Pergi

Rania dan kedua orang tuanya bersiap pagi itu. Dia membawa beberapa barang yang dirasa penting. Di saat sedang mempersiapkan barang-barang nya Rania merasa mual. Rania segera berlari ke kamar mandi. Ayah dan ibunya segera menyusul Rania.

"Rania...kamu gak papa nak?? Rania.."

Ibu Rania mengetuk pintu kamar mandi. Lama kemudian akhirnya Rania keluar dari kamar mandi.

"Kamu gak papa nak?"

"Gak papa Bu. Ini udah biasa Rania alami setiap pagi."

"Sabar ya nak. Semua ibu hamil memang mengalami ini."

"Iya Bu. Nia sudah biasa kok."

"Kamu istirahat saja dulu. Biar ayah sama ibu saja yang beres-beres. Nanti kalau sudah jauh lebih baik baru kamu bantu lagi."

"Iya Bu. Maafkan Rania."

Rania merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya. Rania berusaha memejamkan mata walaupun terkadang dia merasa mual.

Hari menjelang sore,keluarga Rania sudah mulai menyelesaikan pekerjaan nya. Tidak banyak yang mereka bawa. Hanya yang penting-penting saja.

"Nanti sekiranya ada yang diperlukan biar ayah yang kembali ke sini buat ambil barang nya."

"Iya Yah. Maaf Rania merepotkan."

"Enggak repot nak. Rania anak kesayangan ayah dan ibu. Anak yang sudah lama ayah dan ibu harapkan."

"Maafkan Rania yang malah mengecewakan ayah dan ibu."

"Yang penting Rania mau memperbaiki diri. Sekarang lebih baik kita istirahat. Besok pagi kita berangkat pagi-pagi dari sini supaya tidak terlalu siang di jalan."

"Iya yah."

Rania malam itu tidur dengan ibu nya. Ayah nya tidur di sofa. Karena tempat tidur nya sudah di bereskan untuk dibawa ke rumah baru mereka.

Pagi-pagi ibu Rania sudah terbangun dan menyiapkan makan pagi untuk keluarganya. Dilihatnya Rania dan suami nya yang masih terlelap. Setelah semua siap, ibu Rania pun membangun kan suami dan anaknya.

Pagi itu kembali diwarnai dengan morning sick Rania. Ibu Rania menggosokkan minyak kayu putih untuk mengurangi rasa mual Rania.

"Sudah lebih baik??"

"Sudah bu. Terima kasih."

Pelan-pelan Rania menyantap makan paginya. Hari menuju siang mobil yang membantu mereka untuk pindah juga sudah siap.

"Sudah siap?? Kita berangkat sekarang??"

"Iya yah."

Rania dan kedua orang tuanya pun kemudian pergi meninggalkan rumah yang sudah selamat bertahun-tahun mereka tempati.

Selama berada di dalam perjalanan mereka sempat berhenti beberapa kali karena Rania merasa mual.

"Maafkan Nia Bu, Yah nia merasa mual sekali."

"Gak papa. Dinikmati saja. Semua ibu hamil pasti akan mengalami ini."

"Iya bu."

Menjelang sore hari mereka sudah sampai di rumah yang akan mereka tempati. Ayah Rania dan juga Ibu nya membantu menurunkan barang-barang sedangkan Rania membantu menata barang-barang di tempatnya.

"Kalau kamu merasa capek istirahat ya nak jangan dipaksakan besok bisa dikerjakan lagi kok."

"Iya Bu. Rania masih kuat kok."

Mereka pun menurunkan barang-barang dan menggantikan aktivitasnya saat hari menjelang malam.

"Sudah ini dulu aja yang lainnya kita kerjakan besok sekarang kita istirahat dulu."

"Iya Yah."

Mereka tidur bertiga di ruang tengah dengan alas seadanya. Kasur di kelas di tengah dan ditempati oleh mereka bertiga.

"Kamu nggak papa tidur di bawah kamu tidur di atas aja biar nggak ketekan perut kamu."

"Nggak papa Bu. Nia ingin tidur bersama dengan ayah dan ibu seperti ini ya waktu kecil dulu."

"Kamu ini. Padahal sebentar lagi mau jadi ibu tapi kamu masih manja aja sama ayah dan ibu."

"Nggak papa mumpung masih belum ada baby jadi Nia bisa manja-manjaan dulu sama ibu dan ayah."

