"Nanti aku akan ke tempat Ayah. Siapa tau ada uang." Sahut Dimas.
Retno memicingkan mata pada pria yang sudah merajut mahligai pernikahan selama 22 tahun bersamanya. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang ke 42 tahun terlihat menghela napas dengan kasar.
"Apa kamu tidak malu? Sampai kapan kita seperti ini, Mas! Ayahmu sudah tua! Tidak seharusnya kita membebaninya terus!." Cecar Retno dengan raut wajah kesal.
"Lalu bagaimana lagi? Kamu mengeluh padaku tentang SPP anak-anak. Aku usahakan pergi ke tempat Ayah besok pagi! Kamu siapkan saja uang bensin dan uang tol nya!." Balas Dimas tak kalah kesal.
"Bahkan untuk uang makan saja aku irit-irit, Mas! Aku tidak ada uang lagi untuk ongkosmu!."
"Kamu minta lah ke Sandra. Bukannya dia sudah mulai bekerja? Harusnya dia yang mulai membiayai adik-adiknya." Ucap Dimas sekenanya.
Retno lantas menatap Dimas dengan raut wajah tak percaya. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan ucapan suaminya.
"Mas! Sandra itu baru saja bekerja! Dia juga punya kebutuhan pribadinya sendiri. Apa kamu tidak malu pada anakmu itu? Dia bahkan mau bekerja apa saja asal menghasilkan uang, Mas!". Ucap Retno.
Dimas berdiri dan berkacak pinggang. "Kamu menyindirku?!."
Retno menghela napas dengan lelah. Ia pun beranjak berdiri menghadap ke arah suaminya. "Baguslah jika kamu merasa tersindir. Setidaknya masih ada rasa tau diri dalam pikiranmu."
Dimas menganga tak percaya mendengar ucapan Retno hingga pria itu hanya bisa menahan amarah ketika melihat Retno melangkah pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Di kamar yang berada tepat di ujung, Sandra mendengar segala perdebatan kedua orang tuanya. Sedari tadi Ia sudah bangun dan bergegas untuk keluar kamar. Namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba terdengar keributan antara Retno dengan Dimas.
Sandra mendengar semuanya. Ia mengatupkan kedua tangannya di wajah sembari menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Matanya berkaca-kaca meratapi nasibnya juga nasib keluarganya. Ia muak. Jelas saja muak! Ia bahkan tidak ingin mengenal cinta karena Ia takut jika nasib Ibunya turun pada dirinya. Tidak beruntung dengan lelaki!
Tok!
Tok!
Tok!
Sandra menatap ke arah pintu kamarnya yang tiba-tiba di ketuk oleh seseorang. Sandra lantas berdiri dan membuka pintu kamarnya. Terlihat Retno dengan wajah yang basah karena air mata di baliknya.
"Bu..."
"Ibu boleh masuk, San?"
Sandra melangkah mundur untuk mempersilakan sang ibu masuk ke dalam kamar. Retno lantas duduk di sebuah kursi plastik dalam kamar Sandra masih sambil menangis.
"Ibu lelah, nak.. Kamu pasti mendengar semuanya kan?". Tanya Retno.
Sandra hanya bisa mengangguk tanpa menjawab apapun.
"Ibu lelah dengan keadaan yang seperti ini, San". Keluh Retno pada sang putri.
Sandra menghela napas dan menatap wajah Retno dengan seksama. "Bu... Sudah aku bilang lebih baik pisah saja. Apa Ibu tau? Aku sebagai anak sejak dulu sangat stress melihat kedua orang tuaku bertengkar. Bahkan sampai aku sebesar sekarang, kalian berdua masih selalu bertengkar tentang hal yang sama".
"Tapi, San..."
"Bu..." Sanggah Sandra.
"Ibu tidak perlu mempertahankan hubungan rumah tangga tetap utuh namun yang sebenarnya terjadi adalah penuh keretakan dan rapuh, Bu. Aku dan adik-adik ku tidak bahagia walau melihat kedua orang tua kami bersama namun terjadi kesengitan di setiap sudutnya."
"Karena kalian berdua juga aku sampai berpikir, aku tidak ingin menikah. Aku tidak ingin mengenal cinta. Aku takut kalau ternyata pasanganku adalah pria seperti Bapak."
