Menemani Ayu berbelanja

Setelah Ayu berlalu dari samping ku, akhirnya aku memutuskan untuk masuk juga, setibanya di dalam rumah, langkah kaki ku lalu berhenti tepat di depan pintu kamar Ayu.

Entah apa yang aku pikirkan, hingga aku berpikir yang aneh-aneh, rasanya aku ingin masuk ke dalam kamar Ayu, lalu . . . Ah, sial! Aku tidak boleh melakukan itu. Aku harus ingat, Ayu adalah pembantu baru di rumah kami, jadi aku tidak boleh menodai nya, nanti dia jadi takut sama aku lalu minggat. Kalau hanya minggat saja tidak apa-apa, khawatir nya ia melaporkan aku ke kantor polisi atas apa yang aku lakukan kepada nya.

Tidak boleh, aku tidak boleh melakukan hal diluar batas, aku juga harus ingat, kalau aku sudah punya istri. Tapi, entahlah, terkadang karena lagi terdesak begini, kita bisa lupa diri dan tidak bisa berpikir secara jernih.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku berlalu dari depan pintu kamar Ayu. Aku masuk ke dalam kamar aku bersama istri ku.

Namira tampak masih terlelap di atas tempat tidur. Aku lalu berjalan ke kamar mandi, malam ini, lagi-lagi aku harus bermain sendiri dengan menggunakan sabun untuk mengatasi benda tumpul milikku yang berdiri tegang. Tak ada pilihan lain lagi. Tapi malam ini aku bisa mengeluarkan cairan bewarna putih kental milik ku dengan cepat, karena saat sedang melakukan nya, aku terus membayangkan paras cantik Ayu serta bentuk tubuhnya yang begitu menggoda.

Aku merasa lega setelah melakukan nya, aku keluar dari dalam kamar mandi, lalu merebahkan diriku di atas kasur di sisi istri ku. Aku memilih tidur memunggungi Namira. Lagi-lagi bayang-bayang paras cantik Ayu menemani tidurku.

***

Hari-hari berikutnya, semua berjalan apa adanya. Aku selalu berusaha menjadi suami yang baik untuk Namira, membantu memberikan obat kepada nya serta menyuapi saat dia makan. Bahkan terkadang aku membantunya mandi. Kalau aku sedang bekerja, Ayu lah yang melakukan tugas itu. Ayu merupakan pembantu yang begitu cekatan dan dapat diandalkan. Menurut aku, Bik Siti masih kalah jika dibandingkan dia.

Aku berusaha mengabaikan keberadaan Ayu, aku berbicara seperlunya saja dengan dirinya. Layaknya seorang pembantu dan majikan. Tak ada yang spesial. Meskipun aku akui, terkadang aku masih sering meneguk saliva melihat body Ayu yang begitu bahenol.

***

Dua Minggu berlalu.

Hari ini hari Minggu, waktu nya weekend.

Setelah selesai lari pagi di sekitar kompleks tempat tinggal ku, aku memutuskan untuk berdiam diri di rumah. Aku semakin ekstra memperhatikan semua tentang Namira, karena bukannya mengalami kemajuan menyangkut kesehatan nya, tetapi kondisi Namira malah semakin terlihat lemah. Namira sudah tidak punya siapa siapa lagi, hanya aku yang ia punya, karena kedua orangtuanya tidak tahu entah di mana. Aku melamar Namira kepada ibu panti, ibu panti yang merawat dan membesarkan nya sedari bayi.

Iya, Namira tumbuh dan besar di panti asuhan. Itulah yang aku tahu, setelah mendengar semua cerita nya langsung dari Namira.

Ibu panti pun sudah meninggal dua tahun yang lalu.

Parasnya yang dulu begitu cantik, membuat aku begitu ingin memiliki Namira. Tidak peduli dia tumbuh dan besar di mana.

Dan aku juga sudah berjanji untuk terus menjaganya. Maka dari itu, saat Namira sakit, aku selalu ingin memberikan yang terbaik untuk nya.

***

''Sayang, ayo kita ke rumah sakit lagi, kamu harus di rawat. Lihatlah semakin hari tubuh mu semakin kurus saja,'' kata ku. Aku membujuk Namira. Kini kami tengah duduk di sofa ruang keluarga. Namira duduk bersandar, wajahnya terlihat pucat, tiada cahaya. Begitu suram.

''Tidak usah Mas. Aku enggak suka dengan bau rumah sakit, dan aku juga tidak mau lagi punggung tangan ku di tusuk jarum. Aku merasa lebih nyaman di rumah,'' tolak Namira lembut. Ia tersenyum tipis.

''Baiklah kalau begitu,'' aku membuang napas, aku menurut saja sama apa yang ia inginkan, aku tak ingin memaksa.

Aku memijit telapak kaki dan telapak tangan Namira, dan dia seperti nyaman dengan perlakuan ku.

Beberapa menit setelah itu, tiba-tiba Ayu menghampiri kami, lalu berucap.

