Tak Sanggup Hidup Denganmu
"kamu dari mana aja? pasti kamu dari habisin uang aku lagi? " tanya Rehan dengan ayu yang baru pulang dari psar.
"ini aku lagi dari lapar mas. " jawab Ayu dengan tersunyum, karena baginya sudah biasa di perlakukan kasar oleh suaminya itu.
"ahh alasan kamu bilang aja kalau kamu dari habiskan uang aku kan ngaku aja." teriaknya dengan kasar membuat Ayu menutup tepinganya karena ketakutan.
"mas kamu bisa liat sendiri apa yang aku beli tadi di pasar" kata Ayu dengan lembut
"kamu pikir aku bodoh uang 500 ribu kamu habisin begitu saja? "tanya Rehan penuh emosi
"kalau kamu gak percaya dengan aku silahkan kamu yang ke pasar dan lihat sendiri harga yang ada di pasar bagai mana mas. " jawab Ayu yang tak bisa lagi menahan air matanya.
"apa gunanya kamu jadi istri kalau aku yang susah payah cari uang malah aku juga yang harus ke pasar, terus kamu mau tinggal di rumah seolah kamu itu ratu? "tegas Rehan
"aku mau berangkat dulu capek harus ribut dengan kamu gak ada habisnya. "titah Rehan dan berlalu pergi begitu saja
"ya Allah aku capek dengan hidup begini tapi aku juga tidak ada pilihan lagi bisa apa selain sabar." batin Ayu
di sisi lain Ibrahim bersembunyi di balik pintu kamar karena takut dengan ayahnya yang marah-marah, Ayu pun memhampirinya dan memeluk putranya itu untuk memberi pengertian
"umi nap angis? "tanya Ibrahim ke ibunya
"gak papa sayang umi gak nangis kok. "ucap Ayu agar Ibrahim gak sedih
Ayu dan rehan sudah 4 tahun menikah dan di karuniakan putra yang umrnya baru 3 tahun, dia sudah sangat capek dengan kehidupannya yang mana hanya di jadikan babu oleh Rehan. Belum lagi dengan sifat mertua dan kaka iparnya itu yang selalu memakinya dengan sebutan pengemis yang di pungut untuk hidup gratis.
semenjak menikah Ayu sudah tidak pernah mengurus dirinya lagi karena dengan suami yang sangat pelit membuatnya mengurungkan niatnya itu, uang belanja aja cuman di kasi 500ribu sebulan mana cukup untuk rawat diri.
tok tok tok
"siapa yah pagi pagi datang? " tanyanya dan begegas membuka pintu.
deg
ternyata ibu mertuanya yag datang, bukannya salam malah masuk begitu saja ke rumah
"ehh ayu kamu lama banget buka pintunya? masih pagi udah main hp aja itu kerjaan kamu jadi istri dasar gak tau di untung, baik kamu mau di beri kehidupan gratis sama anak saya malah seenaknya saja. " tegas Sintan panjang lebar
"ya gimana bu semua pekerjaan rumah sudah saya bereskan jadi apa salahnya klau saya santai sedikit. " ucap Ayu dengan tersenyum
"ibu mau minum apa biar aku buatin? "tanya Ayu
"gak usah aku udah liat muka kamu aja udah muak banget."jawab Sinta dan berlalu pergi begitu saja
rumah Ayu yang di tempati sekarng memang tidak terlalu jauh dari rumah mertuanya, jadi hampir setiap hari Ayu di maki seperti itu.
sampai tetangga juga kadang kesihan dengan Ayu, tapi mereka tidak bisa apa
"umi mau maam"ucap Ibrahim yang keluar dari kamar
"sini sayang biar umi ambilkan nasi ya "kata Ayu dengan putranya lalu berjalan menuju dapur.
rumah ini sangatlah besar jadi untuk membersihkannya ayu juga butuh menguras tenaga juga, ayu pernah mengusulkan untuk membayar asisten rumah tangga tapi Rehan sangat lah pelit dengan namanya uang jadi Rehan tidak mau.
"umi mau shalat dulu ya nak, Ibrahim lanjut makan aja ya. "ucap Ayu ke putranya
setelah shalat Ayu pun ingin ikut makan dengan Ibrahim tapi terhenti dengan suara ketokan pintu ,jadi ayu meninggalkan Ibrahim yang makan dan membuka pintu
"kamu ngapain buka pintu aja lama?" tanya Rehan yang baru pulang
"ini mas tadi aku mau makan jadi lama. " jawabnya ayu dengan lembut
tak ambil waktu rehan menuju dapur karena sekarang dia juga lapar, sesampai di dapur dia malah gak nafsu makan lihat apa yang Ayu masak
"kamu masak cuma ini doang? "tanya Rehan
"iya mas kan kamu kasi uangnya cuman 500 jadi aku dapat itu doang di pasar. " jawab Ayu dan kembali duduk di damping Ibrahim
"kamu makan aja sana aku mau makan di rumah ibu aja. "tegasnya dan memukul meja membuat Ibrahim kaget dan hampir mengais tapi Ayu cepat untuk memeluknya.
setelah itu Ayu dan Ibrahim melanjutkan makannya, bagi Ayu dia sudah sangat kebal dengan kekasaran suaminya itu.
***
"Rehan kamu kenapa muka kusuk amat sih? "tanya Sinta ke Rehan
"bu..aku mau makan aku udah lapar nih. " jawab Rehan dan menuju dapur
"eman istri pemalas kamu itu gak masak di rumah? " tanya Sinta lagi
"dia masak sih bu tapi bosan itu itu mulu setiap hari yang di masak sama dia. " jawab Rehan dan sambil mengambil piring lalu duduk untuk makan
"makanya cari istri itu yang benar dong, ini malah cari yang modelnya ke Ayu gitu. "titah Sinta
Rehan tak menghiraukan omongan ibunya dia hanya makan, setelah itu baru daia keluar di ruang tengah untuk istirhat lalu menuju ke kantor lagi
"bu aku berngakat ke kantor dulu" ucapnya tapi tak ada balasan dari ibunya jadi Rehan pergi begitu saja
****
saat sampai di kantor Rehan tak sengaja bertemu perempuan di parkiran yang cantik, Rehan pun mengajaknya berekenalan dengan perempuan tersebut.
"hay kamu lagi apa? "Tanya Rehan
"ini lagi nunggu taksi online, kamu Rehan?" jawab Desi dan kembali bertanya, karena setau Desi Rehan ini adalah pemilik kantor tersebut walau gak semewah kantor lain tapi bolelah namanya juga bos
"iya kamu tau dari mana nama aku? "tanya Rehan
"kenalin nama aku Desi, aku tau nama kamu dari teman aku salah satu kariwan kamu dia selalu cerita ke aku. " jawab Desi
"ohh gitu, hmm aku boleh gak minta nomor kamu. " kata Rehan dan Desi pun mengangguk
setelah mendapat nomor Desi, Rehan lanjut jalan menuju ruangannya. sesampai di ruangan Rehan merasa bahagia dan ingin rasanya bersama Desi terus.
"hay kamu sibuk gak sentar malam? "tanya Rehan ke Desi lewat cht
"gak sih.. emang kenapa" jawab Desi
"aku mau ajak kamu makan mau gak? " tanya Rehan dan tak sadar senyum senyum sendiri
"iya aku mau nanti kamu kirim aja lokasinya di mana. "jawab Desi
setelah itu Rehan sangat bahagia, dia selalu ke pikiran Desi.
"kalau di liat Desi jauh lebih cantik dari pada Ayu, jadi apa salahnya sih kalau aku dekat dengan dia kan Ayu juga gak bakaln tau. " batin Rehan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments