Bab 3

"Ca.." panggil Sandra tiba-tiba.

"Apa?"

"Selama lo kerja jadi sales di sini, lo pernah gak sih minta upah lo lebih cepat?". Tanya Sandra menatap Cica dengan serius.

Cica terlihat mengerutkan dahinya menatap Sandra dengan keheranan.

"Kenapa lo tanya begituan? Baru juga kerja sehari, San!".

"Bisa atau gak?". Ulang Sandra dengan raut wajah serius.

"Gw belum pernah sih.. Setau gw juga gak boleh deh, San". Jelas Cica.

"Kenapa? Lo butuh uang?."

Sandra menghela napas pelan. "Ya.. Gw butuh makanya gw tanya sama lo tentang itu. Gw mau ke supervisor dulu deh. Siapa tau bisa!" Ucap Sandra seraya membalikkan tubuhnya.

Cica menahan lengan Sandra dengan cepat hingga membuat Sandra mengerutkan dahi. "Kalau lo butuh uang, gw bisa pinjamin lo kalau hanya sebesar bayaran kita kemarin sih gw ada, San".

Sandra menggelengkan kepala. "Jangan, Ca. Lebih baik gw coba dulu hadap ke bos. Siapa tau dia mau turunin upah gw yang kemarin".

Cica pun akhirnya menyerah dan melepas tangan Sandra. "Ya udah. Lo coba aja dulu. Nanti kasih tau gw kalau si bos gak ngasih".

Sandra pun mengangguk dan segera keluar ruangan menuju ke lantai 3 di mana ruangan sang supervisor berada.

...🌻🌻🌻...

"Apa kamu bilang?"

"Saya mau minta upah bekerja kemarin, Pak." Sandra menegaskan kembali maksudnya pada supervisor itu.

"Tidak bisa! Kamu sudah tau aturannya kan? Kamu juga sudah tanda tangan persetujuan tentang upah sales yang akan di bayarkan per 1 pekan!" Sahut sang supervisor menatap Sandra dengan tajam.

"Iya.. Saya tau, Pak. Tapi tidak bisakah bapak berikan pengecualian kali ini saja? Saya benar-benar butuh walau hanya 150 ribu, Pak." Ujar Sandra seraya mengaitkan jari jemarinya di bawah meja menahan rasa gugup.

"Tetap tidak bisa, Sandra. Ini sudah peraturan dari kantor."

Sandra menghela napas pelan dan beranjak berdiri.

"Baiklah kalau begitu, Pak. Saya permisi." Ujar Sandra sedikit menundukkan kepala.

Sang supervisor itu tidak menjawab apapun dan hanya melihat Sandra dengan seksama.

"Tunggu." Ucap Sang Supervisor menahan langkah Sandra untuk keluar ruangan.

"Saya bisa memberi uang tapi kamu harus menemani saya."

Sandra mengerutkan dahinya. "Menemani bagaimana maksudnya, Pak?."

"Temani saya tidur. Saya akan beri kamu 10 kali lipat dari upah kamu kemarin."

Sandra menganga tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. "ORANG GILA!" Pekik Sandra.

"Saya tidak gila. Saya hanya menawarkan solusi untukmu. Mengingat kamu sampai meminta upah 1 hari, saya asumsikan kamu membutuhkan uang dengan mendesak kan?" Sahut supervisor itu dengan santai.

"Saya memang butuh uang tapi masih waras, Pak! Oh, anda tidak pantas saya sebut panggil bapak lagi."

"Terserah kamu. Saya hanya menawarkan".

Sandra melangkahkan kakinya mendekat kembali ke meja sang supervisor. Sandra meletakkan kedua tangannya di atas meja dan sedikit membungkukkan badan ke arah sang supervisor.

"Tadi anda bilang 10 kali lipat dari upah saya?."

Sang supervisor menganggukkan kepalanya dengan tersenyum angkuh.

"10 kali lipat dari upah saya yang 150 ribu artinya hanya satu juta lima ratus ribu rupiah."

"Ya. Besar kan buat kamu? Kamu cukup temani saya tidur 1x saja di hotel. Saya akan langsung berikan kamu cash setelah kita selesai." Ujar sang supervisor.

Sandra mendengus menatap sang supervisor dengan mengejek. "Anda kalau miskin jangan bertingkah! Jangan sok berniat membeli perempuan. Cih!."

Sang supervisor itu pun lantas berdiri menatap Sandra dengan wajah penuh amarah tak terima penghinaan yang di lontarkan oleh Sandra.

