aiden? Wisanggeni?

Paman Umara mengingat tentang pria berkekuatan Raja Naga Api dan mengatakan, "Aaaaahhh, pria berkekuatan Raja Naga Api! Aku ingat pernah membuatkan dia 37 mangkuk mie. Pria itu tinggal di Dasht-e Lut, namanya Aiden. Dia adalah pria yang sangat kuat. Aku bahkan pernah melihatnya menghabisi pasukan kerajaan dengan tangan kosong." Paman Umara menceritakan kisahnya dengan semangat.

Paman Umara menjelaskan segalanya dengan sangat detail. Setelah penjelasannya selesai, kamu penasaran dan bertanya, "Lalu, di mana dia berada, paman?" Paman Umara menjawab, "Pria itu berada di Dasht-e Lut." Jawaban paman Umara membuatmu terkejut, dan kamu mengatakan, "Apakah Dasht-e Lut bukanlah daerah kosong yang sangat panas dan sulit untuk dihuni? Bagaimana mungkin dia berada di sana?"

Paman Umara menjelaskan lebih lanjut, "Memang benar, tempat itu bahkan disebut sebagai wilayah terpanas di dunia. Yang kutahu, dia memang sengaja mengasingkan diri di wilayah itu." Kamu mendengarkan dengan seksama dan kemudian menanyakan bagaimana Paman Umara bertemu dengan Aiden.

"Pria itu menyelamatkanku dari para bandit saat aku sedang dalam perjalanan," ujar Paman Umara. "Ketika aku pergi mengembara, aku dikejar oleh sekelompok bandit berkuda. Aku mengendarai kudaku sekuat tenaga untuk menghindari mereka. Aku akhirnya tiba di perbatasan Dasht-e Lut, dan karena terkepung, aku tidak punya pilihan selain memasuki wilayah itu. Tapi para bandit masih mengejarku, dan akhirnya kudaku jatuh karena kelelahan dan panas. Mereka menangkapku, tapi aku masih sempat melihat sosok pria bersisik seperti naga api. Awalnya, kukira dia salah satu bandit, tapi ternyata dia menyerang para bandit itu dan menyelamatkanku. Karena terlalu panas, aku pingsan. Ketika aku bangun, aku berada di sebuah kamar, dan dia muncul dari balik pintu. Aku tinggal di rumahnya beberapa hari. Awalnya, aku ingin membayar jasanya dengan memberikannya 40 keping emas, tapi dia menolak karena di padang gurun yang tak berpenghuni ini, emas tidak berarti apa-apa. Akhirnya, aku memasakkan mie untuknya, dan, yaa, kamu pasti tahu kelanjutannya," pungkas Paman Umara.

Setelah mendengar cerita Paman Umara, Narapati berniat segera pergi ke Dasht-e Lut untuk mencari Aiden. Namun, sebelum itu, dia harus membayar 13 mangkuk mie dan 3 mangkuk daging sebagai pengganti j

asa. Setelah membayar, Narapati dan Lucio memulai perjalanan ke Dasht-e Lut.

Sementara itu, di Kerajaan Nusantara, Antaga, raja iblis, marah karena seorang bocah berhasil membunuhnya. Dia meminta saran dari seorang peramal, yang mengatakan bahwa Antaga bisa menghentikan kematian dan kekalahan dengan menghentikan upaya Narapati dalam mengumpulkan rekan-rekannya. Mendengar saran itu, Antaga memanggil dua bawahannya dan memerintahkan mereka untuk membunuh Narapati dan Aiden. "Banthal, Kashur, aku perintahkan kalian untuk membunuh Narapati dan rekan-rekannya!" teriak Antaga dengan senyuman jahat. Kedua bawahannya mengangguk dan segera pergi.

Sementara itu, Narapati dan Lucio telah tiba di perbatasan Dasht-e Lut. Mereka memasuki wilayah tersebut, tetapi Narapati baru menyadari bahwa dia sama sekali tidak tahu di mana rumah Aiden berada. Mereka mulai menyusuri wilayah Dasht-e Lut yang luas, dan untuk menghemat waktu, Narapati menggunakan ilmu peringan tubuh, meningkatkan kecepatannya secara drastis. Lucio juga mampu mengejar kecepatan Narapati, dan akhirnya, mereka malah terlibat dalam lomba lari.

