“Apa yang terjadi kalau papa tau aku berhenti kuliah? Hahhh.” Valerie berhenti dan menatap langit cerah siang itu seraya menghela napas panjang. Perjalanan hidupnya penuh lika-liku, berkali-kali ia berpikir jika keberuntungan satu-satunya hanyalah bisa bernapas di dunia ini.
Jauh dari keluarga membuat Valerie menjadi lebih mandiri sebenarnya. Dulu sewaktu masih ada Rara, bisa di bilang jika hidupnya penuh campur tangan dari sahabatnya itu. Banyak yang Rara ketahui mengenai peliknya kehidupan Valerie, itulah mengapa dia selalu di urusi bak anak sendiri.
Namun salah jika Rara mengetahui semuanya. Rapuhnya Valerie dengan segala trauma masa lalu itu itu tidak pernah Valerie tunjukkan. Akibatnya, derita itu ia makan dan telan sendiri. Valerie tidak berniat untuk membaginya pada siapapun, baginya itu hanya membuat Valerie semakin terlihat lemah.
Bukan menolak takdir, Valerie tidak mau jalan yang ia lalui terlalu lurus. Maksudnya lurus dan mulus di bawah kendali papanya. Lebih baik menikmati kopi tanpa gula di sini daripada menikmati madu setiap hari tapi tertusuk belati.
Menjadi salah satu trainer calon Bodyguard tidak buruk. Hitung-hitung ilmu bela dirinya yang selama ini Valerie pelajari dengan sungguh-sungguh akan sangat berguna.
“Perusahaan VCO Technology Group saat ini membutuhkan jasa pengawal. Nama-nama yang di sebutkan akan di kirim kesana dalam jangka waktu yang telah di tentukan.”
“Antony, Emanuel, Riska dan …..” Sengaja kalimatnya tergantung dan sang pelatih tampak berpikir seraya menatap satu-persatu para trainer.
“Valerie!”
Deg….
Celaka!, Jika begini maka tamat sudah riwayatnya. Valerie tidak tahu bagaimana cara bersembunyi lagi, keadaan seolah-olah tak berpihak padanya. “Apa saya tidak bisa di ganti pak?” Valerie menatap pelatih itu dengan memelas, sayangnya itu tidak mempan. Malah di balas dengan kedipan mata yang membuatnya bergidik ngeri.
"Ini sudah permintaan dari sana. Jadi, kalian lakukan tugas dengan baik.”
“Baik!!”
.
.
.
“Gimana bisa liat mukanya besok?”
Valerie menggigit bibir bawahnya bersamaan dengan pikirannya yang kian resah. Setelah ciuman hari itu jangankan untuk bertatap muka, bertemu pun rasanya Valerie tak mampu.
“Tenang Valerie, tenang…....ini hanya sebatas pekerjaan.” Percayalah, meski mulutnya berkata seyakin itu, nyatanya hatinya masih tidak tenang.
Ceklek….
Sampai di kamar kosnya ia tidak melihat gadis yang di tolongnya malam itu. Rupanya dia telah pergi dengan meninggalkan secuil kertas dengan beberapa kata di dalamnya.
Terimakasih, aku berhutang budi padamu. Aku harus kembali dan semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti. -Mentari
Tidak hanya itu, bahkan kamarnya tampak lebih rapi dari biasanya. “Padahal dia nggak perlu begini.” Valerie tersenyum seraya memandang seluruh sudut ruangan itu. Jika saja Rara belum menikah, kamar itu pasti tidaklah sepi sekali.
Keesokan harinya….
Gedung menjulang tinggi itu cukup menjadi saksi bagi Valerie. Ia merapikan kembali kerah nya sembari tersenyum. Pagi hari menyambut Valerie yang kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Kumpulnya dimana?" Gumam Valerie seraya melirik jam di pergelangan tangannya di ikuti langkahnya yang tergesa-gesa. Waktu briefing telah tiba dan Valerie harus segera bergabung dengan rekan yang lain. Bisa celaka jika sampai ia melewatkan Briefing paginya.
.
.
.
“Pak Victon Ghaffari. Beliau adalah pemilik sekaligus pemimpin perusahaan ini, saya harap kalian melakukan tugas dengan baik.”
Penjelasan itu begitu jelas namun Valerie kembali di buat gugup. Tap…tap… derap langkah itu semakin terdengar kuat. Tak berselang lama, Boss perusahaan itu pun muncul bersamaan dengan asistennya dari balik pintu.
Mereka yang sudah berjaga di depan pintu langsung saja berdiri dengan tegap kemudian menganggukkan kepala bersamaan. “Kalian para bodyguard yang ku minta?” Tanya Victon dengan dinginnya.
“iya pak!.” Jawab Toni dengan lantang.
Victon pun tersenyum kala mendapati Valerie berdiri tak jauh darinya. Langkahnya pun mendekat dan berhenti tepat di depan gadis itu. “Hai. My Sweety Bodyguard.” Bisik Victon di telinga Valerie seraya tersenyum licik kemudian kembali berjalan.
Valerie berusaha tetap tenang. Jika saja Victon bukan bossnya saat ini, mungkin Valerie tidak akan diam begitu saja. “Aku mau dia satu mobil denganku, yang lain pakai mobil terpisah.” Victon berucap seraya menunjuk wajah datar Valerie. Tidak ada yang banyak protes dan mereka pun berjalan menuju kendaraan masing-masing.
.
.
.
-To Be Continued-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
jieun❤️
Aku masih belum mengerti....
2023-04-12
0