Bab 4. Di Makan Tikus

Arya menghela nafas berat, ia beranjak dari tempat duduknya ia hendak pergi tapi cacing-cacing di dalam perutnya tetap tidak mau diam. Mereka terus saja meronta-ronta di dalam perut sana.

Arya mengelus-elus perutnya berharap cacing-cacing di dalam sama berhenti meronta-tonta, tapi harapan itu pupuslah sudah karena cacing-cacing di dalam perutnya semakin memberontak sangking laparnya dan ingin sekali makan. Sungguh cacing-cacing nakal mereka tidak bisa diajak kerja sama dengan baik. Dasar Arya peak, cacing kan bukan manusia yang mau diajak kerja sama memangnya rekan bisnis main ajak kerja sama tanda tangan lalu saling setuju, ini urusan perut Arya.

"Kenapa ini cacing-cacing di dalam perutku ini tidak bisa diajak kerja sama, haruskah aku...." Arya tidak melanjutkan kata-katanya, karena sudah sangat lapar sekali Akhirnya gengsi selangitnya itu di buang dan sisa makanan milik Zahra di makan dengan lahap.

Seorang Arya tidak pernah memakan makanan sisa sama sekali, ini adalah pertama kalinya ya makanan sisa dari istri yang selalu di anggap hanya istri pajangan.

Gengsi yang selangit itu di buang jauh-jauh, sekarang Arya tampak lahap menikmati makanan sisa istrinya itu. Gengsi itu tidak akan membuatnya kenyang yang ada penyakitan nantinya karena telat makan.

"Nasi gorengnya enak juga," puji Arya.

Padahal ia paling anti sama makanan pinggir Jalan tapi nyatanya ia doyan juga dan memakan makanan itu dengan lahap.

Setelah beberapa menit berlalu Arya selesai makan, tak ada yang tersisa sama sekali makan itu, kini hanya tinggal bungkusnya saja. Setelah merasa kenyang Arya beranjak dari tempat duduk lalu berjalan menuju ke kamar.

***

Di kamar Zahra sudah tertidur dengan nyenyak, ya biarpun Zahra hanya istri pajangan bagi Arya tapi kedua sejoli itu selalu tidur satu ranjang.

Arya baru saja selesai membersihkan badannya, karena rasanya sangat kenyang, kedua matanya juga sangat berat. Ya inilah penyakit kalau habis makan pasti kenyang dan rasanya ngantuk sekali.

Arya merebahkan tubuhnya, ia memiringkan tubuhnya memghadap ke Zahra tidur, saat ia hendak mengelus pipi mulus Zahra langsung di urungkan niatnya itu.

"Dia memang cantik," pujinya dengan suara pelan.

"Tapi aku tidak akan menyentuhnya! Aku menjadikan istriku hanya untuk di siksa batinnya saja, entah sampai kapan dia akan kuat?" lanjut Arya dalam hatinya.

Zahra sangat pulas dalam tidurnya, wajahnya begitu cantik nan terlihat sangat bersinar, wanita secantik Zahra hanya di jadikan pajangan dasar Arya laki-laki bodoh!

Detik demi detik terus berlalu, Arya sudah terlelap dalam tidurnya.

***

Saat pagi datang Zahra sudah terbangun dari tidurnya, Arya juga sudah rapi dengan setelan jas warna hitamnya.

Keduanya sama-sama keluar dari dalam kamar, Arya melihat kesana-kemari tapi tampak sepi biasanya sudah ada para Art rumahnya yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

"Para Art, libur lagi?" tanya Arya, ia menarik kursi meja makan lalu mendaratkan pantatnya dengan kasar.

"Libur Mas, ada acara keluarga katanya," jawab Zahra dengan nada lembut.

"Bebarengan?!" Arya menatap Zahra penuh tanda tanya.

"Iya mungkin, soalnya izinnya barengan," sahut Zahra tanpa melihat Arya.

"Kamu izinkan! Tanpa mengatakannya lebih dulu padaku, lalu siapa yang mau mengerjakan..."

"Itu urusanku Mas, biarkan mereka libur beberapa hari!" potong Zahra dengan tegas.

Arya mengangguk, biarpun merasa kesal pada Zahra tapi ya Arya tahan saja.

Zahra juga ada di meja makan, ia hendak membersihkan makanan bekas semalam dan mau memberikan pada kucing liar di depan rumahnya. Tapi saat membuka tudung saji kecil yang ada di hadapannya kini hanya tinggal bungkusnya saja.

"Kok nasi gorengnya habis," tanya Zahra pura-pura terkejut. Mas Arya, pada akhirnya kamu makan juga kirain aku tidak doyan.

"Di makan tikus kali," sahut Arya asal.

"Yakin tikus?" Zahra menatap Arya.

"Ya...yakin," kata Arya gugup.

Aduh mau taruh dimana wajah tampanku ini jika Zahra tahu, aku yang memakan nasi goreng sisa miliknya? Kan tidak lucu, pasti dia akan tertawa lepas jika tahu aku yang sudah menghabiskan sisa nasi gorengnya tadi malam.

"Tikus yang bisa bicara," sindir Zahra dengan sengaja.

"Apaan sih?" Arya merasa tersindir.

"Jika di makan tikus tapi kok tidak berantakan ya, ya paling tidak ada bekasnya," sindir Zahra dengan sengaja.

"Iya mungkin karena tikusnya tikusnya tak mau membuat kamu repot, jadi tikus itu menghabiskan makanannya dengan bersih," bela Arya masih tak mau mengaku. Gengsilah kalau sampai ketahuan, nanti wajah tampan aku ini mau di taruh dimana?

"Mas Arya, tahu sekali ya tentang tikus itu, apa jangan-jangan tikus itu adalah Mas Arya," tebak Zahra dengan sengaja.

Arya menggelengkan kepalanya, Zahra malah tertawa kecil, ia tahu saat ini suaminya sedang mengelak karena malu.

"Sudahlah, aku pergi ke kantor dulu," dengan cepat Arya berlalu pergi dari hadapan Zahra.

Setelah suaminya pergi ke kantor, Zahra mulai meyibukan dirinya daripada banging sendirian.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

hmmmm

2023-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!