Selama berhari-hari Rania tidak bisa memejamkan matanya bahkan dia sudah tidak masuk selama tiga hari. Dion yang mengetahui hal itu dia mengunjungi Rania karena sangat aneh kalau orangnya sampai tidak masuk sekolah. Selama Rania bersekolah di tempat yang sama dengan Dion Rania tidak pernah izin masuk sekolah sama sekali. Bahkan pada saat dia sedang tidak enak badan sekalipun dia akan tetap memaksakan diri untuk masuk ke sekolah.
"Rania..ada teman kamu."
"Siapa???"
"Gak tau. Cowok. Ganteng. Itu dia nunggu di depan."
Rania berganti baju dengan pakaian yang lebih layak dan membasuh wajahnya supaya tidak terlihat sembab lalu kemudian keluar menemui tamunya.
"Dion??"
Dion membalikan badannya dan sedikit terkejut melihat Rania yang terlihat pucat dan sembab di wajahnya.
"Kamu.... kamu gak papa??"
"Gak papa. Ada apa kamu ke sini??"
"Kamu gak lagi sakit kan?? Wajah kamu pucaat."
"Enggak."
"Kenapa kamu gak masuk sekolah??"
"Gak papa."
"Kok gak datang les juga??"
"Gak papa juga."
"Apa ada yang kamu sembunyikan??"
"Gak ada. Apa kamu masih lama?? Aku sedang sibuk."
"Ah gitu. Ya udah aku pamit dulu."
Sepeninggal Dion, Rania masuk ke dalam kamarnya dan menangis lagi.
"Gak mungkin aku minta pertanggungjawaban dari dia kami melakukannya secara tidak sengaja dan sekarang tumbuh benih di dalam rahimku bagaimana bisa kamu menjalani kehidupan rumah tangga tanpa didasari dengan rasa cinta aku pun juga nggak mencintai dia. Apa lebih baik aku pulang ke rumah dan cerita ke ayah sama ke ibu saja ya?? Tapi apa ayah dan ibu mau memaafkan aku?? Ya Tuhan tolong bantu aku."
Setelah menimbang selama beberapa hari, akhirnya Rania pulang ke rumahnya. Ayah dan ibu nya senang karena puteri semata wayangnya pulang.
"Wajah anak ibu kok pucat?? Apa Rania sakit??"
Rania menatap wajah cantik ibunya yang masih tetap cantik di usianya yang sudah tidak mudah lagi.
"Ayah,ibu... ada yang mau Rania bicara kan."
"Ada apa??"
Ayah Rania pun memasang wajah tegang saat Rania menatap sendu ke arahnya.
"Rania hamil."
"Apaaa??"
Ayah dan ibu Rania dibuat terkejut dengan ucapan Rania.
"Maafkan Rania karena menyalah gunakan kepercayaan ayah dan ibu."
"Rania pasti punya alasan kan saat melakukan nya?? Ceritakan kepada ayah dan ibu nak."
Ayah Rania berkata dengan lembut kepada Rania membuat Rania mulai meneteskan air matanya.
"Maafkan Rania. Saat itu Rania tidak sengaja melakukannya."
Dengan berurai air mata Rania pun mulai menceritakan kepada kedua orang tuanya. Ibu Rania sudah mengusap air matanya selama berkali-kali saat Rania menceritakan kepada mereka.
"Rania nggak berani mengatakan kehamilan Rania kepada laki-laki yang menghamili Rania karena kami melakukannya dengan tidak sengaja dan bagaimana kalau dia memaksa Rani untuk menikahinya sedangkan di antara kami nggak ada perasaan apapun apa bisa satu rumah tangga dibangun berdasarkan dari rasa tanggung jawab saja dan bukan dari perasaan cinta??"
Ibu Rania menangis dan memeluk puteri tunggal nya.
"Ayah...maafkan Rania. Rania sudah mempermalukan keluarga kita. Rania akan pergi dari rumah ini supaya ayah dan ibu tidak mendapat malu."
"Ini hal yang salah. Ayah dan ibu gak pernah malu punya anak seperti Rania. Apa yang Rania lakukan itu salah. Tetapi sebagai orang tua, ayah dan ibu harus mengarahkan ke arah yang lebih baik."
"Jadi apa yang harus Rania lakukan??"
Rania mengurai pelukan ibunya pelan-pelan.