''Bu Namira, saya pamit belanja, ya,'' kata Ayu sopan. Setahu aku, tadi Namira memang meminta agar Ayu berbelanja ke pasar untuk membeli kebutuhan mingguan.

''Iya, Ayu. Kamu pergi sama siapa?'' tanya Namira. Aku menyimak pembicaraan mereka.

''Aku naik ojek aja, Bu,''

''Jangan Ayu,'' cegah Namira.

''Mas kamu temani Ayu belanja, ya,'' pinta Namira.

''Em . . . Baiklah,'' Jawabku. Entah kenapa aku merasa senang dengan permintaan Namira kali ini.

"Tidak usah, Bu, Pak. Aku naik ojek saja. Kalau Pak Emran menemani aku, lalu siapa teman Ibu di rumah,'' tolak Ayu sungkan.

''Saya tidak apa-apa di rumah sendirian, Ayu. Kamu jangan memikirkan Saya,''

''Tapi, Bu,''

''Sudah, sana Mas, kamu keluarkan mobil, lagian aku tadi meminta Ayu belanja cukup banyak, kalau naik ojek, nanti susah bawa barang belanjaan nya,'' kata Namira lagi, terdengar memaksa.

Mendengar itu, aku bergerak cepat, aku berjalan ke garasi untuk mengeluarkan kendaraan roda empat milik ku. Meskipun aku seorang CEO, tapi di rumah kami, kami tidak memperkerjakan banyak pelayan seperti di rumah CEO CEO yang lain. Bahkan aku tidak memiliki sopir pribadi. Aku akan memanggil seorang sopir, kalau aku lagi ada perjalanan dinas ke luar kota.

Namira tidak suka rumah kami ramai oleh orang asing, meskipun aku sanggup membayar berapa pun gaji pelayan. Alhasil, Namira memutuskan untuk memiliki satu pembantu saja.

Mobil sudah aku nyalakan, dan Ayu juga sudah duduk di sebelah ku.

Aku memutar setir perlahan, lalu mobil melaju membelah jalanan menuju pasar terbesar di ibu kota.

Selama dalam perjalanan, Ayu hanya diam saja. Karena tidak nyaman dengan suasana yang begitu kaku, membuat aku memutuskan untuk memulai obrolan lebih dulu.

''Ayu,''

''Iya, Pak,''

''Kalau boleh saya tahu, kamu berasal dari daerah mana?''

''Aku dari Bandung, Pak.''

''Emang usia kamu sekarang berapa?''

''Dua puluh tahun, Pak,''

''Waw, masih muda benget. Emang kenapa kamu mau menjadi pembantu? Kenapa tidak melanjutkan kuliah saja,''

''Aku berasal dari keluarga yang kurang mampu Pak. Untuk kuliah itu sungguh tidak mungkin. Aku bekerja karena aku ingin membantu perekonomian keluarga aku yang ada di kampung. Aku ingin membantu meringankan beban orang tua ku,'' jelasnya. Mendengar itu, hati ku tersentuh karenanya. Mulia sekali hati Ayu. Dia masih muda, tetapi pikiran nya cukup matang. Bahkan dia memilih pekerjaan yang halal, meskipun menurut aku, kalau dia ingin memiliki uang banyak dengan cepat, ia bisa saja bekerja yang lain. Ia bisa saja memanfaatkan tubuhnya untuk menghasilkan uang dengan cepat. Tapi, Ayu sepertinya berbeda. Ia masih menjaga harga dirinya. Aku kagum kepadanya.

Tidak lama setelah itu, kami sampai di pasar, aku memutuskan untuk menemani Ayu berbelanja, berjalan di samping. Ayu sempat melarang agar aku tetap menunggu nya di mobil saja, tetapi aku tidak mendengarkan nya.

Selama berjalan di tengah-tengah pasar dan berbelanja, tidak sedikit orang yang salah paham terhadap kami. Mereka mengatakan kalau kami adalah pasangan suami istri yang begitu serasi. Cantik dan tampan. Begitu kata mereka. Aku hanya diam saja mendengar penilaian orang-orang, Ayu pun sama. Tapi aku melihat, wajah putih mulus Ayu merah merona dengan binar mata bahagia. Apakah Ayu senang jalan di samping ku?

Hubungan aku dan Ayu sedikit mencair, ia sudah mau berbicara apa saja kepada aku. Senyuman kami selalu terpahat indah. Aku membantu Ayu membawa barang belanjaan, hingga saat kami akan pulang, saat melewati jalan yang becek, tiba-tiba saja Ayu terpeleset, tubuhnya hampir jatuh, aku menyambutnya cepat, memegang pinggang.

''Terimakasih Pak,'' ucap Ayu gugup. Dan aku pun mengangguk.

Entah kenapa aku merasa ada debaran aneh di dada ku, aku merasa begitu bahagia bisa membantu Ayu dan aku merasa begitu bahagia bisa menyentuh pinggul Ayu yang padat berisi.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

mampir juga ya say kecerita ku
semoga kita bisa saling mendukung
untuk kedepan nya.

2023-03-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!