"Aku juga tidak mau menjadi wanita yang hanya bisa menerima keadaan begitu saja dan menangis meratapi nasib. Aku tidak bisa seperti itu, Bu."
Sandra berucap mengeluarkan segala uneg-unegnya seraya menatap Retno dengan sendu. Ia ingin Ibunya bahagia. Namun apa daya, Sandra pun belum memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menghidupi Ibu dan adik-adiknya dengan pekerjaannya saat ini. Untuk diri sendiri saja Ia masih kalang kabut.
"Ibu tidak mungkin meninggalkan Bapakmu, San. Ibu kasihan kalau bukan Ibu siapa lagi yang mau hidup dengan Bapakmu. Bapakmu tidak biasa untuk beli makanan di luar. Selapar apapun dia pasti dia hanya menunggu Ibu untuk masak atau jika tidak ada apa-apa, dia hanya minum air putih seharian." Lirih Retno.
"Bu! Bapak itu adalah suami Ibu. Kepala keluarga yang harusnya melindungi dan membimbing seluruh anggota keluarga. Bapak bukan anak Ibu yang harus Ibu perlakukan seperti anak kecil!". Ucap Sandra kesal.
Bukan hanya dengan Bapaknya, terkadang Sandra pun kesal dengan sang Ibu yang terlampau pasrah. Sungguh Ia sudah muak ketika sedari kecil dirinya melihat dengan nyata bahwa keluarganya adalah keluarga yang tidak mandiri. Di saat sang kakek memberikan jatah bulanan di awal bulan, kedua orang tuanya akan menghamburkannya dengan banyak jajan di luar. Namun ketika pertengahan bulan uang sudah habis, keduanya diam dengan pikiran yang buntu dan berakhir dengan meminta uang lagi pada sang kakek, berhutang sana sini atau menekan Sandra untuk memberikan uang dan bekerja lebih giat.
"Terserah Ibu saja. Sandra bicara sampai berbusa pasti Ibu tidak akan mendengar Sandra juga kan?." Ucap Sandra seraya berdiri melangkah mengambil handuk yang tergantung di pintu kamarnya.
"Sandra harus pergi kerja, Bu. Nanti Sandra minta uang kerja Sandra lebih dulu ke bos Sandra."
Sandra pun melangkah keluar kamar meninggalkan sang Ibu seorang diri yang diam termangu. Baru saja Ia bekerja sehari, sudah harus di ambil hasilnya. Sandra menghela napasnya pelan.
...🌻🌻🌻...
"Sandra! Kamu kok telat sih? Tuh si supervisor kita udah marah-marah lho!" Seru Cica saat melihat Sandra yang baru saja memasuki ruangan.
Sandra melihat jam di dinding. "Cuma telat 5 menit kok. Gw udah lari kayak orang kesetanan lho kesini. Lo gak lihat nih gw masih ngos-ngosan?." Ucap Sandra seraya mengibaskan tangannya ke wajah karena berkeringat.
"Udah gw bilang sama lo, supervisor kita itu devil. Dia gak suka kalau sales-salesnya gak tepat waktu, San". Jelas Cica seraya memberikan sebuah tisu pada Sandra.
Sandra tak menjawab apapun. Pikirannya justru sibuk menyusun kalimat untuk di utarakan pada bos nya itu mengenai upahnya bekerja kemarin. Ia ragu bahwa supervisor itu akan memberikannya mengingat kalau perjanjian kerja menyebutkan bahwa upah nya akan di berikan per 1 pekan sekali.
"Ca.." panggil Sandra tiba-tiba.
"Apa?"
"Selama lo kerja jadi sales di sini, lo pernah gak sih minta upah lo lebih cepat?". Tanya Sandra menatap Cica dengan serius.
Cica terlihat mengerutkan dahinya menatap Sandra dengan keheranan.
...🌴🌴🌴...
Like, Subscribe dan komentar kalian aku tunggu ya😁😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
ιda leѕтary
Emak sama bapaknya sandra gada niatan apa buat nyari krja, masa ngandelin uang dari orang dan abak yg krja... maunya hidup enak tpi malesnya nau'dzubillah 🤦🏻♀️
2023-03-17
1
PrincessDY
aku wes minggat san😂🙃
2023-03-16
2
DeKasiblings
kebayang kondisi keluarga kaya gtu....
2023-03-16
3