"Kita akan pindah di rumah kakek yang ada di desa rumah ini akan ayah jual untuk memulai usaha di desa tempat ayah dibesarkan dulu."
"Kalau orang desa mulai mencecar kita bagaimana yah?? Kehidupan di desa gak sama seperti di kota. Bagaimana kalau mereka tanya bagaimana Rania hamil?? Sedangkan Rania gak punya suami??"
"Apa nggak lebih baik kita menempati rumah Mbak Hesti saja yah rumah Mbak Hesti kan sudah lama kosong dan juga sedikit jauh dari tetangga-tetangganya jadi di sana kita bisa menyendiri dan mengerjakan sawah Mbak Hesti. Dulu kan Mbak Hesti sudah menyerahkan sawah ke dalam tangan ayah."
"Ayah akan mencoba untuk menghubungi Mbak Hesti dan menceritakan semuanya nggak apa-apa ya kalau ayah cerita ke Mbak Hesti tentang apa yang kamu alami??"
"Gak papa yah. Lebih baik jujur sekarang daripada nanti jadi dibilang menipu."
"Baiklah akan ayah urus segera. Dan sekarang ini lebih baik sekarang kamu istirahat ditemani oleh ibu kamu kan lagi hamil jadi kamu nggak boleh banyak bergerak dan juga nggak boleh cepat lelah."
"Iya yah."
Rania masuk ke dalam kamar ditemani oleh ibunya dan kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur yang sudah menemaninya sejak dia masih kecil ibunya pun juga merebahkan diri di samping Rania dan mengusap-ngusap punggung Rania yang tidur dalam pelukannya.
"Maafkan Rania Bu Rania nggak bisa menjadi kebanggaan untuk ayah dan ibu."
"Rania sekarang memang bersalah tetapi ayah dan ibu bangga karena Rania mau bercerita jujur kepada ayah dan ibu. Ayah dan ibu pasti akan mencarikan jalan keluar untuk Rania Rania jangan khawatir ya nak, ayah dan ibu akan selalu bersama kamu dan juga dengan bayi yang ada di dalam kandunganmu. Ayah dan ibu sayang sama Rania."
"Terima kasih Bu."
Tidak berapa lama kemudian Rania pun terlelap. Ayah Rania pun sudah menghubungi kakaknya yang sekarang tinggal di luar kota.
Ayah Rania kemudian masuk ke dalam kamar dan didapatinya Rania yang sudah terlelap sedangkan istrinya masih belum memejamkan matanya. Melihat suaminya mengintip ke dalam kamar Ibu Rania pun beranjak pelan-pelan dan keluar dari kamar Rania.
"Bagaimana yah??"
"Mbak Hesti terus prihatin dengan apa yang terjadi dengan keluarga kita dan Pak haji mengizinkan kita untuk tinggal di rumahnya itu serta mengelola sawahnya. Mbak Hesti jugaa berpesan kepada kita kalau kita membutuhkan bantuannya supaya kita jangan sungkan-sungkan meminta bantuan kepada Mbak Hesti."
"Syukurlah. Tuhan masih mengirim kan orang baik untuk kita."
"Besok kita mulai berkemas ya Bu."
"Iya yah."
"Ibu tidur saja di kamar Rania temani Rania malam ini. Besok kita segera berkemas dan pindah ke rumah Mbak Hesti. Bawa saja barang-barang berharga yang benar-benar kita butuhkan di sana barang-barang milik Mbak Hesti masih ada meja kursi lemari masih ada mungkin hanya piring dan peralatan makan lainnya yang akan kita butuhkan nantinya. Kita pindah pelan-pelan saja jangan memberatkan kalian juga karena dia sedang hamil."
"Iya Yah. Ayah juga istirahat saja."
"Iya."
Ayah Rania pun kemudian masuk ke dalam kamarnya setelah agak kesulitan memejamkan mata pada akhirnya ayah Rania pun dapat memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Soraya
orang tua yang bijak
2024-08-28
0
Salmah
rania kok g jujur sama dion klo dia hamil
2023-05-16
0
Rin Hidayat
kok g bilang ke Dion saja Rania?? bagaimanapun dia ayah dari anak yg kamu kandung sekarang..
untung lah ayah dan ibunya Rania mengerti n mendukung Rania, krn kejujuran Rania pada mereka...
2023-04-07
1