Bab 4. Tawaran konyol

Arumi melihat Diana bersama dengan wanita lain, dia memicing dan terkejut ketika melihat pakaian yang Diana pakai. Ya, penampilan Diana terbilang sangat terbuka dan seksi. Arumi berjalan dengan cepat menghampiri Diana, perasaannya tidak enak karena Diana berada di tempat ini.

"Diana!" teriaknya tanpa melepaskan tatapan dari Diana.

Diana yang kala itu sedang tertawa, langsung menghentikan tawanya dan dia menelan ludah secara kasar.

"A—arumi?" gugupnya ketika melihat Arumi ada di klub Mami Eca.

Arumi telah sampai di hadapan Diana dan wanita seksi satunya. Dia melihat keduanya dengan tatapan heran.

"Diana, apa yang kau lakukan di tempat ini?" tanya Arumi meminta penjelasan.

"A—aku, aku ...." Ucapan Diana terputus karena wanita disebelahnya menjawab dengan cepat.

"Tentu saja dia berada disini karena pekerjaan." sahut sang teman dengan tegas.

Arumi tercengang, dia berpikir berarti selama ini, Diana telah membohonginya.

"Kau bohong padaku, Diana? Kau mengatakan jika dirimu bekerja di sebuah perusahaan swasta dan buktinya —," Arumi menggeleng. "Buktinya kau malah menjadi wanita penghibur."

"Arumi, maafkan aku. Aku tidak enak jika harus mengatakan pekerjaanku yang sebenarnya, aku malu." Diana menunduk.

"Diana, untuk apa kau malu?" tukas sang teman. "Baiklah, Arumi. Kau tau, kami menikmati pekerjaan kami ini. Bagaimana tidak, kami mendapatkan sesuatu yang kami inginkan dari para pelanggan. Tas branded, uang banyak, shopping sepuasnya, dan kepu*sa*n." senyum di bibir wanita itu merekah.

Arumi bergidik ngerih, dia menggelengkan kepala dan segera berlalu pergi tanpa berpamitan kepada Diana.

"ARUMI!" teriak Diana memanggil tetapi tidak dihiraukan oleh Arumi.

Susan— teman Diana, menahan tangan Diana agar tidak mengejar Arumi.

"Biarkan saja, lebih baik kita lanjutkan pekerjaan karena pelanggan sudah menunggu di dalam," keduanya masuk ke dalam klub sambil bergandengan tangan.

****

Satu bulan kemudian.

Arumi belum juga mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan, dirinya sudah masuk kuliah dan harus membayar uang semester. Dirinya benar-benar bingung ingin mencari uang kemana, bahkan uang hasil penjualan rumah sudah habis.

"Bagaimana ini?" Arumi duduk di pinggir jalan trotoar.

Dia tidak meminta bantuan kepada Diana karena dirinya masih sangat kesal dengan sang teman. Arumi melihat kendaraan yang berlalu-lalang, wajahnya yang cantik dan polos memuat siapapun tahu jika Arumi bukanlah wanita kota.

Sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan Arumi, pria yang mengendarai mobil itu berjalan menghampiri Arumi.

"Nona, apa yang sedang kau lakukan di pinggir jalan seperti ini?"

Sontak Arumi langsung mendongak dan dia kaget mendapati seorang pria yang sudah sangat dekat dengannya. Arumi pun segera berdiri, dia tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.

"S—saya hanya istirahat." jawab Rumi seadanya.

"Maaf jika aku mengagetkanmu." ujar sang pria.

"Tidak masalah! Kalau begitu, saya permisi." Arumi berlalu tetapi dia menjatuhkan sesuatu yang mana membuat pria itu mengejarnya.

"Nona, tunggu!" teriak sang pria membuat Arumi menoleh.

Pria itu segera mendekati Arumi. "Nona, kenapa Anda terburu-buru?"

Arumi hanya diam saja menatap pria itu dengan heran. ''Saya sedang ada urusan." tukasnya berbohong.

Dia hendak pergi tetapi pria itu dengan berani menahan tangannya.

"Aku menemukan ini, bukanlah itu milikmu?" pria itu meletakkan kertas peringatan kepada Arumi.

Arumi gugup, dia segera memasukkan kertas itu ke dalam kantong bajunya.

"Nona, apa Anda tidak punya uang untuk membayar uang sekolah? Buktinya, Anda mendapatkan surat peringatan seperti itu." tanya Arga dengan senyum smirk.

Ya, dia adalah Arga Wijaya, pria berusia tiga puluh delapan tahun yang menyandang status suami orang dan telah memiliki satu orang anak berusia enam tahun. Arga ialah seorang pengusaha besar, usahanya ada dimana-mana dan dia selalu bekerja di luar kota mengurus perusahaannya sendiri. Hal itu membuat Arga haus akan belaian seorang wanita, dirinya kerap kali membayar wanita penghibur untuk memu*as*kan has*rat*nya.

"Anda salah, Tuan!'' titah Arumi tegas.

"Nona, jangan pergi! Anda tidak perlu berbohong. Saya bisa membantu Anda untuk melunasi semua biaya sekolah tetapi dengan satu syarat.'' pancing Arga membuat Arumi penasaran.

Arumi menatap Arga dengan lekat, dia memang butuh sekali uang itu.

"Apa syaratnya?" tanya Rumi tanpa rasa curiga.

Arga tersenyum lebar. ''Kau harus menjadi partner ranjangku, kapanpun aku membutuhkan, kau harus bersedia dan ada untukku. Bagaimana?"

Arumi menggeleng, dia memundurkan sedikit tubuhnya dari hadapan Arga.

'Ini gila, ini benar-benar gila!' pungkas Rumi dalam hati. 'Tetapi, jika aku tidak menerima tawaran pria ini, maka aku tidak akan bisa membayar uang sekolah dan pasti di keluarkan dari universitas itu. Astaga, kenapa sangat rumit sekali?' lanjutnya.

"Bagaimana, Nona? Ya, kau tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan,'' Arga mengeluarkan selembar kertas kecil. "Ini kartu namaku dan kau bisa menghubungiku jika kau setuju dengan persyaratan yang aku berikan. Kau akan mendapatkan apa pun yang kau inginkan jika dirimu mau menerima syarat dariku ini." ujar Arga pasti dengan senyum mengembang.

Arga pergi meninggalkan Arumi yang terlihat masih berpikir keras.

"Arga Wijaya." ucap Arumi setelah mengeja nama yang ada di kertas itu.

Dia memasukan kertas tersebut ke dalam kantung baju dan akan memikirkan ucapan Arga nanti.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!