Pesta

Selamat Membaca🤗

...🌹🌹---🌹🌹...

Di hari ketiga di Kuala Lumpur, mereka kali ini hanya beristirahat saja di penginapan. Hanya sesekali Nasy keluar sendiri membeli cemilan dan minuman di supermarket terdekat dengan jalan kaki. Nasy mengajak kedua temannya, namun mereka tengah sibuk membuat laporan yang belum selesai.

Di Supermarket Nasy berjalan disisi rak memilih makanan yang ia inginkan. Tidak lupa juga makanan untuk kedua sahabatnya memasukkan ke dalam keranjang belanjaan. Merasa cukup banyak, Nasy membawa belanjaan ke meja kasir.

"Semua RM 35.42, encik." ucap Kasir.

"Oke, sebentar ya." ujar Nasy.

Nasy mengobrak-abrik tasnya mencari dompet. Namun nyatanya ia terlupa membawa dompet. Itu lah salah satu kelalaian Nasy sering lupa akan sesuatu bahkan hal kecil. Nasy tampak bingung dan sedikit malu bagaimana ia akan membayar. Apakah ia harus kembali ke penginapan terlebih dahulu fikirnya.

"Maaf, mbak. Saya terlupa membawa dompet saya. Perasaan tadi sudah saya bawa. Maaf ya mbak terpaksa saya batalkan." ujar Nasy sedikit malu.

Namun tiba-tiba seseorang mengulurkan kartu kredit sekalian membayar membayar belanjaan Nasy. Nasy berbalik arah melihat seseorang tersebut dan terkejut. Seseorang itu adalah Aiman lagi. Yang kebetulan Aiman berhenti membeli sekaleng minuman dan beberapa cemilan untuk kedua putrinya di rumah.

"Berapa semua?" tanya Aiman ke Kasir.

"Semua jadi RM 56.47, cik."

"Terima kasih, cik." ujar Kasir lagi mengucap terimakasih.

Aiman mengambil kantong belanjaan Nasy untuk diberikan ke Nasy yang masih berdiri dekat Kasir.

"Terima Kasih. Karena sudah membantu membayar belanjaan saya." ucap Nasy keluar bersama Aiman dari Supermarket.

"Ya. Lain kali sebelum awak keluar, pastikan wallet awak dah ada dalam bag awak. Lepas tu baru lah awak keluar belanja." ujar Aiman datar.

"Maaf. Saya lupa karena saya merasa sudah standby dalam tas. Kalau seperti itu berapa jumlah belanjaan saya biar saya ganti. Tapi saja harus pulang mengambil dompet saya terlebih dahulu." ucap Nasy.

"Dah tak payah. Anggap je saya belanja awak." ujar Aiman datar.

"Baiklah. Sekali lagi terima kasih. Kalau begitu saya pamit pulang ya tuan. Assalamualaikum." pamit Nasy langsung meninggalkan Aiman.

Nasy ketika hendak melangkah langsung dicegat oleh Aiman. Nasy menghentikan langkahnya berbalik badan. Aiman tetap pada posisi semula dekat dengan mobilnya di halaman Supermarket.

"Kejap. Awak balik guna jalan kaki?" tanya Aiman

"Ya. Saya kalau ke Supermarket sini memang sering sekali jalan kaki?"

"Boleh saya minta masa awak?"

Nasy hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Nasy mendekati Aiman dan masuk ke dalam mobil. Dalam perjalanan Nasy mengirim pesan terlebih dahulu ke sahabatnya kalau ia keluar sebentar dengan seseorang.

"Kita mau kemana?" tanya Nasy.

"Kita pergi minum kejap. Ada hal yang nak mintak tolong dengan awak. Kalau awak sudi?" ujar Aiman masih raut wajah datar.

"In Syaa Allah." jawab Nasy.

Aiman dengan wajah datar menoleh sebentar ke arah Nasy yang melihat jalanan dari kaca mobil. Lalu Aiman kembali melihat arah kedepan dengan fokus menyetir mobil terdiam tanpa adanya pembicaraan antara Aiman dan Nasy.

...🌹🌹---🌹🌹...

Sesampainya di Cafe Fantury, Aiman dan Nasy masuk ke dalam cafe serta mendudukan diri. Aiman memanggil pelayan memesan makanan dan minuman. Nasy membaca menu yang sedikit bingung. Akhirnya ia memesan sandwich dan lemon tea. Sedangkan Aiman memesan bownies cake dan coffe.

Sambil menunggu pesanan mereka datang. Aiman mengutarakan maksudnya ke Nasy. Nasy dengan siap mendengarkan.

"Macam ni. Maksud saya ajak awak kat sini hanya mintak tolong dengan awak sesuatu?"

"Mau tolong apa?"

"Sudikah awak pergi temankan saya atau jadi partner saya. Macam ni kawan saya akan mengadakan party anniversary nanti malam. So awak hanya temankan saya je."

Nasy berfikir sejenak mengenai ajakan Aiman.

"Kenapa tidak dengan pacar tuan saja atau istri tuan?"

Di lihat dari penampilan Aiman memang tidak muda lagi bisa dibilang sudah dewasa. Paling tidak sudah memiliki istri atau anak.

"Saya takde girlfriend dan saya takde isteri lagi. Isteri saya dah lama meninggal dunia semenjak melahirkan kedua anak saya." ucap Aiman wajah datar.

"Maaf. Saya turut berduka cita atas meninggalnya istri tuan." raut terkejut mengetahui pria didepannya seorang duda anak dua.

"Panggil saya Aiman je."

Nasy menganggukkan kepala lalu tiba lah pelayan membawa pesanan makanan dan minuman mereka. Setelah menyajikannya diatas meja. Pelayan meninggalkan meja mereka dengan sopan. Makanan yang di pesan begitu menggugah selera. Nasy langsung meminum jus lemon lalu ke sandwichnya. Begitu juga dengan Aiman.

"Macam mana? Awak nak tak?" tanya Aiman sambil menyeruput kopi.

Nasy kembali berfikir sejenak.

"Awak jangan risau. Saya akan bayar awak berapa pun yang awak nak."

Nasy jadi kembali berfikir dan merasa sedikit tidak enak dengan ucapan Aiman. Namun Nasy akhirnya mengiyakan permintaan Aiman tetapi menolak untuk dibayar oleh Aiman. Karena Nasy mau membantu dengan ikhlas dan menganggap sebagai balasan sudah membayar belanjaannya tadi di Supermarket.

"Baiklah saya mau tapi saya menolong kamu bukan karena bayaran. Tapi karena kamu sudah membantu saya membayar belanjaan saya tadi."

"Oke. Lepas ni kita belanja baju dulu. And malam nanti tepat habis Isya saya akan datang ambik awak kat hotel."

"Baiklah, Tuan. Eh maksud saya Aiman." meralat ucapannya.

Makan bersama mereka kini berakhir di dalam mobil menuju pusat pembelanjaan di Mall membeli beberapa gaun panjang serta hijab. Cukup lama mereka memutuskan menuju perjalanan pulang. Aiman mengantarkan Nasy ke tempat penginapannya.

"Ni nomer phone saya. Dan ya sejak semalam saya belum tahu nama awak?"

"Oh baiklah. Nama saya Nazla Asyifa panggil saja Nasy."

"Nanti awak whatsapp saya bila awak dah siap."

"Oke. Sampai jumpa nanti malam." ucap Aiman lagi langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

Nasy hanya menganggukkan kepala lalu masuk ke dalam lift dan menuju ke ke kamarnya.

...🌹🌹---🌹🌹...

Tepat waktu sehabis Isya, Nasy sudah bersiap-siap dengan gaun panjang serta jilbabnya. Nasy sebelumnya sudah memberitahu pada kedua sahabatnya kalau ia akan pergi ke sebuah acara pesta bersama pria yang pernah menolongnya kemarin malam.

Juga bercerita pria tersebut juga membayar semua belanjaan Nasy tadi pagi di Supermarket hingga mengajaknya untuk makan siang bahkan membelikan sebuah pakaian untuknya. Kedua sahabatnya memberikan izin Nasy pergi bersama Aiman dengan berpesan jangan pulang terlalu larut.

Karena kedua sahabatnya bukan hanya sekedar teman tetapi bertugas menjaga Nasy juga selama di luar negeri. Nasy menghubungi nomor Aiman. Mengirim pesan singkat kalau ia sudah siap dan menunggu di depan hotel.

Dalam waktu kurang lebih 20 menit mobil Aiman sudah berada di depan hotel. Nasy masuk ke dalam mobil di kursi penumpang depan. Aiman menoleh sebentar ke arah Nasy. Ia melirik jam tangan masih ada waktu untuk pergi ke pesta.

Aiman melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke salon terlebih dahulu. Nasy heran mengernyit kening melihat mobil berhenti tepat di depat salon. Ia terus menatap Aiman yang keluar membukakan pintu untuk Nasy. Nasy keluar lalu mengikuti langkah Aiman masuk ke dalam.

Aiman berbicara sama owner salon. Kemudian sang owner mendekati Nasy mengajaknya kedalam untuk duduk didepan cermin. Aiman hanya menunggu di sofa ruang tunggu yang sudah disediakan. Sekitar 15 menit kemudian owner keluar bersama Nasy yang sudah didandani.

