Duduk Di Samping Ayu

Malam hari, aku dan Namira duduk di kursi meja makan, kami akan makan malam bersama. Aku memasukkan nasi ke dalam piring istri ku. Tubuhnya yang terlihat lemas, membuat ku bertindak cepat untuk melayaninya dengan baik.

''Mau lauk apa Sayang?'' tanyaku, karena malam ini pembantu baru kami memasak beberapa macam olahan lauk. Ada udang goreng, ikan panggang, dan ayam balado.

''Ikan panggang saja Mas, sama masukin sayur bening nya juga,'' jawab Namira. Akupun segera memasukkan apa yang ia mau ke dalam piringannya.

Setelah selesai aku memintanya untuk segera makan. Iya, Namira harus makan, karena setelah ini ia harus minum obat. Malam ini wajah Namira terlihat lebih pucat dari biasa, aku tak mau Namira sampai di rawat di rumah sakit, kasihan dia kalau harus merasakan tusukkan jarum infus lagi dan lagi di punggung tangan nya yang kurus.

Ah . . . Entah sampai kapan Namira akan benar-benar sembuh, aku berharap dia akan sembuh seperti dulu.

Aku memasukkan makanan ke dalam piring ku, lalu menyantapnya, em . . . Rasa masakan Ayu tidak kalau jauh dibandingkan rasa masakan Bik Siti. Enak.

Bahkan aku bisa menghabiskan sepiring makan malam dengan cepat.

Setelah selesai makan, aku membimbing Namira berjalan ke lantai atas, kian hari tubuh nya kian lemas.

''Terimakasih Mas,'' ucap Namira begitu kami sampai di dalam kamar.

''Iya, sama-sama Sayang,'' sahutku. Kini Namira sudah duduk di atas kasur. Aku lalu memberikan obat untuk nya. Ia meminum obat tersebut dengan cepat.

Lalu setelah itu ia berbaring di atas tempat tidur, aku menyelimuti setengah tubuh kurusnya dan tidak lama setelah itu, Namira terlihat telah memejamkan mata dengan dengkuran halus yang terdengar pelan. Namira telah masuk ke alam mimpinya. Mungkin karena efek dari obat-obatan yang ia konsumsi, membuat dirinya cepat sekali terlelap. Selalu seperti ini setiap malamnya. Aku sudah terbiasa, malam panjang ku aku habiskan dengan setumpuk pekerjaan. Karena setelah Namira terlelap, aku akan masuk ke dalam ruang kerja, menyibukkan diri supaya tidak sakit kepalaku. Iya, pria normal akan merasakan sakit kepala serta gelisah kalau apa yang diinginkan nya tidak tersalurkan dengan baik. Namira sudah tidak bisa lagi melayani aku, hingga aku harus berusaha sendiri untuk melenyapkan hasrat kelelakian aku yang kian hari kian menyiksa.

Aku berjalan ke lantai bawah, saat sudah tiba di dekat meja makan, aku lihat meja sudah dalam keadaan bersih.

Suara piring yang beradu terdengar dari wastafel, ternyata Ayu tengah mencuci piring.

''Ayu,'' panggilku. Dan ia menoleh.

''Iya, Pak,'' sahutnya cepat.

''Setelah selesai mencuci piring, kamu buatkan segelas kopi untuk saya, ya,'' ucapku.

''Baik Pak,'' balasnya lagi.

''kamu antar kopi itu ke ruang kerja saya yah,'' kataku lagi.

''Iya, iya Pak,'' balasnya.

Setelah itu aku berjalan ke ruang kerja ku. Biasanya setiap malamnya Bik Siti yang tanpa di suruh akan membuatkan langsung kopi untukku dan mengantarkan nya ke ruang kerjaku. Tapi karena Ayu merupakan pembantu baru, jadi ia harus diingatkan terlebih dahulu.

Aku mulai fokus menatap layar leptop yang menyala di hadapan aku, aku memeriksa beberapa laporan yang masuk dari perusahaan.

Tidak lama setelah itu Ayu datang, lalu ia meletakkan segelas kopi di atas meja kerja ku.

''Ini Pak,'' katanya lembut.

''Terimakasih Ayu,'' balasku mengangguk kecil seraya menatap nya.

Tanpa aku sadari ternyata Ayu juga tengah menatap ku. Hingga beberapa saat kami saling memandang lekat, netra kami bertemu. Cantik. Ah, Ayu benar-benar cantik. Aku meneguk saliva melihat dua gundukan kenyal miliknya yang terlihat begitu menantang. Pakaian ketat yang ia pakai membuat dua gundukan kenyal itu tercetak jelas.

