Happy reading, semoga suka^_^
****
Aletta berjalan masuk kedalam sebuah ruangan yang bernuansa maskulin. Aroma parfum laki-laki yang sangat dirindukannya tercium jelas di hidung gadis berambut pirang itu. Sedangkan laki-laki yang membawa Aletta ke tempat ini, yang diketahuinya sebagai pengawal Zello itu sudah berlalu setelah mengantar Aletta tadi.
“Bagaimana kabarmu, My Letta?” Zello berdiri dari kursi kebesarannya. Kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku itu membuat laki-laki dewasa itu tampak semakin maskulin. Auranya yang memabukkan itu benar-benar membuat Aletta mendengus.
“Hemm, tidak begitu baik!” Aletta duduk di kursi sofa mahal yang ada dalam ruangan luas itu. Tangannya terlipat di depan dada, wajahnya melirik Zello sinis.
Zello yang menyadari terjadi sesuatu dengan gadisnya, lekas bertanya, “Apa yang membuatmu tidak baik? Aku akan menjadikannya supaya baik!” Zello duduk di samping Aletta, memegang ujung rambut pirang panjang itu. Matanya menatap Aletta dengan tatapan menginginkan jawaban atas pertanyaannya tadi.
“Laki-laki yang duduk di sebelahku!” mata abu-abu itu mendelik sinis.
Zello terkekeh kecil. Bibir sensualnya membentuk sebuah senyuman tipis. “Apa yang harus aku lakukan agar laki-laki tidak tahu diri itu, membuatmu senang?” tanya Zello. Dia menatap manik abu-abu itu dengan serius. Ada seringaian di sudut bibirnya, dan Aletta menyadari itu.
Apapun untuk Letta nya, apapun itu akan Zello lakukan. Bahkan nyawa pun, akan Zello berikan, asal itu bisa membuat Letta nya bahagia.
“Cih, kau memang laki-laki yang menyebalkan!” Aletta menyandarkan tubuhnya di dada bidang Zello, laki-laki itu balas mendekapnya. Hangatnya dada bidang nan keras itu membuat Aletta nyaman. Di tambah dengan alunan suara merdu dari detak jantung Zello yang berirama teratur, membuat Aletta rasanya tidak ingin bangkit lagi.
“Aku memang menyebalkan Letta, akan aku lakukan apapun untukmu.” Zello mengusap puncak kepala Aletta dengan penuh kasih sayang. Hingga hembusan napas teratur Aletta membuat laki-laki itu terkekeh kecil sembari menggelengkan kepalanya.
“Ah, dasar gadis ceroboh. Tidur dengan seenaknya seperti ini, apa dia tidak takut kalau nanti aku bisa macam-macam padanya?” Zello membaringkan tubuh Aletta dengan sangat pelan, dan meletakkan kepala dengan rambut pirang itu di atas pahanya dengan sangat lembut, seakan-akan kepala itu adalah sebuah gelas kaca yang sangat rapuh.
Apapun untuk Letta. Biarlah dia tidak bekerja hari ini, asalkan Letta nya senang, biarlah kakinya keram asal Letta nya nyaman. Ingatlah, apapun untuk Letta. Apapun itu!
Zello diam, tidak bergerak sama sekali. Walaupun kakinya terasa sakit, tapi dia tetap bertahan dengan posisi seperti itu, hingga akhirnya, lelah mendera laki-laki itu dan kepalanya bersandar di sandaran sofa. Mata tajam itu perlahan menutup, hingga hembusan napas teratur saling bersahutan di antara kedua orang tersebut.
****
Aletta bergerak tidak nyaman, manik abu-abu itu perlahan terbuka, matanya mengerjap beberapa kali, hingga akhirnya dia tersadar, kepalanya sedang berada di atas paha Zello. Gadis berambut pirang itu bangkit dengan perlahan.
Aletta memperhatikan setiap sudut wajah dengan pahatan sempurna itu. Bagaimana rahang yang kokoh itu di tumbuhi jambang, alis mata simetris nan tebal itu terbentuk sempurna. Hidung mancung itu terlihat seksi, hingga bibir sensual menggoda yang minta di kecup itu membuat Aletta buru-buru menggelengkan kepalanya.
“Sudah puas mengagumi ketampananku, Letta?” suara serak itu membuat Aletta terlonjak kaget. Wajahnya memerah malu saat melihat manik mata Zello kini sudah terbuka sempurna. Senyuman menyeringai itu membuat Aletta menelan salivanya gugup.
“Cih, ketampanan apanya?” decih Aletta sinis, yang mengundang gelak tawa dari seorang Donzello.
“Hemm, apa kau lapar?” Zello menggerakkan kali yang terasa keram. Laki-laki itu tidak meringis sedikitpun, walaupun rasa sakit kini sedang menderanya.
“Hemm, aku mau makan pasta!” ujar Aletta, mengambil ikat rambut yang ada di saku celana jeans yang dia gunakan tadi, dan mengikatnya dengan tinggi.
“Kenapa kau suka sekali mengikat rambutmu seperti ini?” tanya Zello, sedikit merasa tidak terima, karena leher jenjang Aletta nya bisa di nikmati oleh banyak orang.
“Aku suka seperti ini. Ini membuatku segar, dan mudah bergerak.” Aletta juga membuka tas kecil yang tadi dia letakkan di atas meja kaca di depan sofa itu. Dia mengambil kaca mata di dalamnya, lalu memakainya.
“Matamu tidak minus Letta, kenapa kau memakainya?” Aletta mendelik sini pada Zello yang mengangkat bahunya.
“Apa?” tanya laki-laki itu.
“Aku suka dengan gaya seperti ini Zello. Supaya orang-orang tidak tertarik padaku. Kau tidak akan tau, seberapa banyak laki-laki yang mengejar ku karena kecantikanku ini!” Aletta berucap dengan nada sombong, membuat Zello mendengus.
‘Dan aku sudah membereskan semua laki-laki yang menyukai milikku itu, Letta!’
“Ayo, kita pergi makan. Kau pasti lapar, kan, sekarang?” Aletta mengangguk mengiyakan. Gadis itu mengeratkan syal yang melingkar di lehernya, dan semakin mengeratkan jaket yang dia pakai.
Zello juga memakai jaket tebal miliknya, dia juga mengambil kaus tangan untuk dirinya dan juga Letta nya.
Zello dan Aletta keluar dari dalam ruangan kerja laki-laki maskulin itu.
“Aku mau pergi sebentar, kau bisa urus ini selama aku pergi?” laki-laki yang berperawakan sama tegapnya dengan Zello, mengangguk cepat mendengar perkataan laki-laki berkuasa di hadapannya.
“Baik Tuan.” Zello langsung berjalan meninggalkan laki-laki berpakaian dengan setelan lengkap itu.
“Kau yakin hanya makan pasta, Letta?” tanya Zello. Aletta yang sedari tadi berdiri di samping laki-laki itu menoleh.
“Tidak, aku mau makan orang sekarang!” jawab Aletta ketus.
“Kau serius?” Zello malah menanggapi perkataan gadis itu dengan mimik wajah serius. Bahkan laki-laki itu sampai berhenti, yang membuat Aletta ikut berhenti.
“Hei, aku hanya bercanda. Kau yang benar saja, memangnya aku ini kanibal!”
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments