...Kenapa dia selalu menatapku dengan tatapan menakutkan? ...
...Setiap kali aku makan, setiap kali aku mengambil jajan, setiap kali aku nonton TV, dia selalu menatapku dengan tatapan menakutkan, seperti aku punya salah besar,...
...Padahal aku tidak nakal, padahal aku selalu nurut kalau disuruh, padahal aku selalu rajin sekolah dan belajar, tapi kenapa dia selalu melihatku seperti membenciku? ...
...Ibu, aku rindu Ibu, kenapa Ibu pergi dari rumah? Kenapa Ibu tidak mengajakku? ...
...Ibu di mana? Aku ingin ke tempat Ibu, aku ingin pergi ke rumah Ibu yang baru....
Tampak Fredi mengerutkan keningnya saat membaca buku harian milik Amelia,
Ya Amelia, tampaknya dia adalah gadis kecil yang malang, yang mencurahkan isi hatinya atas hidupnya yang tak bahagia, begitulah Fredi berpikir,
Sementara itu, mobil masih terus meluncur, ini sudah tiga jam lebih sejak Fredi tadi pergi membeli gorengan untuk ia nikmati sebagai sarapan dalam perjalanan,
Jalan tol masih terbentang lurus ke depan, perkiraan dua jam lagi Fredi baru nanti akan sampai di kota yang ia tuju,
Rencananya Slamet, si kawan media sosialnya akan menjemput menggunakan sepeda motor di titik yang telah ditentukan sebagai tempat Fredi turun dari travel,
Sebuah toko oleh-oleh khas Brebes di mana pastinya telor asin dan bawang lah yang akan menjadi raja dan ratunya di sana,
Ya, Brebes, kota yang belum pernah Fredi singgahi meskipun konon banyak makanan enak di sana,
Slamet adalah penduduk asli Brebes, hanya saja ia tinggal bukan di kotanya, melainkan masuk ke perkampungan yang jauh di mata, perkampungan yang masih asri dan tak tersentuh hingar-bingar kemajuan jaman yang terkadang membuat manusia hidup tak nyaman,
"Baca apa sih Mas, serius amat dari tadi?"
Tiba-tiba saja sang Driver bertanya, membuat Fredi yang pikirannya sedang melalang buana melewati lembah, gurun pasir dan mengarungi samudra akhirnya terkesiap,
"Ya, gimana Bang?"
Fredi meminta diulang pertanyaannya si Driver karena telinganya hanya menangkap bagian pucuk kalimat si Driver,
Driver travel tampak tersenyum, ia tentu saja bisa maklum dengan Fredi yang memang sepanjang jalan sejak naik ke mobil dan menghabiskan beberapa potong gorengan dan kopi, Fredi tampak langsung sibuk membaca buku,
"Itu, baca buku apa sampai serius sekali,"
Kata sang Driver akhirnya mengulang, tampak Fredi nyengir jadinya mendengar pertanyaan Driver, karena jelas buku yang ia baca bukan buku penting sebetulnya, bahkan harusnya tidak sopan membacanya,
Tapi, Fredi entah kenapa begitu tertarik dengan buku harian dengan sampul bergambar kartun gadis berambut kuning yang sedang memegang permen warna-warni,
"Oh ini Bang, hanya buku coretan anak-anak saja, tadi penjual gorengan yang kasih, katanya daripada dibuang,"
Tutur Fredi akhirnya, sambil menunjukkan sampul buku harian milik Amelia,
Sang Driver melirik sekilas melihat ke arah sampul buku harian yang ditunjukkan Fredi,
"Oh Candy,"
Kata sang Driver,
"Candy?"
Fredy bertanya-tanya,
Driver travel yang sudah kembali fokus mengemudi tampak mantuk-mantuk,
"Dulu adik perempuan saya itu penggemar Candy, apa saja selalu Candy,"
Kata Driver travel,
"Kartun,"
Kata Fredi sambil meletakkan buku harian milik Amelia ke atas pangkuannya,
"Ya Mas, kartun, jaman kami dulu masih kecil, ya kalau saya memang sudah SMP, tapi saya masih ingat itu adik saya selalu meminta Ibu beli buku dan tas yang gambar Candy,"
Sang Driver tampak mengenang,
"Tahun berapa itu Bang?"
Tanya Fredi,
Selama ini ia tidak terlalu tahu kartun, karena seingatnya juga saat masih kecil, ia hanya tahu Doraemon saja, andai kata pun ada kartun lain, paling Tom And Jerry, dan juga Sinchan,
"Wah sudah lama sekali Mas, pokoknya tahun sembilan puluhan lah,"
Ujar sang Driver,
"Wah lama sekali kalau itu mah Bang, saya saja lahir tahun dua ribu tiga,"
Kata Fredi,
Sang Driver pun jadi terkekeh,
"Iya Mas, sebelum panjenengan lahir itu kartun terkenalnya, hahaha..."
Fredi pun tampak menatap sampul buku harian di tangannya lagi, yang kini hati Fredi pun seketika jadi bertanya-tanya tentang si Amelia,
Dalam buku itu begitu banyak coretan tangan Amelia yang rapi, namun sayangnya memang gadis itu sama sekali tak menuliskan hari dan tanggalnya saat menulis, hingga Fredi pun tak tahu jika buku itu milik Amelia yang hidup di tahun berapa, dan juga di mana si Amelia itu berada,
Berbeda dengan buku harian yang dulu kadang Fredi tulis juga, yang selalu ia cantumkan di mana ia saat itu sedang tinggal, bahkan hari dan tanggal juga ia catat,
Mobil terus meluncur, di kursi belakang tampak keluarga dengan lima anak tertidur pulas,
Di luar hujan gerimis turun mengiringi perjalanan Fredi menuju kota Brebes,
Liburan, aku menuju mu, begitu lah Fredi semakin bersemangat tatkala akhirnya mobil masuk tol Pejagan,
"Sebentar lagi saya turun kan Bang?"
Tanya Fredi dengan wajah lega,
Tampak driver travel menganggukkan kepalanya,
"Ya Mas, sebentar lagi kita sampai di Brebes, Mas mau turun di mana?"
Tanya driver travel,
"Oh saya nanti turun di toko oleh-oleh Bang,"
Kata Fredi yang lantas menyebutkan nama toko yang dimaksud,
Toko oleh-oleh yang katanya paling terkenal di kota itu, yang memang dipilih Slamet untuk memberikan titik pertemuan mereka,
"Oh ya ya oke, nanti saya antar ke sana,"
Ujar driver travel,
Fredi pun lantas beralih sibuk memasukkan buku harian Amelia ke dalam ransel, mengganti mengambil hp untuk memberikan kabar pada Slamet,
Broder, aku sudah di titik temu ini, lagi makan tahu aci.
Begitulah tampak pesan singkat Slamet, si kawan media sosial Fredi, yang tak lupa Slamet juga menambahkan fotonya yang berada di depan toko oleh-oleh tempat mereka janjian, pun juga tak lupa foto tahu aci yang menggoda selera Nusantara,
Kawan yang sejatinya baru dikenalnya, tapi anehnya seperti sudah lama saling kenal,
Boleh juga tahu aci, sisakan buat aku, sebentar lagi aku sampai.
Tulis Fredi membalas pesan Slamet,
Tak butuh waktu lama, Slamet pun membalasnya dengan gambar ibu jari, dan juga sebuah pesan pula,
Oke broder, ditunggu, Emak dan Nining sudah masak istimewa untuk menyambutmu.
Wah, mantap, asiap.
Balas Fredi lagi semangat,
Yah, tentu saja Fredi semangat membaca soal Emaknya Slamet yang sudah masak, karena perutnya kini sudah terasa mulai keroncongan, seolah menuntut diisi nasi anget,
"Ke Brebes ke tempat saudara apa Mas?"
Tanya Driver travel pada Fredi yang kini memasukkan hp nya ke dalam tas ranselnya lagi,
"Ke tempat teman Bang, tapi sudah kayak saudara juga sih,"
Sahut Fredi,
Sang Driver pun mantuk-mantuk,
"Ya bener Mas, saudara itu bisa dari mana-mana kok, tidak harus yang ada hubungan darah,"
Kata sang Driver,
"Ya Bang, benar,"
Fredi pun mengangguk setuju.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Irma Tjondroharto
teman rasa sodara... itu banyak karena kadang sodara gak da rasa sodaranya...
2023-03-11
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kartun pavorit aku tuh
2023-03-11
1
Susan
dulu juga suka sm cerita Candy
2023-03-11
0