Iko menoleh cepat ke arah Nana yang duduk di sampingnya. "Maksudmu, wanita?" Iko memastikan.
Nana mengangguk. Gadis berambut pendek itu menunjukkan aura kecemburuannya kepada Iko. Saat itu juga Iko tersadarkan dengan maksud pertanyaan Nana.
Iko menggelengkan kepala. "Tidak ada. Aku hanya fokus pada satu tujuan dan satu wanita. Dan wanita itu adalah dirimu. Kau yang telah menungguku. Dan aku sangat menghargai itu." Iko menuturkan.
Nana jadi terharu mendengar perkataan Iko. "Aku percaya padamu jika kau masih Iko yang dulu. Maka jangan kecewakan aku." Nana meminta.
Iko mengangguk. Ia kemudian menarik Nana agar merebahkan kepala di bahunya.
"Kita sudah terbiasa susah senang bersama, Nana. Dan aku harap kita juga akan bahagia bersama. Percaya padaku." Iko menggenggam erat tangan Nana.
Nana tersenyum. Ia merasakan ketenangan setelah penantian panjangnya. Nana pun merebahkan kepalanya dengan tenang di bahu Iko, pria yang ditunggunya selama sepuluh tahun terakhir ini. Iko pun berjanji akan membahagiakan Nana selamanya.
"Mulai hari ini tinggallah di sini. Aku juga jarang ada di rumah. Kau bisa memanfaatkan semua fasilitas yang ada. Tapi, jangan pernah bongkar identitasku kepada siapapun. Aku percaya padamu." Iko berpesan.
Nana mengangguk. Ia pun memeluk Iko dengan erat. Pelukan sayang yang selama ini ia dambakan. Burung-burung yang berkejaran di angkasa pun menjadi saksi ketenangan dua insan dalam menjalin hubungan. Iko dan Nana berniat bersama selamanya.
Malam harinya...
Sunyi senyap keadaan apartemen Iko di malam ini. Tampak Nana yang sendirian di sana, tanpa Iko yang menemani. Nana pun mulai harap-harap cemas dengan keadaan Iko saat ini. Sudah hampir pergantian hari Iko belum juga pulang ke apartemennya. Pikiran Nana jadi ke mana-mana.
Dia berangkat tadi sore, tapi sekarang belum pulang. Apakah dia sedang menjalankan misi?
Nana menyadari jika pekerjaan Iko tidaklah mengenal waktu. Ia juga tahu konsekuensi dari pekerjaan itu sangatlah tinggi. Nana pun berusaha sekuat mungkin untuk menjaga rahasia Iko. Karena Iko telah percaya kepadanya. Namun, malam pertama di apartemen Iko ini begitu terasa berbeda dan membuatnya gelisah. Hingga jam berganti Nana pun belum bisa memejamkan matanya.
Nana mencoba menonton TV, tapi saat sampai pukul satu dini hari, ia belum bisa tertidur juga. Hingga akhirnya ada seseorang yang memencet bel apartemennya. Nana pun bergegas menuju pintu untuk membukakannya. Ia mengintipnya terlebih dahulu dari kaca pembesar yang ada di sana. Dan ternyata yang datang adalah...
Dia pulang!
Nana lekas membukakan pintu apartemennya. Dan terlihatlah seorang pria dengan wajah yang awut-awutan. Iko datang dengan aroma alkohol yang menyengat dari mulutnya.
"Astaga, Iko!" Nana pun segera membantunya masuk ke dalam.
"Kau belum tidur? Hah, ya. Aku baru saja selesai transaksi," kata Iko setengah sadar.
Nana pun segera menutup pintunya lalu menguncinya dari dalam. Ia kemudian merebahkan Iko di sofa tamu apartemen. Iko pun mulai melemaskan badannya setelah memastikan sudah kembali ke apartemen. Ia melihat Nana sudah ada di sampingnya.
Dia ini mabuk. Apakah memang seperti ini gaya hidup orang di ibu kota?
Nana segera melepas sepatu dan jaket yang Iko kenakan. Ia mengambil air hangat untuk dikomprekan ke wajah Iko. Tak lama Iko pun mulai tersadarkan dari setengah mabuknya. Ia kemudian memegang tangan Nana yang mengompres wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments