merah merona sambil menghembuskan nafas gairah.

"Cepat katakan! setelah itu akan aku cambuk dirimu beserta yang ada dibawa sana!" ujar wanita itu, dengan merasa kesal.

"Hehe~ baiklah akan kukatakan yang mulia, tadi aku sudah mengunjunginya, hal yang tak terduga terjadi yang mulia! kau tau apa... hehehe, si pangeran kecil itu sudah sadar! aku juga sudah mengambil sampel darahnya." tutur Tabib dengan antusias saat menjelaskan.

"Apa?! dia sudah sadar?! Syukurlah!" Ucap wanita itu yang merasa lega sambil memasang senyuman licik, "hahahaha...!!! aku kira akan kehilangan boneka tersayang ku satu-satunya!" Tawa jahat keluar dari mulut si wanita.

"Informasi yang sangat berguna?! benar kan?!" ucap Tabib lalu mengeluarkan sampel darah Lazor dari dalam kopernya.

"ini dia! darah kesukaan anda yang mulia!" ucapnya lagi sembari memberikan darah dalam wadah kaca kepada wanita itu.

Setelah mengambil darah dari pangeran, wanita tersebut seketika membuka penutupnya, meminum darah pangeran kecil seteguk demi seteguk. Setelah darah tersebut ditelan olehnya, dia mengeluarkan nafas gairah tinggi, pipinya memerah, matanya menyipit, dia menggigit bibir bawahnya dan tangannya mengelus tenggorokan.

"Aahhh....! ini sangat mendebarkan!" gumam wanita nakal itu.

"Ah~ anda sangat cantik sekali yang mulia!" Puji Tabib dengan tatapan penuh hasrat.

"Karna kau membuat suasana hatiku gembira, akan kuberikan kau hadiah," tutur wanita itu yang kegirangan.

Setelah mendengarkan kalimat terakhir dari di wanita itu, si tabib tiba-tiba membuka pakaian atas, membalik badannya lalu menyerahkan punggungnya ke arah wanita.

Crack...! Crackk...! Crack...! Suara cambukan beruntun.

Punggungnya membekas memar merah bergaris.

"Ahhh.... senangnya! lagi...! lagi yang mulia...!" ucapnya sambil teriak kegirangan.

"Rasakan ini! dasar babi! kau suka ini kan?!" hina wanita tersebut dengan senyuman licik.

"Ya...! saya adalah babi milik anda! lagi yang mulia ku, lagi...!"

...******...

Kembali ke perpustakaan, tempat Lazor dan Sebas berada. Saat ini Lazor telah menghafal seratus kata setelah diajarkan oleh Sebas.

"Anda luar biasa tuan muda! menghafal seratus kata hanya dalam waktu sepuluh menit bukanlah hal yang biasa bagi anak seusia anda!" Puji Sebas, kegirangan.

"Ini belum seberapa, masih banyak lagi kosakata yang harus dihafalkan." Balas Lazor dengan wajah datar.

"Rujk artinya 'aku', Rutiz artinya 'kamu', Rumaska artinya kami, Balska artinya kalian— tunggu dulu!" Ucap Lazor yang sedang melafalkan bahasa dan seketika terdiam, seperti menyadari sesuatu.

"Ada apa pangeran?!" tanya Sebas, kebingungan.

...Bila dipikir kembali, mengapa aku menyebutkan bahasa dengan arti yang sama....

...maksudku, mengapa aku mengucapkan huruf asing, namun berakhir dengan arti yang sama seperti bahasa Polandia?!...

...tidak...! tidak..! tidak....

...ini tidak masuk akal..! memang sedari tadi tidak masuk akal sih, tapi mengapa pikiranku seperti ini?! ada yang salah! apakah semua ini halusinasi......

Tiba-tiba Pangeran penampar kedua pipinya sesaat ia mengucapkan sesuatu dari dalam hatinya.

Crakk...! Suara tamparan kedua tangannya.

"Pangeran?! anda kenapa melakukan hal tersebut?!" tanya Sebas yang heran sekaligus cemas.

"Ahh.... tidak, ini adalah sebuah ritual untuk menyemangati diriku."

"Jadi begini yah~ baiklah pangeran lanjutkan halafan anda, sebentar lagi anda akan menguasainya dalam waktu satu bulan, tidak! tetapi satu hari!" seru Sebas yang kembali kegirangan.

...Sial kenapa seperti ini.......

...setiap aku menyusun kalimat dari huruf asing itu, aku akan berakhir dengan mengucapkan bahasa Polandia....

...sebenarnya logika seperti apa ini...?...

...Batin Lazor dengan pikiran yang campur aduk, dirinya bingung, heran, cemas, bahkan ketakutan dengan hal yang diluar nalar ini....

"Sebas dengarkan aku baik-baik!" ucap Lazor dengan bibir yang sedikit gemetar, keringat membanjiri wajahnya, nafasnya kembali tidak teratur.

Namun emosi itu sanggup ia reda dalam waktu tiga detik, dan kembali memasang ekspresi datar namun sangat serius.

"Aku akan mengeja kalimat 'buku' dengarkan!" perintah Lazor, tatapan yang seksama.

Sebas mengangguk lalu memperhatikan pangeran dengan mata seriusnya.

