Alison

    “Kabur?” aku memekik pada saudara kembarku yang sekarang berdiri di mulut pintu kamar sambil menyumbat kedua telinganya dengan telunjuk takut kalau-kalau aku bisa membuat dirinya tuli. Sialan. Padahal, kan, aku juga berhati-hati agar tidak membangunkan seisi rumah.

Aku melihat Mathias sengit. “Kau gila.”

    Mathias mengangkat bahunya, dia tersenyum bangga. “Kau juga tahu kalau ini ide bagus. Lagipula, kau juga tidak akan tahu apa yang akan dilakukan Ayah dan Ibu untuk membunuh kita besok pagi.”

     Aku memeluk bantal persegi kecil berwarna oranye di pangkuan ku. “Mereka tidak akan membunuh kita.”

    Aku mendengar Mathias tertawa sinis. Saudara ku itu mengusap rambut pendek kecoklatannya sambil berjalan mondar-mandir melewati aku yang tengah duduk di kasur. “Kau tidak mengerti, Alison. Kau dan aku telah mengecewakan mereka, hanya tinggal menghitung jam sampai kita berdua benar-benar dikirim ke Norwegia.”

    Perut ku seketika terasa seperti baru saja dililit paksa. Norwegia, tempat dimana keluarga besar ku membuang dan menelantarkan anak-anak atau anggota keluarga lain yang telah mencoreng nama baik keluarga besar Bancroft. Dari yang aku dengar dari sepupu ku, mereka akan menjadi pesuruh, menerima siksaan kalau tidak bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik, dan mungkin juga benar-benar ditelantarkan, tidak akan ada yang peduli kalaupun kau tertimbun longsor salju.

    “Nah, sekarang kau baru berpikir.” Sindir Mathias. “Ikuti saja apa kata ku. Berkemas malam ini dan kita pergi dini hari.”

    Hati ku ingin mendengarkan Mathias, tapi otak ku menolak. “Ibu dan Ayah tidak akan membunuh kita dan juga tidak akan mengirim kita ke Norwegia.”

    “Berhenti, Alison.” Bungkam Mathias. Mata hazelnya berapi-api ketika dia memanggil nama ku.

    “Kauyang harus berhenti.”

    “Kitaberdua gagal masuk ke Akademi Sihir Lixorth, kau lihat sendiri bagaimana reaksi Ibu dan Ayah tadi pagi,  kan? Mereka siap memanggang kita.”

     Perut ku kembali bergejolak. Ya, tentu saja aku ingat semua itu. Bagaimana ekspresi yang ditunjukan oleh Ayah dan Ibu ku ketika mereka membuka sepucuk surat resmi mengenai hasil ujian masuk ku dengan Mathias di akademi paling bergengsi di Amerika. Ayah tidak mau menatap ku dan Mathias dan Ibu langsung mengambil langkah meninggalkan kami seakan kami hanya seorang tamu yang datang ke rumah disaat yang tidak pas.

     “Cukup. Aku akan pergi.” Mathias mengumumkan hasil pemikirannya jelas-jelas.

    Untuk sepersekian detik, aku menatap saudara ku terperanjat. Mathias keras kepala dan cuek. Jika dia menginginkan sesuatu, siapapun dan apapun itu tidak akan bisa membuat dia berhenti. Dia lebih baik meninggalkan aku dari pada harus memohon agar aku ikut dalam pelariannya.

     “Kau tidak serius.”

    “Alison, aku tanya kau sekali lagi. Kau akan ikut aku atau tidak?”

     Aku menggigit bibir bawah ku, tidak memiliki keberanian untuk balas menatap Mathias.

     “Ikut atau tidak?”

    Ayah dan Ibu tidak mungkin membunuh ku dan Mathias, kan? Bagaimanapun juga kami adalah anak kandung mereka. Meskipun memang kami adalah seorang Bancroft yang pertama gagal ujian masuk akademi bergengsi tersebut.

    Mathias sepertinya tidak mau lagi mendengarkan ku karena setelah itu dia menarik napasnya panjang lalu berbalik keluar dari kamar ku. Tubuh ku menegang tiba-tiba dan tanpa sadar aku melompat turun dari kasur dan mengejar Mathias.

     “Tunggu.”

     Saudara ku berhenti kala aku menarik tangan kanannya. Dia tidak berbalik untuk melihat ku sama sekali. “Kalau kau berharap aku berubah pikiran, kau salah. Aku tetap akan pergi.”

     “Aku ikut.”

    “Apa?” akhirnya Mathias berbalik dan melihat langsung ke mata ku, berusaha mencari sekilas keraguan. Tapi, kali ini aku yakin. Setidaknya aku tidak mati di Norwegia.

    "Aku ikut.” Aku mengulangnya sekali lagi, kali ini lebih percaya diri.

    Kerutan di dahi Mathias mulai mengurai. Aku tahu dia lega akhirnya aku memilih jalan bodoh dari dia. “Oke, berkemas sekarang.”

     Baiklah, berkemas tidak mudah. Selain aku harus memikirkan apa saja yang mungkin bisa menolongku dalam pelarian entah kemana ini aku juga harus memastikan kalau semua yang akan aku bawa muat dalam tas.

    Tidak.

    Bagaimana melakukannya?

    Dan lagi, aku sebenarnya ragu kemana kami akan pergi. Mathias memang menyinggung soal keberadaan Paman Billy di San Diego, tapi itu jaraknya beratus-ratus kilometer dari Colorado.

     Sambil membiarkan otak ku bekerja, tubuhku secara otomatis bergerak mengambil beberapa lapis pakaian, alat-alat mandi, pekakas yang mungkin dibutuhkan seperti pisau lipat dan gunting. Tak lupa aku juga turut mengikut sertakan tabungan ku. Sudah dipastikan, kami butuh uang.

     Sekali lagi, otak ku mengajakku untuk kembali berdiskusi tentang Ayah dan Ibu. Aku tahu Mathias benar, kami telah mengecewakan keduanya. Apa kata Serikat Sihir Amerika soal anak-anak Francis dan Lindsey Bancroft yang gagal dalam ujian masuk akademi sihir terbaik di Amerika?

Oh, tidak.

Mereka memang akan membunuh kami.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!