Bab 2. Video Call Tina

Saat malam menunjukan jam 7 malam, Arya masih di sibukan dengan ponselnya. Ia asik bermain game, selain bermain game, ia juga melaukan panggilan video dengan wanita lain dan lagi-lagi tidak perduli dengan hati dan perasaan Zahra.

Arya menyukai sekertaris barunya tapi karena dia masih terlalu bocah, akhirnya baru dua bekerja Arya pecat karena Sisil tidak mau menjadi wanita pemuas nafsunya, ya kata Arya Sisil terlalu munafik. Tapi beruntunglah Sisil, setidaknya dia bisa menjaga kesuciannya.

Saat Zahra melihat suaminya melakukan panggilan video dengan wanita lain, hatinya sangat sakit sekali tapi ia hanya diam sambil mendengarkan percakapan suaminya dan wanita yang ada di layar telpon itu.

Wanita berpenampilan seksi itu jelas terpampang jelas di layar ponsel suaminya, bajunya yang tidak pantas dan sangat kurang bahan, gundukan kembar miliknya yang hampir menyembul keluar, sungguh menjijikan saat melihatnya.

"Mas Arya, kamu tidak merindukanku?" Wanita berpenampilan seksi terpapang jelas di layar ponsel milik Arya.

"Tentu aku merindukanmu, tapi kamu tahu sendirikan. Aku sudah punya istri, ya istri yang tak pernah aku sentuh, haha," tawa Arya begitu bahagia.

Sebegitunya kah Mas Arya tidak mau menganggap aku sebagai istrinya, di depan wanita lain ia terang-terangan mengatakan hal seperti itu.

Zahra meneteskan air matanya, kamu tega Mas Arya. Bahkan kamu permalukan aku di depan wanita lain, sungguh Ayah sudah salah melilihkan seorang laki-laki yang katanya baik. Tapi mana buktinya?

"Sampai sekarang kamu tak pernah menyentuhnya Mas?" tanya Tina, wanita itu semakin nakal dan berani melepaskan bajunya di panggilan video itu.

"Mas, kamu cukup sentuh aku saja," godanya dengan nakal.

Senyum Arya terlihat sumpringah saat mendengar godaan nakal dari Tina, sungguh menjijikkan Arya bahkan Zahra mendadak ingin muntah melihat sikap suaminya dan wanita murahan yang ada di layar ponsel sang suami itu.

Seandainya kedua orang tuaku tahu, apa mereka masih tetap membanggakan Mas Arya? Aku saja jijik menjadi istrinya, sungguh Mas Arya begitu keji, laki-laki tidak punya hati.

Mendengar percakapan yang menurut Zahra menjijikan, rasanya ingin sekali muntah.

"Mas, aku sangat seksi kan, aku sudah lama tidak merasakan sentuhan hangat," lanjutnya semakin menggoda.

Penampilan Tina sungguh seksi dengan lingerie warna merah menyala. Gundukan kembarnya hampir saja menyembul keluar, tapi sedikitpun Tina tidak merasa malu lagian sudah biasa Arya melihat penampilan seksinya.

Tak kuat Zahra menyaksikan hal yang menurutnya tidak wajar bagi laki-laki yang sudah beristri, ia naik pitam, lalu menampakan dirinya di panggilan video itu.

"Dasar wanita murahan!" tatapan Zahra begitu jijik pada wanita yang ada di layar ponsel suaminya.

"Zahra! Kamu itu apa-apaan sih? Tidak sopan sekali, aku kan sedang melakukan panggilan video dengan klienku," oceh Arya padahal panggilan video belum di matikan.

Tina senyam-senyum begitu bahagia, apalagi saat melihat Arya pada istrinya. Sungguh dirinya merasa menang, tertawa di atas penderitaan seorang Zahra istri yang bernasib malang.

"Klien! Mas, mana ada klien bersikap murahan seperti itu di hadapan rekan bisnisnya," bantah Zahra dengan tegas.

"Bawel kamu, sana pergi! Urusin urusan kamu, tidak usah mengangguku!" titah Arya dengan kasar, bahkan ia tega mendorong Zahra hingga Zahra jatuh di lantai.

Tawa Tina terdengar dari sebrang sana, sungguh hiburan yang luar biasa menurutnya. "Sukurin, aku bahagia sekali," batin Tina dalam hatinya.

Zahra menghela nafas kesal, ia berlalu pergi keluar dari dalam kamarnya. Sebagai istri sah hatinya sangat sakit di perlakukan tidak adil seperti ini.

Setelah Zahra keluar dari dalam kamarnya Arya mengalihkan pandangannya kembali ke layar ponsel miliknya.

"Mas, kamu kok kejam sekali sama istrimu sih," kata Tina. Padahal dalam hatinya sangat bahagia saat melihat Zahra tersiksa.

"Hanya istri pajangan, lagian aku tidak mencintainya. Untuk apa aku berbuat baik padanya?" sahut Arya, sedikitpun tak merasa kasian pada Zahra.

Senyum Tina semakin sumpringah, apalagi harapan untuk mendapatkan hati Arya sangatlah besar, apalagi Arya sama sekali tidak mencintai istri sahnya. Bukankah itu bagus, perlahan-lahan aku akan masuk ke dalam hatinya.

"Tin sudah dulu ya, aku masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan," tanpa menunggu jawaban Tina. Arya langsung mematikan saluran telponnya.

Arya beranjak dari tempat tidur lalu ia keluar kamar dan pergi menuju ke ruang kerjanya.

Sebelum masuk ke ruang kerjanya, Arya melihat kesana kemari ya dia mencari sosok istrinya yang entah kemana? Biasanya ada di ruang tengah duduk, tapi tumben tidak ada.

"Kemana Zahra?" gumamnya.

Arya berjalan ke dapur tapi tidak ada, mencari ke sudut ruangan juga tidak ada. "Apa dia marah padaku? Lagian apa perdulinya aku padanya?" batin Arya dalam hati.

Karena enggan memikirkan Zahra lebih lanjut, akhirnya Arya masuk ke ruang kerjanya. Tapi masih memikirkan Zahra yang entah pergi kemana?

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Terpopuler

Comments

Wanda Andhika

Wanda Andhika

good Thor 👍👍,,
Tp jujur sebagai perempuan, esmosi bnget dgn kelakuan si Arya,,

2023-09-01

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

udah zahra enggak usah cengeng suami kayak gitu tinggalin aja ..

2023-08-07

0

Yati Syahira

Yati Syahira

zahranya bodoh nangis melulu adepin ikutin kemauanya ,cuekin jual mahal cari kesibukan ,saling menjadiborang asing aja haris kuat

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!