Raisya yang mendengar pertanyaan Umi hanya tersenyum, sebagai seorang Istri yang baik, Ia akan ikut apa yang dikatakan suaminya.
" Raisya terserah Mas Hasan saja Umi. "
Hasan segera menyudahi makannya, Ia meneguk air dalam gelas yang ada di hadapannya.
" Hasan selesai Umi, Ayah. Kamu siap- siap sya, kita pulang hari ini. "
Hasan berdiri dan meninggalkan meja makan, meninggalkan semua yang menatapnya aneh. Raisya menyunggingkan senyum pada mertunya karena merasa tidak nyaman, Ia juga membantu merapikan meja makan dan mencuci piring kotor bekas mereka sarapan pagi.
" Pergilah Nak, Hasan pasti menunggumu. " Pinta Umi.
Benar saja di kamar Hasan sudau menunggu Raisya dengan perasaan dongkol yang Ia coba tahan.
" Kamu dari mana saja, ini sudah jam berapa. Aku bisa telat bekerja. "
Raisya enggan membantah, Ia mengambil tas kecilnya dan juga handphone nya yang ada diatas nakas.
Karena memang mereka datang malam tadi tidak membawa apapun, selain tas kecil yang memang selalu menemaninya setiap akan bepergian.
" Umi, Ayah, Ajeng, Sya pamit dulu ya. "
Raisya menyalami ketiganya, Ayah dan Ibu dari suaminya serta satu Adik perempuan suaminya.
" Mas. " Bisik Raisya pada suaminya yang tak kunjung menyalami tangan kedua orang tuanya.
Hasan dengan malas berpamitan pada kedua orang tuanya dan juga si bontot, Ia nampak lebih akrab pada si bontot di banding Ayahnya.
" Maafkan Sya Umi, kalau Sya ada salah selama disini. Jaga kesehatan Umi, kalau ada apa-apa jangan segan- segan buat telpon Sya atau Mas Hasan. Kami berdua akan selalu ada untuk Umi, Ayah dan juga kamu Ajeng. Belajar yang rajin ya, kalau perlu sesuatu bilang ke kakak ya, atau bisa langsung kerumah Kakak, Ok. "
Husein, Umi dan Ajeng melepas kepergian Raisya dengan senyum bahagia.
" Semoga kamu sabar Sya, dan bisa meluluhkan hati si gunung es itu. " Batin Umi yang ternyata itu juga yang di harapkan Ayah Husein.
Raisya masuk dan duduk di depan, mobil melaju tanpa ada percakapan sama sekali. Tiba-tiba ponsel Hasan berdering.
" My lovely. " Nama yang tercantum di depan layar.
Raisya sempat membacanya dan bingung namun lagi- lagi Ia enggan membahasnya.
" Iya sayang. "
Jantung Raisya berdegub kencang mendengar panggilan Suaminya pada seseorang di seberang sana, ingin bertanya namun enggan.
" Ini baru mau pulang dari rumah Umi, memang kenapa sayang. "
Hasan mendengarkan apa yang di ucapkan kekasihnya seraya melirik Raisya, Ia baru sadar kalau ada orang lain saat ini sedang bersamanya.
" Iya sayang, Mas sedang bersamanya. "
Suara Hasan memelan tidak seperti sebelumnya yang menggebu-gebu.
" Ya nggak mungkin lah, baiklah Mas akan jemput kamu. Kamu tunggu di tempat biasa. "
Raisya mengalihkan pandangannya keluar jendela, menikmati pemandangan di pagi hari. Mobil kembali melaju dengan kecepatan normal, dan Hasan sudah mengakhiri sambungan telponnya dengan kata-kata yang menyesakkan dada.
" Dia kekasihku, maaf. Karena kamu sudah tau jadi tidak ada salahnya aku memberitahu yang sebenarnya, aku mencintainya. Sangat mencintainya, Dia wanita satu- satunya yang aku cintai setelah Umi dan Ajeng. Jadi aku minta kamu untuk tidak mempermasalahkan ini, aku tau pernikahan kita ada karena perjodohan. Jadi aku rasa kamu tidak berhak mencampuri perasaan ku padanya, karena bagaimana pun juga Dia hadir lebih dulu di banding kamu. "
Raisya hanya mengangguk pelan, Ia masih tetap memandang keluar. Hatinya berkecamuk, rasa sakit muncul tiba-tiba seakan ingin menggerogoti hatinya. Sungguh Ia tidak tau kalau suaminya punya kekasih yang sangat dicintainya.
Mobil berhenti di pinggir jalan, Raisya yang masih menatap keluar mendadak bingung karena berhenti sebelum sampai di tujuan.
" Sayang, beybe...... aku merindukanmu. "
Pendengaran Raisya menangkap sesuatu yang terdengar mesra dan setelah menoleh Ia terkejut melihat suaminya berpelukan di depan matanya sendiri.
