Tatapannya itu terlihat sayu. Meski berpenampilan tomboy dan mulut yang setajam silet, tapi bahasa tubuh tidak bisa menipu. Bukan tidak bingung jika Victon merasakan keanehan pada tubuh gadis yang di genggamnya.
Beberapa bulan lalu ia mengenal gadis ini melalui kesalahpahaman. Meski tanpa status, tapi mereka sempat dekat sebagai teman. Itu sebelum Valerie tiba-tiba menghilang dan sejak saat itu selalu menghindar kala bertemu dengannya.
“Maaf. Bisa beri tahu di mana letak kesalahanku?”
Victon pun melemah dan sengaja ia menurunkan nada bicaranya. Jika Valerie mamang takut dengannya, maka Victon harus lebih lembut, pikirnya lagi.
Sejak tadi Victon tidak mengalihkan pandangannya. Namun yang di tatap seakan menabuh genderang perang. Lebih baik jika satu kata saja keluar dari bibir mungil itu, namun tidak. Julukan manusia biasa itu masih melekat pada diri Victon, karena nyatanya kesabaran itu akan menipis jika melampaui batasannya.
Victon pun mengangkat tubuh Valerie ke pangkuannya. Secepat kilat ia meraup bibir itu tanpa peduli jika Valerie akan menolak ataupun marah. dug...dug... Pukulan di dadanya sedikit membuat Victon kesulitan karena tenaga Valerie cukup kuat untuk ukuran gadis pada umumnya.
“Kurang ajar!!” batin Valerie kemudian menggigit bibir pria itu. Sayangnya Victon tidak berniat melepaskannya hingga kilasan memori memenuhi kepala Valerie. Pria itu masih belum menyadari jika harusnya segera berhenti.
“Jangan!!jangan!!aaaaaaaaa!!”
Kepala Valerie di penuhi teriakan-teriakan itu lagi seperti kaset rusak. Air mata yang tak mampu ia bendung lagi pun akhirnya luruh dengan sendirinya. Demi Tuhan, Valerie tidak suka menunjukkan sisi lemahnya pada siapapun termasuk Victon. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa jika tubuh dan pikirannya sudah tidak sejalan.
“Val? Kamu kenapa?”
Victon menyudahi tautan bibirnya kemudian menggoyang pelan tubuh gadis itu. Wajah yang sudah pucat pasi di ikuti mulut yang bergumam tak jelas itu sontak saja membuat Victon menjadi panik. Terlihat jelas jika Valerie sedang tidak baik-baik saja.
“Jangan!!.” Gumam Valerie yang kini menundukkan kepalanya.
Brugh…
“Hei, jangan bercanda ,Val?.” Victon mendekap kuat tubuh yang sudah lemah dan tak ada pergerakan lagi.
.
.
Keesokan harinya, Di kantor…..
Tuk…tuk…tuk…
Victon duduk seraya mengetukkan pulpennya di atas meja besar di ruang kerjanya. Pikirannya menjadi resah karena kejadian semalam. Mana mungkin sekedar ciuman saja membuat Valerie bertingkah seaneh itu bahkan hingga pingsan.
Bukankah seharusnya senang atau bangga? Di luar sana banyak wanita yang mendambakan bibir seksoy nya itu. Obsesi atau suka? Hingga kini Victon masih ragu akan perasaanya. Posisinya kini terjepit di antara dua kata itu.
“Al, apa aku kurang menarik? atau kurang seksi?”
“emmm..” itu pertanyaan yang sangat sulit untuk di tanggapi. Tidak di jawab hidupnya di pertaruhkan, tapi jika salah jawab kemungkinan masa depannya pupus begitu saja. Aldi ragu, dan kini membisu seraya menatap Victon penuh arti.
“Apa?.” tanya Victon lagi
"Anda tampan, berwibawa dan banyak uang pak." Mulut oh mulut, Sontak Aldi segera melipat bibirnya kala raut wajah Victon berubah dengan cepat.
gleg...
"Hah...pergi dari ruanganku!!" Wajah Victon sudah datar sekali, bahkan nada bicaranya melebihi AC ruangan itu hingga kulit Aldi merinding tiba-tiba.
...🍃🍃🍃🍃...
Sementara itu, di suatu tempat….
Plak…
“Papa tidak meminta hal lain Valerie, bisakah berhenti mengacau?!”
Tamparan itu cukup kuat mendarat di pipi Valerie yang saat ini tengah menangis. Panas dan perih seperti hatinya saat ini. Angan-angan saja jika berharap dirinya sudah bebas, nyatanya tidak. Kini dia di buat bungkam kala menerima luapan amarah sang papa. Tidak peduli meskipun di depan banyak orang sekali pun, papanya tidak berniat untuk berhenti di sana.
Jika saja Valerie tidak mengacaukan perjodohan itu, mungkin hasilnya tidak akan demikian. Bagaimana jika ia tidak suka? Valerie tidak mau hidup satu atap dengan orang yang tidak di cintainya.
“Jawab papa!!” Sentak Candra pada putrinya itu.
“Aku punya pilihan sendiri. Selama ini selalu ku turuti kemauan papa. Tidak untuk kali ini pa.” Entah dari mana keberaniannya, kini gadis itu berani menatap mata papanya.
“Ini semua demi kebaikanmu. Kevin adalah pilihan terbaik dan sebaiknya jangan menolak!.”
Mendengar perkataannya membuat Valerie tersenyum tipis. “Heh, kebaikanku? Kalau saja mama masih ada, aku nggak akan begini. Papa egois dan aku benci itu!.”
Plak….
“Bicara lagi? kurang ajar kamu ya?”
“Sayang sudah. Jangan kasar sama anak sendiri.” Valerie semakin memanas saat Aurora menengahi. Ya, dia adalah ibu tiri sekaligus wanita yang paling tidak di sukainya. Keluarganya benar-benar kacau balau dengan hadirnya wanita itu di tengah keharmonisan keluarganya kala itu.
Merasa tidak adil tentu saja. Valerie pun meninggalkan restoran itu dengan perasaan yang kian berkecamuk. Tujuannya tidak menentu dan dia hanya bisa pasrah jika kakinya membawa ke jurang sekalipun. Air matanya masih mengalir kian deras, namun ia tidak peduli meski orang-orang menatapnya dengan aneh.
Kurang ajar!!
Papa benci sama anak pembangkang..
“Cih, kok aku jadi cengeng gini sih? kebaikan katanya? yang benar aja....” Sambil menyeringai Valerie menghapus air matanya. Ia pun melepas high heels yang cukup menyiksa tumitnya, di tambah gaun panjang itu yang sangat mengganggu.
.
.
.
.
-To Be Continued-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
jieun❤️
cuzz lah...
2023-04-12
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
semangat kk
2023-04-11
1
Lily⬜⬜⬜
Bang Vic , slowly.....
jgn buru2 deuh...
2023-03-27
1