"Kamu jangan kurang ajar!" Bentak sang supervisor.

"Anda yang lebih dulu kurang ajar pada saya!".

"Keluar kamu sekarang dari ruangan saya!" Usir sang supervisor dengan penuh amarah.

"Saya memang akan keluar! Saya berhenti dari pekerjaan ini!" Ujar Sandra menatap sang supervisor dengan tajam. Ia pun segera melangkah pergi.

"Oh ya saya lupa..." Sandra menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap sang supervisor.

"Upah saya yang kemarin bisa anda ambil. Anggap saja saya beri cuma-cuma untuk orang gila seperti anda". Ucap Sandra dengan santai dan segera menutup pintu ruangan supervisor itu dengan cukup keras.

Sandra tertawa sinis namun dalam hatinya meringis. Inilah nasib orang tidak mampu, Sandra! Selalu diremehkan dan harga diri bisa di beli dengan uang!

Sandra menghela napasnya dan kembali menuju ruangan sales. Ia hendak mengambil tasnya dan segera pergi.

"Gimana, San?Boleh?." Serbu Cica yang sedari tadi ternyata masih menunggu Sandra.

Sandra menggelengkan kepala. "Gak boleh, Ca."

"Udah gw duga..."

"Gw pulang dulu deh, Ca! Lo baik-baik kerja di sini. Ada orang gak waras!" Ucap Sandra meraih tas nya yang berada di kursi.

Cica mengerutkan dahinya. "Orang gak waras siapa, San? Terus kok lo malah pulang? Gak kerja?."

"Gw keluar dari kerjaan ini, Ca."

"Hah?! Lo baru sehari kerja lho!" Seru Cica tak percaya.

"Gw lebih milih kewarasan gw daripada kerja di bawah orang gila! Hahahahahaha." Sandra tertawa terbahak-bahak.

"Terus lo masih perlu uang gak? Gw bisa pinjamin lo kalau lo mau." Tawar Cica.

Sandra menatap Cica dengan menghela napas. "Gw perlu. Tapi lo tau kan gw sekarang gak ada kerjaan. Jadi terlalu beresiko kalau lo pinjamin gw uang sedangkan gw belum tau kapan bisa kembaliin ke lo." Ujar Sandra jujur.

Cica tersenyum manis dan segera membuka tas nya.

"Nih! Lo pakai aja dulu. Lo bisa kembaliin setelah lo punya pekerjaan lagi nanti." Sahut Cica seraya menyerahkan uang sebesar dua ratus ribu rupiah ke tangan Sandra.

Sandra lantas memeluk Cica dengan erat. "Makasih ya, Ca! Lo baik banget walau kita belum lama kenal". Ucap Sandra terharu.

Cica menepuk punggung Sandra dengan lembut. "Gw memang bukan orang berada, San. Gw juga tau gimana rasanya kita perlu uang saat keadaan mendesak. Itu gak enak banget..."

Sandra melepas pelukannya dan menatap Cica dengan haru. "Gw janji akan ganti uang lo ini setelah gw dapat pekerjaan ya".

Cica mengangguk. "Semangat ya! Tetap kontak gw ya, San!"

Sandra mengangguk dan segera pamit untuk pulang.

Di sepanjang perjalanan, saat Sandra sedang menunggu bus untuk pulang. Pikirannya berlari kemana-mana. Ibu jarinya menscroll daftar telfon temannya yang kemungkinan bisa memberinya info tentang sebuah pekerjaan.

Lalu matanya menangkap satu nama dari salah seorang teman lamanya.

Apa gw harus hubungin dia ya untuk tanya kerjaan? Tapi kan dia kerjanya di............. Ah, tapi bayarannya besar sih kata dia dulu kan. Tapi....

Sandra menyugar rambut panjangnya dengan kesal. Biarin ajalah gw coba dulu! Batin Sandra berperang namun pada akhirnya Ia tetap memutuskan untuk dial nomor telfon teman lamanya itu.

...🌴🌴🌴...

Like, favorit, komentar ya! 😘

Terpopuler

Comments

ιda leѕтary

ιda leѕтary

Jngan bilang krja di club thorrr

2023-03-18

1

DeKasiblings

DeKasiblings

bener sandra...1,5jt bwt harga diri...kismin mau maen gila dia🤣😂

2023-03-17

3

Pacarseokjin

Pacarseokjin

lanjutttt terusss lanjutttt thor🙏

2023-03-17

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!