Bab 5 Ijin pindah rumah

Raisya menata sebagian barang belanjaannya di kulkas dan sebagiannya lagi untuk Ia olah, dengan tangan lihainya Ia mampu menyajikan makanan yang mampu menggugah selera siapa saja yang melihatnya.

" Sya, kok tadi pagi pulang sendiri Nak. Memangnya nggak di antar sama Hasan. " Tanya Umi.

Raisya yang sedang duduk sendiri di kamar menunggu kedatangan Hasan sedikit kaget dengan kehadiran Umi, belum beliau bertanya pasal kenapa Hasan tidak mengantarkannya pulang.

" Ah Iya Umi, tadi pagi Mas Hasan mau nganter Raisya, tapi Raisya nolak karena Mas Hasan sudah telat kekantor. Tadi sudah di telpon katanya ada pertemuan penting gitu, memangnya kenapa Umi. "

Raisya balik bertanya karena tidak ingin Uminya berfikir macam- macam tentang mereka.

" Ah nggak apa- apa Nak, ya sudah Umi turun kebawah dulu. Sepertinya Hasan sudah pulang. "

Umi yang melihat dari balik tirai dan mendengar bunyi mobil memasuki halaman rumahrumah, Ia sudah tau siapa yang datang.

" Iya Umi. " Raisya mencium tangan Uminya ketika Umi mengelus pipi Putri kesayangannya itu.

Hasan memberi salam dan mencium punggung tangan Umi ketika berpapasan dengan Umi di tangga.

" Assalamu'alaikum. "

Salam di ucapkan dari bibir Raisya karena suaminya masuk tanpa mengucap salam. Hasan hanya menoleh dan hendak meletakan tas dan juga jasnya, namun Raisya lebih dulu mengambilnya dari tangan Hasan.

Ia mengulurkan tangannya ingin menyalami tangan suaminya, Hasan hanya memandangi tangan Istrinya tanpa berniat menyambutnya.

Raisya meraih tangan Hasan dan melakukan baktinya.

" Kalau baru datang lari luar harus di biasakan mengucap salam, jangan main nyelonong saja. "

Raisya meminta suaminya duduk dan dengan sabar melepas sepatu dan kaus kaki suaminya, Hasan menolaknya karena merasa risih namun Raisya tidak peduli.

Ia melangkah kekamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk suaminya, sedangkan Hasan hanya menatapnya bingung.

" Mandi dulu Mas, habis itu kita sholat magrib sama-sama sebelum makan malam. "

Hasan bergegas kekamar mandi sebelum jantungnya copot karena berada lama- lama di kamar berdua.

Raisya menggeleng pelan melihat tingkah suaminya yang menurutnya lucu.

" Yuk Mas. "

Raisya yang sudah siap dengan atributnya segera meminta suaminya untuk sholat jama'ah bersama.

" Kamu saja duluan, Mas nanti nyusul. "

Lagi-lagi Hasan menjawab dengan jawaban yang sama.

" Mas, kalau bisa sholat berjama'ah kenapa harus sendiri- sendiri. Bukankah pahalnya lebih besar kalau berjama'ah. "

Akhirnya dengan malas Hasan melangkah dan berdiri di depan Raisya, Raisya tersenyum. Hatinya merasa lega karena bisa menunaikan kewajiban pada sang pemilik kehidupan bersama suaminya.

Sya mencium punggung tangan suaminya sebanyak tiga kali dan mencium telapak tangan sekali, itu yang pernah di ajarkan Uminya jauh- jauh hari sebelum menikah.

Usai menunaikan ibadah sholat bersama Sya pamit turun kebawah menyiapkan makan malam mereka.

" Setelah ini Mas turun kebawah ya, kita makan malam bersama. Jangan sampai Umi menunggu lama. "

Hasan mengangguk meskipun masih nampak bingung dengan semua yang nampak tiba-tiba. Ponselnya berdering dan menampakkan nama " Lovely " di depan layar, bibirnya langsung menyunggingkan senyum.

" Iya sayang. "

Hasan mendengarkan apa yang dikatakan kekasihnya.

" Iya sayang, Mas baru akan bicarakan hal ini pada Umi setelah makan malam. "

" Tentu saja tidak sayang, apa kamu masih tetap tidak ingin percaya padaku. Cintaku hanya untuk mu, sampai kapan pun. "

Hasan menutup sambungan telpon dengan ciuman online, tanpa Ia sadari kalau Sya sudah berdiri di depan pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan.

