Bab.4 Batal Nikah

Braaakk!!

Akhirnya Pakde Warno berhasil mendobrak pintu kamar ku, Ibu langsung memeluk dan mendekap ku ke dada nya, suara tangis nya begitu mengiris relung hatiku.. Sakit yang aku rasakan sekarang mungkin tak sebanding dengan rasa kecewa mereka pada mas Yudi yang brengsek itu.

"Nisa.. Kamu gak apa-apa kan Nak?" suara berat kakek menanyaiku yang masih terisak didalam pelukan Ibu.

"Kurang ajar si Yudi itu, berani nya dia bikin kamu seperti ini!" pakde Warno ikut bersuara.

"Nisa.. maaf ya, tadi bibik gak sengaja denger, bibik gak terima juga kamu diginiin, selama ini kan kamu gak pernah neko-neko orang nya, kok bisa sih mereka itu jahat banget sama kamu!" kata Bik Rana.

Aku masih diam seribu bahasa, bahkan lidah ku bertambah keluh, semakin sulit untuk aku membuka suara.

"Nak, denger Ibu.. Ibu sayang sama kamu, kamu gak sendiri Nis.. Jangan diam dan bikin ibu takut! ayo keluarkan semua yang bikin kamu merasa sesak nak!" ucap Ibuku lagi, kata-kata nya barusan langsung membuat aku berteriak sangat kuat, hingga seluruh orang yang ada dirumah ku langsung ikut masuk kedalam kamar untuk melihat keadaan ku seperti apa.

"Kenapa Bu.. Apa salah Nisa? kenapa mereka berdua tega?" kataku dengan tangis yang masih pecah, semua orang menatap iba padaku.. bukan.. bukan seperti ini yang aku mau.. harusnya saat ini aku menjadi orang yang paling bahagia karena sebentar lagi akan menikah, tapi apa sekarang? hancur!! hancur semua nya.

"Ya Allah Nisa.." lirih Bik Rana, ia juga ikut meneteskan air mata melihat kondisi ku yang seperti ini.

"Kamu gak salah, mereka aja yang bodoh!!"

"Iya bener Nis.. Laki-laki seperti Yudi itu gak pantes buat kamu! laki-laki bejat tidak bertanggung jawab, sudah jangan ditangisi!" kata Pakde Warno.

"Kamu kuat Nis, lagian Desi juga kenapa bisa separah itu kelakuan nya, selama ini dia berteman baik dengan Nisa, kemanapun selalu bareng, kok bisa-bisanya dia Setega itu sama temen nya sendiri!" sahut salah satu warga.

"Ini sudah masuk Ranah asusila mbak Susan, Yudi harus dibawa kebalai desa!" sela Warga yang lain lagi.

"Bagaimana Nis?? kamu tetap mau melanjutkan pernikahan ini atau..." Aku langsung beranjak dan membuka lemari dengan kuat, ku ambil baju akad nikah yang kami buat untuk acara sakral kami lalu kubawa ke halaman rumah, aku mengambil bensin yang memang biasa nya disimpan oleh kakek untuk mengisi motor nya.

Kutuangkan bensin tersebut ke baju kebaya berwarna putih tersebut, kusambar korek api yang dipegang salah satu warga dan membakar nya.. Kobaran api yang melahap gaun kebaya itu sangat besar.. sama seperti hati dan kepercayaan ku pada mereka berdua.

Setelah itu, aku langsung kembali ke kamar kuambil semua souvenir pernikahan kami dan membakar nya juga disana, semua orang terlihat menangis.. tak terkecuali Ibu dan kakek..

"Kasihan Nisa! kenapa lah si Nuriah itu bisa kecolongan, sikap anak nya itu loh.. bikin aku geram jadi nya!"

"Iya.. kasihan juga kang Adi, pasti malu banget dia punya anak macam Desi itu, padahal kang Adi itu baik pisan, rajin ke mesjid juga!"

"Mang Haris, mang Udin.. bisa tolongin Nisa?" ucapku pada kedua tetangga ku.

"Bilang aja Nis, kami pasti bantu,"

"Tolong mang, angkat semua furniture set yang dikasih mas Yudi kerumah Desi!" ucapku, kini aku sudah tidak menangis lagi. Aku harus kuat kan, aku gak salah.. mereka yang sudah berkhianat dibelakang ku hingga menghasilkan benih.