Nasy tampak cantik dengan make up yang terlihat natural. Aiman menatap Nasy tidak berkedip. Sampai ia bergeming ketika owner memanggil namanya.

"Macam mana bos. Oke tak?"

Aimana berdehem "Ekhem...oke. Bayarannya nanti saya transfer."

Aiman langsung membawa Nasy masuk ke dalam mobil. Saat Aiman masuk ia melirik sebentar ke wajah Nasy. Lalu kembali melihat ke arah jalan melajukan mobil menuju ke pesta temannya. Tidak ada obrolan diantaranya mereka hanya suara deru mobil yang terdengar.

Nasy memandang jalan didepan sekali-kali melirik Aiman juga. Tidak butuh waktu lama mobil Aiman telah tiba di tempat acara. Aiman keluar membukakan pintu penumpang. Nasy menapakkan kaki keluar dari mobil. Nasy sedikit gugup karena baru kali ini pergi ke acara pesta semewah ini bersama seorang pria.

Aiman menggandeng tangan Nasy masuk ke dalam menemui pemilik acara teman kerja Aiman yang bernama Fahrur dan istrinya Raisya. Aiman memperkenalkan Nasy ke teman-temannya yang lain. Nasy sedikit canggung namun Aiman membantu menenangkannya.

"Assalamualaikum." ucap Aiman langsung disambut pelukan dari Fahrur.

"Wa'alaikumussalam. Kenapa lambat, Man?" melerai pelukan.

"Biasa lah. Ah ya kenalkan ini Nasy?"

"Nasy ini Fahrur. Teman satu office saya. Dan ini isteri dia Raisya." ucap Aiman lagi memperkenalkan teman dan istri ke Nasy.

Nasy berjabat tangan dengan Fahrur dan juga Raisya secara bergantian.

"Akhirnya kau bawa awek juga. So bila nak masuk meminang bakal kakak ipar ni." goda Fahrur membuat pipi Nasy merah.

"Ya. Pinang lah cepat. Jangan sampai uban tu tumbuh banyak kasian anak kau nanti. Diorang pasti suka dapat mama baru." ujar Raisya lagi.

Aiman hanya menoleh ke Nasy yang hanya tersenyum mesem ke Fahrur dan Istrinya. Sedangkan Nasy pipinya bertambah merah menahan malu karena digoda sahabat Aiman secara terus-menerus. Aiman yang menyadarinya mengalihkan pembicaraan.

"Oh ya happy anniversary buat korang berdua."

"Sama-sama. Eh jemput lah duduk." ujar Fahrur.

Aiman mengajak Nasy duduk. Nasy celingak-celinguk melihat sekitar.

"Awak jangan ambik hati eh apa yang diorang cakap. Mereka memang macam tu." ucap Aiman datar sambil memainkan ponsel.

"Tidak apa-apa kok." ucap Nasy tersenyum.

Tiba-tiba datang teman Aiman lagi mengagetkan Aiman yang sedang duduk memainkan ponsel. Nasy hanya menatap kedua sahabat tersebut saling berjabat tangan dan saling berpelukan. Lalu Aiman kembali mengenalkan Nasy ke teman-temannya. Begitu juga Aiman memperkenalkan teman-teman ke Nasy.

Begitu banyak pujian yang dilanturkan teman-teman ke Nasy. Membuat Nasy tersenyum dengan pipi yang tampak memerah menahan malu. Di saat mereka kembali berdua dimeja, Nasy mulai bertanya ke Aiman tentang kehidupan Aiman diantaranya mengenai anak Aiman.

"Tuan.. Eh, Aiman. Kalau boleh saya tau anak kamu perempuan atau laki-laki dan berapa usianya?"

Aiman yang sedang memainkan ponsel lalu menatap ke Nasy dan menyimpan ponselnya di atas meja serta mengalihkan pandangan ke gelas jusnya lalu meminumnya.

"Anak saya dua-dua perempuan. Usia diorang 10 tahun." sambil menaruh gelas di meja.

"Kembar ya?"

"Ya kembar tapi muka diorang tak sama. Cuma hari dan masa ia lahir yang sama."

Nasy mangut kemudian mulai bertanya kembali.

"Kalau diizinkan boleh saya bertemu dengan mereka berdua." ucap Nasy meralat panggilan.

Aiman menatap lekat Nasy yang tiba-tiba ingin bertemu dengan anak Aiman.

...Bersambung.......

Akankah Aiman akan mengizinkan Nasy menemui sang anak?

Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya 🤗

Ramadhan Al-Mubarak 🙏🌙

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!