" Maaf Sya, sepertinya kamu turun disini saja. Banyak taksi dari sini, kamu bisa naik taksi sampai kerumah. "
Raisya nampak bingung dan enggan keluar, hingga Lusi berlalu cepat dan membuka pintu mobil, dimana Raisya duduk.
" Apa kamu budek ya, kamu tidak dengar kekasihku ngomong apa. Apa mau aku seret keluar. " Bentak Lusi.
Akhirnya Raisya pun keluar masih dengan perasaan bingung dan nampak linglung karena masih tidak mengerti dengan semua yang terjadi.
" Gitu dong, lama amat. Hust- husttt sana pergi. " Usir Lusi seperti mengusir Ayam.
Raisya mandangi mobil yang meluncur meninggalkannya, Ia melangkah pelan menelusuri jalan Ibukota. Ternyata jalan yang Ia lalui melewati supermarket, Ia mampir untuk berbelanja bahan makanan disana.
Raisya memilih beberapa bahan yang bisa Ia olah sebagai hidangan yang lezat, daging dan juga sayur mayur. Ketika akan membayar Ia lupa kalau dompet nya tertinggal dirumah, bahkan suaminya juga tidak memberinya uang tadi, untung saja Ia punya aplikasi di ponselnya yang bisa Ia gunakan untuk membayar semua barang belanjaannya.
" Mbak, maaf saya lupa bawa dompet. Bisa saya bayar melalui dana, maksudnya dari dana saya, saya kirim ke rekening disini. "
Mbak tersenyum dan mengangguk, laku menyebutkan nomor yang diminta Raisya.
" Baik Mbak, terima kasih sudah berbelanja di tempat kami. Ini ada souvenir buat Mbaknya, semoga Mbak senang dan jangan jera buat belanja lagi disini. "
Raisya menerima pemberian dari petugas kasir yang ternyata isinya adalah coklat kesukaannya.
Setelah selesai semua, Raisya memutuskan pulang kerumah. Ia menghentikan taksi karena jarak rumahnya yang masih cukup jauh, tidak mungkin Ia jalan kaki dengan barang bawaan yang berat di tangannya.
" Tunggu sebentar ya Pak, saya ambil dulu uangnya. "
Supir taksi pun mengangguk, Raisya masuk kerumah dan kembali beberapa menit kemudian.
" Kembaliannya buat Bapak saja, buat belanja anak- anaknya di rumah. "
Supir menerimanya dan terkejut, Raisya menyerahkan uang satu lembar uang seratus ribu sedangkan ongkos taksinya hanya tiga puluh ribu.
" Tapi Mbak, ini banyak banget kembaliannya, apa tidak masalah. " Tanya Si supir.
" Tidak apa- apa Pak, nggak jadi masalah. Semua jadi masalah kalau Bapak tidak mau menerimanya. "
Supir sangat bersyukur, sejak subuh Ia memutari kota belum ada satu pun penumpang yang Ia dapat. Padahal hari ini dirumahnya sedang kekurangan beras, untuk sekedar mereka makan sekeluarga hari ini.
" Ya Allah Mbak, alhamdulillah. Makasih, semoga rezeki Mbaknya selalu di lancarkan, semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga Mbak, Aamiin. "
" Aamiin ya robbal alamiin, makasih Pak. Do'a yang sama juga buat Bapak. "
Raisya merasa hatinya plong setelah memberi hari ini, entah mengapa hatinya sebahagia ini. Ia kembali kerumah dan menata semua barang belanjaannya kedalam kulkas.
" Ya sudah Raisya, jangan sedih. Jalanilah semuanya, InsyaAllah pilihan Umi dan Ayah tidak akan pernah salah. Mungkin saat ini suamimu masih salah jalan, perlahan saja semoga hatinya terbuka untukmu. "
Raisya menyemangati dirinya sendiri, saat ini hanya itu yang mampu Ia lakukan. Dari pada berpikir yang bukan- bukan malah membuatnya sakit hatihati, meskipun tidak bisa Ia pungkiri bahwa pengakuan Hasan pagi ini membuat perasaannya sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
huff tega bener tuh suamimu sya, masa di turunin di tengah perjalanan sih mana nyuruh naik taksi lagi😤
2023-07-26
0
🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ
Astaghfirullah tega bener nih laki ya masa iya diturunin dipinggir jalan 👿
meskipun kamu nggak cinta harusnya hargailah dia sebagai wanita, apalagi dia istri sah mu loh, seenggaknya anterin pulang dululah sampai rumah 😠😠
2023-07-04
0
рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩
Iya Benar , Raisya. Memang suamimu saat ini sedang salah jalan, matanya masih tertutup cinta butanya pada Lusi. semoga secepatnya keburukan Lusi terungkap, agar Hasan menerimamu dengan tulus.
2023-07-04
0