" Maaf Mas, makan malam sudah siap, Umi sidah menunggu di bawah. "

Hasan keluar dari kamar dan terkejut karena Raisya menggenggam tangannya, Ia ingin melepaskannya namun Raisya melarangnya.

" Biarkan begini Mas, jangan pernah tunjukkan rasa tidak sukamu pada Umi. Kalau Mas tidak bisa menghargai aku sebagai Istrimu, paling tidak hargailah Umi seperti Mas menghargai Umi Mas sendiri. " Ucap Sya pelan.

Hasan pun mengalah, mereka menuruni tangga dengan berpegangan tangan. Umi sangat bahagia melihat kedatangan anak dan menantunya, apalagi dengan bergandengan tangan seperti saat ini.

" Ah, mari silahkan duduk Nak. "

Hasan tersenyum dan menarik kursi untuk Ia duduki. Sya melayani suaminya dengan baik, seperti apa yang sering dilakukan oleh Uminya. Semua yang Sya lakukan di kehidupan sehari-hari itu Ia dapatkan dari kedua orang tuanya, yang begitu hidup dengan cinta.

" Mas makan yang banyak ya, hm.. coba yang ini Mas. Ini sangat enak, Mas pasti suka. "

Raisya baru mengambil makan malamnya setelah melayani suami dan juga Uminya. Makan malam berlangsung sunyi, hanya terdengar bunyi sendok yang bersentuhan dengan piring.

" Umi, Hasan ingin bicara sebentar, apa boleh. "

Ketika akan berdiri Hasan langsung meminta ijin pada Umi, Umi mengangguk dan mengajak Hasan juga Raisya duduk di ruang tengah.

" Tentu saja boleh Nak, mari. Sebaiknya kita bicara di ruang tengah saja. "

Ketiganya duduk di sofa yang berseberangan.

" Umi, Hasan minta maaf sebelumnya. "

Umi menganggul- angguk sambil tersenyum, berbeda dengan Raisya. Wajahnya sudah seperti mayat hidup, Ia takut Hasan akan berterus terang pada orang tuanya kalau dirinya punya kekasih yang sangat Ia cintai.

" Iya Nak, memangnya ada apa, kok minta maaf. "

" Begini Umi, Hasan dan juga Sya kan sudah menikah dan Sya sekarang sudah jadi tanggung jawab Hasan. Hasan hanya ingin bilang kalau besok Hasan akan ajak Sya kerumah baru kita. "

Hasan melirik Sya sebentar, Umi nampak sedikit shock. Beliau memang sudah tau kalau hal ini pasti akan terjadi, tapi tidak menyangka akan secepat ini.

" Tapi Nak, kenapa secepat ini dan mendadak. Kan masih bisa lain waktu. "

Hasan nampak berpikir, Ia harus mencari cara agar bisa keluar dari rumah mertuanya sebelum kekasihnya merajuk dan tidak ingin menemuinya lagi.

" Ini bukan mendadak Umi, tapi memang ini sudah Hasan persiapkan dari dulu. Rumah itu memang Hasan bangun untuk keluarga kecil Hasan sesudah menikah Umi, Hasan ingin merasakan menjadi kepala keluarga dengan menghidupi keluarga kecil Hasan. Maaf Umi kalau membuat Umi merasa tidak nyaman. "

Mendengar penjelasan Hasan, Umi pun tersenyum. Ia bisa memaklumi apa yang di maksud Hasan.

" Iya Nak, tidak apa- apa. Kalian bisa pindah besok, malam ini tidurlah disini. "

Hasan bernafas lega karena !rencananya pindah rumah berhasil.

Terpopuler

Comments

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

dasar laki laki egois pengen pindah rumah cuma demi kekasihnya, kasihan Raisya.

2023-07-26

0

🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ

🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ

Raisya bener-bener istri yang Sholehah, ia bisa menutupi aib suaminya 😊

2023-07-04

0

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

Hasan Hasan masih saja mau mendengarkan perkataan Lusi, padahal Lusi merencanakan ini semua agar dia bisa menjebakmu untuk diajak berhubungan intim. Dasar Hasan bucin gila

2023-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!