Tetangga Baru

Satu minggu menempati tempat tinggal barunya, Rania dan kedua orang tuanya hidup tanpa ada yang mengganggu. Hari ini di sebelah rumah mereka tinggal ada tetangga yang baru saja pindah. Rania sedikit was-was karena menurut informasi yang dia tahu, tetangga itu pindah dari kota ke desa. Rania menghela nafas lega saat mengetahui tetangganya seorang kakek tua. Rania menyunggingkan senyum nya saat melihat kakek tua itu.

"Kamu tinggal di sini anak cantik??"

"Iya kek. Dengan kedua orang tua ku. Nama ku Rania."

"Nama yang cantik. Nama Kakek adalah kakek Wiguna. Gadis cantik dan muda seperti kamu memilih tempat terpencil seperti ini??"

"Sesuatu menimpa ku dan keluarga ku. Yang membuat aku dan keluarga ku harus pindah ke tempat ini. Aku hamil di usia muda. Jadi aku dan keluarga ku memutuskan untuk tinggal di tempat terpencil supaya tidak mendapat cemoohan dari para tetangga."

"Oh maafkan aku karena aku membuat kamu mengatakan hal yang tidak ingin kamu ceritakan."

"Enggak apa-apa kek cepat atau lambat Kakek pun pasti akan mengetahui kalau aku sedang hamil."

"Kalau kakek boleh tahu di mana ayah dari bayi yang sedang kamu kandung itu??"

"Dia ada di sebuah tempat yang jauh dari sini."

"Apa dia tahu kalau kamu hamil anaknya??"

"Enggak. Aku sengaja nggak mengatakan sama dia kalau aku sedang hamil anaknya karena saat kami sedang melakukannya itu sebuah kesalahan dan aku nggak mau dia bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah kami perbuat."

"Mengapa seperti itu??"

"Sebuah rumah tangga yang tidak dilandasi dengan rasa cinta ke depannya tidak bisa bertahan lebih lama orang-orang yang menikah karena perasaan cinta saja banyak yang berpisah apalagi mereka yang menikah karena rasa tanggung jawab saja."

"Maaf kalau kakak harus berbicara seperti ini apa kesannya kamu orang tua yang egois kalau kamu mengatakan hal ini bagaimanapun juga anakmu Kalau lahir dia pasti akan mendapat kunjungan dari orang-orang karena tidak mempunyai ayah."

"Karena itu aku tinggal di tempat ini kek di tempat ini yang jauh dari pemukiman aku akan merawat anakku dengan kedua orang tuaku."

"Aku harap kamu memikirkan sekali lagi supaya tidak bertindak egois bagaimanapun juga lelaki itu pun juga harus bertanggung jawab karena telah membuat kamu seperti ini."

"Iya akan aku pikirkan nanti. Sekarang biarlah semuanya berjalan seperti ini dulu."

"Kapan-kapan mainlah ke tempat kakek kakek punya banyak buku yang mungkin bisa membantu kamu untuk menambah wawasan karena kakek lihat kamu anak yang cerdas juga."

"Sejujurnya di sekolah tempat aku bertemu dengan ayah dari bayiku aku mendapat beasiswa di sekolah elit itu dan kemudian aku bertemu dengannya lalu Kami berteman suatu kesalahan yang membuat kami jatuh ke dalam dosa ini."

"Oke. Pakai nggak usah mengungkit lagi hal itu kita tutup saja sampai di sini ke depannya kakek janji nggak akan bertanya tentang janin yang ada di dalam kandungan kamu mari kita berteman kamu boleh bermain ke rumah kakek kapan saja pintu di rumah kakek terbuka dua puluh empat jam buat kamu."

"Terima kasih kek apa kakek nggak punya keluarga sampai-sampai kakek tinggal di sini??"

"Istri Kakek meninggal beberapa tahun yang lalu kemudian orang tua kakek memaksa kakek untuk menikah dengan perempuan pilihan mereka. Kakek dan istri kakek dulu mempunyai seorang anak Kakek sangat mencintai anak itu tetapi karena kakek menikah dengan perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tua kakek dia jadi membenci kakek karena mengira kakek sudah melupakan ibunya padahal di dalam hati kakek hanya ada ibunya yang menjadi cinta terakhir kakek."

"Manis sekali cerita cinta kakek aku yakin cepat atau lambat anak kakek pasti akan menyadari kalau kakek mencintainya lalu karena itu kakek jadi tinggal di desa ini??"

"Nggak juga kakek punya beberapa perusahaan di kota sesekali Kakek akan menenangkan diri dan menjauh dari hiruk pikuk pekerjaan untuk pergi ke tempat ini. Ya sekedar sebagai tempat healing lah."

"Jadi nanti sesekali kakek juga akan pergi ke kota??"

"Iya. Kalau kakek pergi ke kota tolong jaga rumah kakek ya bersihkan rumah kakek dan juga buku-buku yang ada di dalam rumah ini. Nanti Kakek akan memberikan kamu sedikit uang jajan."

"Sudah diizinkan membaca di tempat Kakek ini saja aku sudah senang jadi kakak nggak usah repot-repot memberi uang jajan yang penting aku diizinkan membaca buku di sini."

"Kamu bisa melakukan kapan saja. Apa kamu ingin melihat buku-buku yang ada di dalam perpustakaan kakek sekarang kalau kamu mau melihat-lihat akan kakek antarkan."

"Apakah boleh kek??"

"Kenapa gak boleh?? Ayo."

Rania mengikuti kakak itu dari belakang mereka menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar yang terdapat ratusan buku-buku yang menarik perhatian Rania. Rania kemudian mengambil sebuah buku dongeng dan juga buku tentang pengetahuan dan pendidikan anak.

"Apa aku boleh meminjam buku ini dulu kek??"

"Tentu. Bawa saja. Buku itu sangat bagus."

"Terima kasih."

Rania masih mengitari ruangan yang berisi buku-buku itu lalu kemudian dia melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan angka pukul empat sore.

"Wah sudah jam segini aku pamitan dulu ya kek karena sebentar lagi ayah dan ibu akan pulang."

"Kemana ayah dan ibu mu??"

"Tanah perkebunan dan pertanian ini sebenarnya milik bibiku. Tetapi be Hesti menyerahkan tanah dan perkebunan ini kepada ayahku untuk dikelolanya jadi setiap harinya ayah dan ibu akan mengelola tanah pertanian dan juga perkebunan kemudian menjual hasil-hasilnya untuk biaya kami hidup."

"Rajin sekali. Jarang-jarang kakek bertemu dengan orang yang memiliki sifat kerja keras seperti ayah dan ibumu dan sepertinya mereka juga menurunkan sifatnya kepada kamu. Kamu gadis yang baik dan juga bekerja keras, Kakek yakin kesalahan yang kamu buat memang benar-benar karena kamu nggak sengaja."

"Terima kasih sudah mempercayai Rania di saat semua orang-orang tidak percaya terhadap Rania. Mereka cenderung menghakimi Rania karena selama Rania hidup di kota Rania terpisah dari ayah dan ibu. Rania kost di tempat kost putri. Dan di sana mereka pasti mengira kalau kehidupan Rania memiliki pergaulan yang bebas."

"Picik sekali mereka. Jangan dengarkan ucapan orang-orang yang bisa melemahkan kamu kamu harus selalu berpikiran positif karena Kamu sekarang sedang hamil."

"Siap kek. Rania permisi dulu."

Rania pun kemudian pergi meninggalkan rumah kakek itu sambil membawa dua buah buku yang dipinjam dari perpustakaan kakek. Kakek itu memperhatikan Rania dari jauh.

"Gadis itu gadis yang luar biasa aku nggak tahu apa yang dia lakukan dengan Dion sampai ada akhirnya dia hamil tetapi aku percaya bahwa dia dengan dia melakukannya secara tidak sengaja."

Terpopuler

Comments

Salmah

Salmah

apakah kakek ini kakek y dion,kok tahu tentang dion

2023-05-16

0

Rin Hidayat

Rin Hidayat

siapa kakek ini ya? kok dia tahu ttg Rania n Dion... apakah dia kakeknya Dion????

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!