"Kamu yakin Nis?" tanya Ibu, aku paham apa maksud Ibu menanyakan itu. Aku langsung menganggukkan kepala dengan mantap dan yakin.

""Oke Nis, kami angkat semua nya kerumah Desi! dan kamu Wo, lapor sama pak kades, nanti malam Yudi, dan Desi harus dibawa ke balai desa, ini gak bisa dibiarin berlarut-larut!" tambah mang Haris pada mas Bowo, anaknya Bik Rana.

"Baik mang!" kulihat mas Bowo langsung pergi kerumah pak kades, sementara itu mang Haris dan mang Udin, dibantu beberapa warga yang lain langsung mengeluarkan furniture set Yang ada dikamarku, untuk dipindahkan kerumah Desi!

Ibu kembali memeluk ku, berulang kali ia mengecup punca kepalaku..

"Keputusan mu sudah bener Nis, kakek juga maunya begitu, Warno! tolong kamu hubungi pihak tenda dan dekorasi nya, kalau pernikahan nya batal, jadi mereka harus segera mencopot semua ini!"

"Nggih pak!"

"Kamu baik-baik aja kan Nis?" tanya Ibu padaku.

"Aku baik-baik aja Bu, untuk apa aku menangis kan.. semua nya sudah terjadi!" aku kembali masuk kedalam rumah, diluar aku bisa setegar mungkin, tapi didalam rasanya.. Aku betul-betul gak sanggup, aku menangis tanpa suara agar Ibu dan yang lain tidak mendengar nya.

**

Dirumah Desi.

"Loh Udin.. ini maksudnya apa?? barang-barang ini dari siapa kok main masukan kedalam rumah ku begitu sih!" pekik Nuriah , antara kaget dan bingung, siapa gerangan yang mengirimkan barang-barang itu kerumah mereka.

"Ini dari Nisa, furniture set yang diberikan Yudi pada Nisa, dipindah kemari.. Nisa bilang, bukan dia yang akan jadi pengantin nya Yudi, tapi Desi!" terang Udin.

"Jadi maksudnya Nisa mengizinkan Desi menikah dengan Yudi?" tanya Nuriah memastikan, ia tak mau sampai salah dengar. Mendengar kata-kata ibunya, Desi yang tidak tahu malu langsung keluar begitu saja.

"Apa Bu?? jadi bener mas Yudi mau tanggung jawab?" tanya Desi dengan girang, membuat Udin dan Haris serta beberapa warga lain geleng-geleng kepala, ternyata seperti inilah sifat asli dari gadis yang terkenal ramah itu.

"Desi, kok gak tahu malu banget sih jadi orang.. bisa nya kamu seneng saat sahabat kamu sedang menangis disana!" ucap Haris.

"Dibilangin dong Nur anak mu itu.. padahal selama ini mereka temen Deket banget!" Nuriah merah padam menahan rasa malu, namun Desi anak nya .. ia harus lebih mengutamakan kebahagian anak nya daripada omongan orang lain.

"Ya jangan salahin Desi dong, Yudi juga salah.. lagian kalau Yudi lebih nyaman dengan Desi, apa itu salah nya Desi?"

"Terserah kalian lah, Ibu sama anak sama aja! sama-sama gak punya malu!" potong Udin dan langsung mengajak yang lainnya pergi dari sana.

"Yudi belum setuju! tapi Nisa yang nyuruh kamu kesini!" ucap Haris lagi dan langsung pergi begitu saja.

"Jadi mas Yudi belum setuju ya Bu!"

"Ya mana ibu tahu! bapak mu itu loh masih kesana, kamu sabar aja dulu.." terang Nuriah pada anak nya, Heri dan keluarga nya cukup terpandang didesa itu, dia juga sudah mempunyai pekerjaan yang kapan ,dibanding anak-anak muda yang lain, jadi jelas saja Nuriah merasa senang kalau ternyata anaknya hamil anak Yudi.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

bagus tindakan mu Nussa lebih baik batal nikah nya dg si Yudi

2024-01-28

0

Tatik R

Tatik R

mak sableng🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-03-18

0

Piet Mayong

Piet Mayong

toxic...
serba kiri...gak nganan...

2023-03-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!