Setelah beberapa jam, mereka berhasil menyusuri sekitar Dasht-e Lut dan menuju pusat wilayah. Namun, tiba-tiba badai pasir muncul dari belakang mereka dan mengejar mereka. Mereka terpaksa berlari lebih cepat, tetapi badai pasir terus mendekati. Akhirnya, badai pasir menghantam mereka, dan mereka terbawa dalam badai itu, terombang-ambing di tengah kekacauan. Di tengah badai pasir, mereka mendengar suara seorang pria berkata, "Astaga, sudah lama tidak ada yang berkunjung ke daerah kekuasaanku." Mendengar suara itu, Narapati terkejut karena menurut pengetahuannya, wilayah ini tidak berpenghuni.

Narapati menyadari bahwa kekuatan Aiden menjadi penyebab badai pasir ini. Dia berteriak, "Aku datang dengan niat damai!" Mendengar teriakan itu, Aiden menghentikan serangannya dan bertanya apa maksud perkataan Narapati.

Namun, sebelum Narapati bisa menjawab, tiba-tiba Banthal dan Kashur muncul dan menyerang mereka berdua. Dengan cepat, Aiden menyemburkan napas api dan membakar kedua penyerang itu.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku akan membantumu menghadapi mereka," kata Aiden sambil mengeluarkan tombak berapi-apinya.

"Kalian berdua ingin mengalahkan kami?" ejek Kashur dengan sombong. Tanpa ragu, Aiden menyerang Kashur yang memiliki tubuh besar, sementara Narapati melawan Banthal yang memiliki kekuatan sihir.

Pertarungan berlangsung s

engit, tanpa ada yang tumbang di antara mereka. Namun, tiba-tiba Kashur menabrak Narapati ketika dia akan menyerang Banthal. Mereka berdua dipaksa untuk membentuk formasi pertahanan, di mana Kashur bertindak sebagai tank dan Banthal sebagai penyihir.

Melihat situasi itu, Narapati melihat ke arah Aiden, dan mereka setuju untuk membentuk formasi serangan dari dua arah. Mereka mulai menyerang, tetapi setiap serangan mereka ditahan oleh tubuh besar Kashur dan kemudian dihempaskan oleh kekuatan gravitasi Banthal.

Dalam sekejap, Narapati sudah siap menendang kepala Banthal, tetapi sayangnya kakinya ditangkap oleh Kashur. Namun, itu memberi kesempatan bagi Aiden. Dia berlari menuju Banthal untuk menusukkan tombaknya. Tapi tiba-tiba, Kashur melemparkan Narapati ke arah Aiden, membuat mereka berdua terlempar dan terjebak dalam kekuatan gravitasi Banthal.

Mereka tidak bisa bergerak, dan Kashur mendekati mereka sambil bersiap-siap menghancurkan kepala mereka. Banthal dan Kashur merasa yakin dengan kemenangan mereka.

Namun, tiba-tiba terdengar teriakan kesakitan dari Banthal. Lucio telah melukai Banthal dengan cakarannya. Gravitasi yang mencengkeram Narapati dan Aiden mulai melemah, dan mereka berhasil melepaskan diri dan mendorong Kashur. Narapati segera berlari menuju Banthal dan memukulnya dengan menggunakan ajian narantaka, sementara Aiden menyerang Kashur dengan tombak berapi-apinya.

Akhirnya, dua saudara itu tumbang karena kecerobohan mereka, dan Narapati dan Aiden selamat berkat bantuan Lucio. Ketika Kashur tergeletak, Aiden memanfaatkan kesempatan itu dan menusukkan tombaknya ke dada Kashur, sedangkan Narapati menyerap jiwa Banthal.

Setelah mengakhiri pertarungan dengan musuh mereka, Aiden dan Narapati berdiri berhadapan, saling menatap satu sama lain...

BERSAMBUNG

(Awas, Aiden mungkin jatuh cinta pada Narapati! Hahaha)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!