Rania pun tidur sambil memeluk ibu dan ayahnya.

*********

Sementara itu di tempat lain Dion uring-uringan karena mendengar kabar Kalau Rania keluar dari sekolah. Dion pun juga mencari Rania di kosnya dan teman-teman Rania pun mengatakan kalau Rania sudah keluar dari kost nya.

"Ke mana kamu Nia kenapa kamu meninggalkan aku kemana lagi aku harus mencari kamu?? Aku nggak tahu di mana kamu tinggal."

Ponsel Dion berbunyi dan dilihat yang ada nomor asing yang masuk di teleponnya. Dion pun kemudian mengangkat panggilan itu.

"Hallo."

"Hallo. Aku Desy. Teman kost Rania."

"Ada kabar tentang Rania??"

"Aku Sudah dapat alamat tempat tinggal Rania di desa."

"Kalau begitu ayo cepat kita cari dia sekarang."

"Aku akan bersiap-siap kalau begitu kamu jemput aku sekarang."

"Oke."

Dion pun kemudian bersiap dan menuju ke kos Rania yang dulu untuk menjemput Desy teman kos Rania. Kapan pulang banyak waktu mereka segera pergi menuju ke desa tempat tinggal Rania.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih empat jam mereka akhirnya sampai di desa Rania. Setelah bertanya-tanya kepada penduduk setempat yang mereka temui mereka akhirnya bisa menemukan tempat tinggal Rania.

Lagi-lagi kekecewaan yang harus mereka dapati karena rumah tempat tinggal Tania itu sudah seperti rumah kosong yang tidak ditempati.

"Kalian sedang mencari siapa?? Kalian sedang mencari Rania ya??"

Salah seorang tetangga Rania menegur Dion dan juga Desi yang saat itu sedang berada di depan rumah Rania.

"Iya Pak di mana Rania sekarang berada??"

"Mereka baru saja pindah tadi pagi."

"Mereka pindah ke mana ya pak??"

"Bapak kurang tahu juga sih. Kesannya buru-buru. Dari informasi yang Bapak tahu dari beberapa tetangga sepertinya Rania sedang hamil karena terdengar Rania muntah-muntah beberapa kali setiap paginya."

*Dheg*

Jantung Dion berdetak lebih cepat karena dia tahu bahwa anak yang dikandung oleh Rania pasti adalah anaknya.

"Gak mungkin Rania hamil dia itu gadis baik-baik. Selama kami tinggal bersama gak pernah itu aku melihat Rania aneh-aneh keluar dengan lelaki."

"Bapak juga nggak tahu itu juga informasi yang Bapak dengar dari beberapa tetangga kok."

Bapak tua itu pun kemudian pergi meninggalkan Dion dan juga Desy.

"Jangan bilang kalau..."

"Iya...itu pasti anak ku."

*PLAK*

Desy tiba-tiba menampar pipi Dion.

"Gila kamu!!! Kamu merusak gadis baik-baik yang memiliki masa depan yang cerah. Dia gadis yang baik dan memiliki impian yang besar sekarang dia harus mengubur impiannya karena mengandung anak mu. Gila kamu!!!"

"Kami nggak sengaja melakukannya semua terjadi begitu cepat. Kalau saja dia mau meminta pertanggungjawaban kepadaku aku akan bertanggung jawab."

"Rania bukan gadis seperti itu dia akan memikirkan untung ruginya jika dia minta pertanggungjawaban dari kamu."

"Maksud kamu??"

"Bisa saja pada waktu dia meminta tanggung jawab kepada kamu kamu akan meminta kepadanya untuk menggugurkan kandungannya."

"Aku nggak akan setega itu membunuh darah daging ku sendiri."

Desy mengendikkan bahunya.

"Siapa tahu. Kita gak tahu apa yang terjadi."

"Kita kembali saja kalau begitu aku akan meminta bantuan kepada orang tuaku untuk mencari keberadaan Rania sekarang."

"Terserah."

Mereka pun kemudian akhirnya pergi dari desa tempat tinggal Rania.

Terpopuler

Comments

Salmah

Salmah

semoga desi nnt g jatuh cinta sama dion

2023-05-16

1

Rin Hidayat

Rin Hidayat

nah kan.... desi justru marah ke Dion saat tahu Rania hamil....

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!