''Em, kalau begitu aku keluar dulu, Pak,'' kata Ayu. Entah kenapa aku melihat wajah Ayu yang putih mulus sedikit merona.

''Iya,'' jawabku singkat dan mendadak gugup.

Setelah itu Ayu keluar dari ruangan ku, langkah nya terlihat tergesa.

Setelah Ayu berlalu, bukannya aku kembali melanjutkan pekerjaan aku, tapi entah kenapa pikiran aku malah tertuju kepada Ayu. Aku jadi tak fokus lagi bekerja.

Aku menyeruput kopi hangat buatan Ayu. Em, pas. Rasanya pas di lidah dan di tenggorokan ku.

Lagi-lagi aku memuji Ayu di dalam hati. Ayu, memang dapat diandalkan.

Setelah berkutat dengan layar laptop sekitar dua jam lamanya, akhir nya pekerjaan ku malam ini selesai juga.

Segelas kopi buatan Ayu juga telah tandas.

Aku memutuskan untuk mengantarkan gelas yang telah kosong ke belakang.

Begitu aku sudah sampai di belakang, tak terlihat lagi keberadaan Ayu, mungkin Ayu telah terlelap, mengistirahatkan dirinya karena besok pagi-pagi sekali dia akan kembali sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Eh, tapi tidak. Ayu belum terlelap. Dari kaca transparan pembantas antara dapur dan kolam renang, aku melihat Ayu tengah duduk di pinggir kolam renang.

Akhir nya, aku membawa langkah kaki ku menghampiri Ayu. Sekarang sudah pukul sebelas malam, kenapa Ayu masih belum tidur. Apakah dia lagi butuh seorang teman? Seperti diriku yang tidak bisa aku pungkiri, aku butuh seorang teman untuk mendengar keluh kesah ku selama ini, seorang teman yang bisa mendengar tentang kesibukan aku hari ini.

''Ayu, kenapa kamu belum tidur?'' sapa ku. Ayu terlihat kaget, ia hendak berdiri, namun aku cegah. Aku lalu duduk di samping Ayu. Aku melakukan hal yang sama seperti apa yang Ayu lakukan, memasukkan kaki ke dalam air kolam. Ayu terlihat salah tingkah.

''Aku masih belum ngantuk Pak,'' jawabnya menundukkan kepala.

''Apa kamu tidak merasa capek? Setahu saya, hari ini kamu bekerja dengan baik untuk melayani saya dan istri saya,''

''Tidak Pak. Aku tidak capek,'' balasnya, ''Karena aku melakukan semuanya dengan senang hati,'' sambung nya lagi.

Aku dibuat penasaran, sebenarnya Ayu berasal dari keluarga seperti apa? Apa ia terlahir dari keluarga yang benar-benar sudah perekonomian nya hingga ia harus bekerja keras menjadi seorang pembantu.

Lama kami terdiam, Ayu seperti sungkan untuk memulai obrolan.

Aku menoleh ke samping, pandangan ku menelisik, menatap paras yang begitu sempurna. Mancung hidungnya bisa aku lihat, lentik bulu matanya semakin membuat aku merasa ada desiran aneh di dadaku. Sebelumnya tidak pernah aku merasakan perasaan seperti ini kecuali hanya kepada Namira. Banyak wanita cantik nan seksi di perusahaan ku, tapi tak ada satupun yang mampu membuat aku tergoda.

Ayu berbeda, ia memiliki pesona luar biasa. Meskipun tanpa riasan make up di wajahnya, ia sudah terlihat sempurna.

Ayu menoleh ke arah aku, hembusan nafasnya bisa aku rasa. Karena kini, jarak antara wajahnya dan wajah ku begitu dekat.

Rasanya ingin aku merasakan hangatnya bibir ranum yang ada di hadapan ku. Aku meneguk saliva. Aku sungguh tak tahan lagi.

Tapi beberapa detik setelah itu, Ayu malah berdiri. Lalu ia permisi masuk lebih dulu, ia meninggalkan aku sendiri, aku yang sibuk berperang menahan hasrat yang tiba-tiba begitu membuncah minta disalurkan.

''Argh!'' gumam ku sembari meremas kepalaku yang mendadak semakin sakit.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

laki laki yg lemah iman akan tergoda
dengan yg namanya wanita cantik
tapi kalau wanita nya tak merespon
perselingkuhan tak akan terjadi.

2023-03-15

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!