"Bert... Ul... Xey... Ul... Artinya bukxey kan?!" tanya Lazor yang menanti jawaban Sebas.

"Ya artinya seperti itu, ada apa pangeran? jangan bilang anda mau menguji saya dengan materi pengejaan, hahaha...." Balas Sebas dengan sedikit candaannya.

"Tidak...! tidak! aku tidak bercanda saat ini, Kalau Buku?" Tanya Sebas yang sedikit kesal.

"Maafkan saya... mengapa anda mengatakan kalimat yang sama selama dua kali?" Tanya Sebas keheranan, kepalanya berat sebelah dengan sangat bertanya-tanya.

...Kan....! sesuai dugaanku....

...aku mengucapkan kalimat yang memiliki arti yang sama....

...ini diluar tidak masuk akal, ini sesuatu yang sangat absurd apa yang terjadi dengan kepalaku.......

...**********...

Terpopuler

Comments

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

waduh... mungkinkah ...

2023-04-26

0

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

satu per satu.

2023-04-26

1

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡

di perpustakaan biasanya ada ruang rahasia.

2023-04-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Di luar nalar
3 Chapter 2 : Kepercayaan
4 Chapter 3 : Pengetahuan dunia
5 Chapter 4 : Pelafalan bahasa
6 Chapter 5 : Badai logika
7 Chapter 6 : Ingatan cinta
8 Chapter 7 : Aura pemikat
9 Chapter 8 : Topeng kepribadian
10 Chapter 9 : Nyala api
11 Chapter 10 : Eksistensi sihir
12 Chapter 11 : Pion baru
13 Chapter 12: Ensiklopedia sihir
14 Chapter 13 : Kekuatan fisik
15 Chapter 14 : Gelembung hitam
16 Chapter 15 : Pengorbanan seorang guru
17 Chapter 16 : Anti materi
18 Chapter 17 : Sahabat dekat
19 Chapter 18 : Menteri dalam permainan
20 Chapter 19 : Langit malam
21 Chapter 20 : Ensiklopedia Galaktika
22 Chapter 21 : Pesta minum teh
23 Chapter 22 : Perbincangan jiwa
24 Chapter 23 : Memori panjang
25 Chapter 24 : Kehidupan masyarakat
26 Chapter 25 : Pesona anak kecil
27 Chapter 26 : Kelas sosial
28 Chapter 27 : Belenggu rantai kebebasan
29 Chapter 28 : Keinginan untuk terbang
30 Chapter 29 : Penjelasan malam itu
31 Chapter 30 : Peluncur C1
32 Chapter 31 : Kisah kelam
33 Chapter 32 : Fraksi politik
34 Chapter 33 : Kekaisaran Astria
35 Chapter 34 : Tempat suci
36 Chapter 35 : Percikan petir
37 Chapter 36 : Konstelasi
38 Chapter 37 : Permainan malam
39 Chapter 38 : Aliran darah panas
40 Chapter 39 : Pengakuan
41 Chapter 40 : Amarah halilintar
42 Chapter 41 : Melupakan perintah
43 Chapter 42 : Takdir dua insan
44 Chapter 43 : Dejavu rasa takut
45 Chapter 44 : Barang antik kesayangan
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Di luar nalar
3
Chapter 2 : Kepercayaan
4
Chapter 3 : Pengetahuan dunia
5
Chapter 4 : Pelafalan bahasa
6
Chapter 5 : Badai logika
7
Chapter 6 : Ingatan cinta
8
Chapter 7 : Aura pemikat
9
Chapter 8 : Topeng kepribadian
10
Chapter 9 : Nyala api
11
Chapter 10 : Eksistensi sihir
12
Chapter 11 : Pion baru
13
Chapter 12: Ensiklopedia sihir
14
Chapter 13 : Kekuatan fisik
15
Chapter 14 : Gelembung hitam
16
Chapter 15 : Pengorbanan seorang guru
17
Chapter 16 : Anti materi
18
Chapter 17 : Sahabat dekat
19
Chapter 18 : Menteri dalam permainan
20
Chapter 19 : Langit malam
21
Chapter 20 : Ensiklopedia Galaktika
22
Chapter 21 : Pesta minum teh
23
Chapter 22 : Perbincangan jiwa
24
Chapter 23 : Memori panjang
25
Chapter 24 : Kehidupan masyarakat
26
Chapter 25 : Pesona anak kecil
27
Chapter 26 : Kelas sosial
28
Chapter 27 : Belenggu rantai kebebasan
29
Chapter 28 : Keinginan untuk terbang
30
Chapter 29 : Penjelasan malam itu
31
Chapter 30 : Peluncur C1
32
Chapter 31 : Kisah kelam
33
Chapter 32 : Fraksi politik
34
Chapter 33 : Kekaisaran Astria
35
Chapter 34 : Tempat suci
36
Chapter 35 : Percikan petir
37
Chapter 36 : Konstelasi
38
Chapter 37 : Permainan malam
39
Chapter 38 : Aliran darah panas
40
Chapter 39 : Pengakuan
41
Chapter 40 : Amarah halilintar
42
Chapter 41 : Melupakan perintah
43
Chapter 42 : Takdir dua insan
44
Chapter 43 : Dejavu rasa takut
45
Chapter 44 : Barang antik kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!