Wartel menelepon bibinya di kampung, untuk membawakan dukun pintar ke kota. Wartel ingin membantu Pare melalui bibinya, yang sedang mendapatkan musibah.
"Bi, temanku sakit, dia butuh pertolongan. Dalam pemeriksaan medis tidak ada apa pun, namun dia sakit parah sampai guling-guling." ujar Wartel.
"Bibi si mau saja, tapi tidak ada uang untuk pergi." jawabnya.
"Biar aku transfer uang, untuk ongkos Bibi pergi." Wartel menawarkan uang.
"Baiklah, Bibi besok akan berangkat." jawabnya.
Wartel sengaja membeli mie rebus pada kedai, dengan memilih merek dari perusahaannya sendiri. Wartel melihat ke arah teman-temannya, sambil menunjuk mangkuk di hadapannya.
"Ini adalah produk dari perusahaan kami. Indomie goreng Cihuy, yang sudah terkenal di seluruh negeri." ujar Wartel.
"Iya, iya Wartel. Kami tahu kok, kalau kamu kerja di pabrik." jawab Sawi.
Seledri memainkan sendok garpu di tangannya untuk melilit mie, lalu melahap dalam satu gigitan. Rasanya sungguh lezat, patut untuk dinikmati.
"Sungguh-sungguh lezat, bumbu mie goreng Cihuy terasa sekali." ungkap Seledri.
"Selain ini, akan ada varian baru. Namanya mie Cihuy kuah kari." Wartel sibuk promosi, produk ternama milik bosnya.
"Aku mau beli ah, pasti lebih enak lagi." Sawi mengutarakan maksudnya.
"Mana bisa dibeli sekarang, karena belum ada. Produksi varian terbarunya bulan depan." jawab Wartel.
Iblis tanduk bereaksi saat Mbah Gondrong menusuk boneka. Kubis tertawa melihat tindakan orang, yang sekarang berada di depannya.
"Mbah, katakan apa yang bisa aku bantu."
"Tidak ada, kamu hanya perlu duduk manis." jawab Mbah Gondrong.
"Tidak ada syarat lain?" tanya Kubis, dengan penasaran.
"Syaratnya hanya perlu percaya utuh padaku. Mengagungkan aku, sebagai yang paling hebat sedunia. Kamu harus cinta padaku, dan resapi dalam hatimu."
"Gampang Mbah Gondrong, kalau cuma itu aku siap." ujar Wartel.
"Hahah... cerdas."
Waktu liburan kerja digunakan Kubis untuk bermain di lapangan. Bola kaki berjalan, seiring tendangan kakinya. Semua penonton tepuk tangan meriah, saat Kubis berhasil memasukkan bola ke dalam gawang.
"Haduh, aku memang hebat. Tidak ada yang boleh merendahkan aku. Aku tidak terkalahkan, karena punya Mbah Gondrong sebagai pelindung." Berbicara sendiri, dengan sombong melempar pujian.
Kubis melangkahkan kakinya ke sebuah kedai mie rebus. Wartel melambaikan tangan ke arah Kubis, sambil tersenyum ke arahnya.
"Kubis, kamu ngapain ke sini?" tanya Wartel.
"Aku mau makan." jawab Kubis.
"Darimana kamu tadi?" Wartel sekadar basa-basi, meski tidak terlalu penasaran.
"Aku baru saja selesai bermain bola kaki." jawab Kubis.
Tidak lama kemudian, Kubis melihat pelayan telah meletakkan mie. Kubis makan dengan perlahan, menikmati yang tersaji di atas meja.
"Kubis, aku pulang duluan iya." ucap Wartel.
"Iya Wartel, " jawabnya singkat, baru melanjutkan omongan setelah berhenti sejenak. "Apa kamu ada waktu, untuk jalan bersama nanti malam."
"Maaf Kubis, kalau malam nanti aku sudah janjian dengan seseorang." jawab Wartel.
"Siapa? Bukannya Pare sedang sakit." Kubis penasaran.
"Aku jalan sama Labu, karena ada yang ingin disampaikan olehnya." jelas Wartel, dengan jujur.
”Gawat, jangan-jangan Labu suka sama Wartel. Aku tidak akan membiarkan dia, sampai berhasil jadian dengan Wartel.” batin Kubis.
Wartel melambaikan tangan di depan wajah Kubis. "Kamu kenapa melamun?"
"Tidak apa-apa, aku merasa awalnya kamu menyukai Pare." jawab Kubis.
"Hahah tidak, kami berdua hanya berteman." ujar Wartel.
"Oh gitu ya." Kubis menyembunyikan perasaan yang cemburu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments