Bab 2. Pergi ke Ibu kota

Keesokan harinya.

Arumi izin tidak masuk kuliah dan dia juga libur bekerja. Wajahnya masih terlihat lebam, dia tidak ingin banyak pertanyaan dari teman atau pun yang lainnya. Dia terduduk di atas ranjang, melamun memikirkan kejadian tadi malam.

Arumi merasa Tuhan tidak adil karena sudah membuat hidupnya hancur. Rumi mengambil ponsel yang ada di atas meja, dia menghubungi salah seorang teman.

"H—halo, Diana." sapa Rumi lirih ketika panggilan tersambung.

Terdengar suara seorang wanita di seberang sana yang bertanya tentang keadaan Rumi. Dia tahu jika saat ini Arumi sedang dalam masalah karena terdengar dari nada bicaranya.

"A—aku sedang dalam masalah. Aku saat ini membutuhkan teman curhat." ucap Rumi.

📱"Rumi, apa yang terjadi? Ayo, katakan padaku!"

"Di, tadi malam aku di perk*sa. Kehormatan yang telah aku jaga mati-matian kini sudah hancur di tangan iblis itu," curhat Rumi yang hatinya telah hancur berkeping-keping.

Sontak hal itu membuat Diana kaget, dia benar-benar syok mendengar kejujuran dari mulut Rumi.

📱"Siapa yang sudah melecehkanmu? Katakan padaku, Rumi! Aku akan membuat perhitungan kepada mereka." tegas Diana tidak terima.

"Aku, aku tidak mengenal mereka karena kejadian itu sewaktu aku pulang bekerja dan keadaan sudah malam. Aku tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah mereka," isak Rumi membuat Diana mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

📱"Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"Aku ingin menyusulmu, aku tidak ingin tinggal di kota ini lagi."

Diana terdiam sejenak, dia takut jika Rumi datang ke Ibu kota pasti dirinya akan terjerat dengan para pria seperti Diana saat ini. Demi uang yang banyak, fasilitas terjamin, kehidupan tidak takut kekurangan, Diana akhirnya mau menjadi seorang wanita penghibur.

Dia adalah sahabat Rumi, mereka sama-sama anak yatim-piatu tetapi Diana tidak melanjutkan sekolahnya sementara Arumi memutuskan untuk melanjutkan pendidikan.

📱"Baik, kau datanglah kesini dan hubungi aku jika kau sudah sampai." ucap Diana tulus, dia ingin mencarikan pekerjaan untuk Arumi.

Sambungan pun terputus.

"Huft, aku tidak mungkin menjerumuskan Arumi ke dalam lembah hitam sepertiku ini. Tetapi, dia harus bekerja apa jika sudah ada disini?" Diana bingung sendiri memikirkan nasib sahabatnya itu.

🌺🌺🌺🌺

Keesokan harinya.

Arumi sudah mengirimkan surat perpindahan sekolah dan pengunduran diri dari tempat kerjanya. Dia akan melanjutkan sekolah di ibukota sambil mencari pekerjaan disana.

Rumi telah berada di dalam bus menuju ibukota, dia bahkan telah menghubungi Diana dan mengatakan jika dirinya sampai disana sekitar pukul empat sore. Rumi sudah membawa semua pakaian, kunci rumah, dan barang-barang berharga lainnya.

Empat jam kemudian.

Sampailah Rumi di Ibukota J, dia mengedarkan pandangan karena belum melihat Diana.

"Apa Diana lupa jika harus menjemputku saat ini?" gumam Rumi seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Penampilan polosnya membuat Rumi terlihat dari luar kota.

Tak lama kemudian, sebuah mobil sedang bewarna merah berhenti tepat di depan Rumi. Dia segera berdiri karena takut jika pengendara mobil itu adalah orang jahat. Namun, seketika senyumnya terbit saat dia melihat Diana turun dari mobil itu.

"Di, akhirnya kau datang juga," sorak Rumi senang dan keduanya pun saling berpelukan.

"Apa kau sudah lama menungguku? Astaga, maafkan aku. Jalanan cukup macet, jadi aku terlambat sampai di halte." ucap Diana merasa tidak enak hati.

"Aku sampai sekitar setengah jam yang lalu. Sedari tadi aku menghubungi ponselmu tetapi kau tidak menjawabnya."

Diana mengerutkan dahi, lalu dirinya melirik pria di belakangnya.

Arumi baru menyadari jika Diana sedang bersama seorang pria.

"Diana, siapa dia?"

Diana tergagap. "D—dia, dia kekasihku." lanjutnya berbohong.

Pria tampan nan gagah yang ada di belakang Diana segera mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Arumi.

"Perkenalkan, saya Ilham." ujar pria tampan yang usianya berkisar empat puluh tahun.

"Arumi," balas Rumi seraya membalas jabatan pria tersebut.

Arumi heran karena kekasih Diana lebih cocok menjadi om bagi mereka.

"Ya udah, kalau gitu kita langsung ke hotel saja. Rumi, aku belum mendapatkan kos-kosan untukmu. Jadi, untuk sementara waktu, kau akan tinggal di hotel terlebih dahulu."

"Kenapa harus dihotel? Aku tidak akan mungkin sanggup membayar —" ucapan Rumi terpotong karena Diana menarik lengan Rumi.

''Tidak perlu memikirkan bayaran, kau cukup tinggal disana dan jangan pikirkan apa pun."

"Kenapa aku tidak tinggal bersamamu saja?"

Seketika langkah Diana langsung terhenti, dia menatap Rumi dan tersenyum tipis.

"Arumi, Sayang. Maafkan aku jika kau tidak bisa tinggal bersamaku, kos-kosan milikku penuh dan tidak menerima anak baru lagi," sahut Diana memasang wajah melas dan sedih.

"Sudahlah, kalau begitu aku akan tinggal di hotel saja," putus Rumi sambil berjalan mendahului Diana.

Diana melirik Ilham yang masih setia di sampingnya.

"Apa dia pekerja baru di Klub Mami?" tanya Ilham pada Diana.

"Bukan! Dia datang ke kota ini untuk mencari pekerjaan, aku harus membantunya tetapi aku tidak mungkin mengajak dia untuk terjun ke dunia malam." ujar Diana bingung.

"Kenapa tidak? Dia sangat cantik, bodynya cukup bagus, aku yakin jika akan banyak pria yang memesannya dan dia pasti akan mendapatkan uang banyak. Apa dia masih virgin?" tanya Ilham, mereka berdua berjalan sambil mengobrol.

"Dia korban pele*cehan." jawab Diana sedih.

Ilham hanya mengedikkan bahu, mereka dapat melihat jika Arumi sudah menunggu di samping mobil.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!