Reno menatap nanar punggung Tiara yang sudah berlalu pergi menjauh.
"Tiara ...." Cuma kata itu yang mampu di ucapkan.
Sebenarnya jauh di dalam hatinya masih ada cinta untuk Tiara namun dia engan untuk mengejar sang kekasih.
Mungkin karena pergaulan Reno dengan beberapa orang membuatnya jadi seperti ini, Reno sedikit berubah, dirinya yang sekarang memandang orang dengan gaya berpakaian serta barang-barang branded jadi tolak ukur pergaulan nya dan cara dia mencari teman-teman untuk sekedar berkumpul.
Reno teringat dia sering di ledek teman-teman nya saat datang membawa Tiara dan hal itulah yang membuat dia bosan melihat tampilan Tiara yang itu-itu saja berbeda dengan teman perempuan nya saat ini begitu modis dan membuat lelaki menatapnya dengan takjub.
Tiara juga membosankan menurutnya karena untuk berpegangan tangan dengan nya saja harus merayu nya bahkan memohon terlebih dahulu sedangkan banyak wanita yang dengan rela melemparkan tubuh mereka tanpa bujuk rayuan.
"Mas Reno tenang saja, masih ada aku disini," bujuk Desi mengelus tangan Reno dengan manja.
Reno terdiam tak menanggapi ucapan Desi.
"Ayo mas kita masuk," ajak Desi mengandeng tangan Reno masuk, namun diam-diam Desi tersenyum licik memandang ke arah Tiara yang sudah berlalu menjauh.
***
Tiara melangkahkan kakinya berjalan keluar kompleks perumahan itu.
"Hiks hiks hiks hiks hiks, kenapa kamu tega berbicara seperti itu," lirih Tiara.
"Semangat Tiara jangan sedih, ingat masih ada bapak dan ibu di kampung yang sayang sama kamu," kata Tiara menyemangati diri sendiri.
Meskipun mencoba tegar namun Tiara merasakan sakit hati meskipun dia tak melihat sang kekasih berciuman, atau yang lebih parahnya lagi adalah berhubungan badan namun Tiara merasa terluka mendengar ucapan Reno yang mengatakan bosan dengan nya.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, dasar brengsek," lirih Tiara terisak sambil mengumpat Reno yang telah dia putuskan tadi.
Tiara pun mengusap air matanya dengan kasar.
Tiara membelokkan kakinya menuju ke arah taman yang tak jauh dari sana. Tiara duduk di salah satu panggung menatap lurus ke depan, Tiara menatap sekeliling di atas menemukan seseorang pun di sana.
"Kak cantik, mau beli minum tidak?" Kata kata seorang anak kecil yang menawarkan dagangannya.
"Berapa yang ini?" Tanya Tiara menatap anak yang mungkin berusia 9 tahun.
"5 ribu kak," jawab anak itu.
Tiara mengambil tempat yang ada di tasnya dan mengeluarkan uang 5 ribuan yang ada di sana.
"Terima kasih kak," kata pedagang kecil itu.
"Iya sama-sama," jawab Tiara tersenyum.
Tiara membuka tutup botol itu, dia meminum habis minuman itu dalam sekali teguk karena kesal.
Tiara menatap sekeliling, tak menemukan tempat sampah di sekitarnya namun matanya menatap tempat sampah yang ada cukup jauh, kakinya begitu malas untuk berjalan.
Tiara memutuskan untuk melempar botol kosong itu.
Plukkkk.....
"Aduuuhhh..." Pria itu mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"Ha..." Tiara begitu kaget dibuatnya, dia tak menyangka bobo yang dilempar mengenai seseorang yang duduk tak jauh dari setempat sampah itu.
"Woeeee... Siapa nih yang melempar ini," teriak pria tampan itu dengan murka.
"Ha tuh kan pria tadi, aduh apes bin sial nih ceritanya sampai bisa bertemu dengan pria itu lagi, aku harus cepat kabur dari sini," kata Tiara pada dirinya sendiri.
SREEEEK (Tiara berlari kencang)
Ya Tiara memilih kabur meninggalkan tempat itu, dia tak ingin berurusan dengan pria itu untuk kedua kalinya, dia ingin menenangkan hati nya yang sedang patah hati bukan menambah kekesalan.
"Hos hos hos hos hos hos hos.... Akhirnya aku bisa kabur, semoga saja tuh orang gak lihat aku, he he he he he he," kata Tiara sambil terkekeh membayangkan wajah pria itu pasti sedang marah-marah tak jelas.
"Ah sebaiknya aku pulang, huuu daripada nanti kena masalah. Apalagi mood ku sedang jelek gara-gara kejadian tadi daripada nanti aku sial terus mending pulang," guman Tiara.
Sedangkan pria tampan itu bersungut-sungut kesal sedari tadi.
"Aaahhh.... Siapa sih tuh perempuan, bisa-bisanya dia melempar botol kosong terus kabur? Huuu awas saja kalau ketemu, ku beri kamu pelajaran," kata pria tampan itu bersungut-sungut kesal.
"Bos..." Lirih Beni merasa binggung saat melihat raut wajah bos nya yang tak bersahabat.
"Kamu dari mana sih, lama banget," kata Alex berkacak pinggang menatap horor Beni yang tak lain asistennya itu.
"Ma-af bos tadi kan bos nyuruh aku cari ojek karena bos lelah berjalan kaki," jawab Beni menundukkan kepalanya.
"Kamuuuu....! Gara-gara kamu hari ini aku sial 2 kali, tadi pagi aku di tabrak cewek bar-bar terus tadi aku di timpuk cewek aneh yang langsung kabur tanpa meminta maaf," grutu Alex menyalahkan semuanya kepada Beni.
"Lho kok saya bos, saya kan tidak tahu apa-apa," jawab Beni dengan binggung.
"Ya kamu yang salah, memangnya siapa lagi kalau bukan kamu, kamu yang maksa aku cek proyek yang ada di sini," kata Alex melotot.
"Iya in ajalah daripada tidak keluar-keluar tuh ngomelnya," grutu Beni dengan suara kecil namun masih tetap di dengar oleh Alex.
"Apa kamu bilang?" Tanya Alex melotot.
"He he he he he, tidak kok bos," elak Beni cengengesan.
"Awas kalau kamu berani membatah lagi, bulan depan gaji kamu tinggal separuh," ancam Alex.
"Ya jangan dong bos, kapan nikahnya kalau gajian di potong. Mana mamak sudah nyuruh cari istri lagi," kata Beni memelas.
"Itu sih urusan mu, bukan aku," jawab Alex cuek.
'Dasar mentang-mentang bos seenaknya saja main potong gaji,' grutu Beni dalam hati nya.
'Nasib-nasib jadi bawahan, dikit-dikit potong gaji,' grutu Beni di dalam hati nya.
Alex pun kesal melangkahkan kakinya, namun setelah itu dia berhenti karena mengingat sesuatu. Alex pun berbalik menatap ke arah Beni sang asisten.
"Mana ojek nya?" Tanya Alex.
"Ti-dak ada bos," jawab Beni sedikit takut.
Alex melotot menatap kesal Beni, bisa-bisanya waktu libur nya terganggu gara-gara terdampar di tempat ini.
"Masa aku harus jalan kaki lagi, pake aplikasi pak go go buat pesan ojek," perintah Alex.
"He he he he he he he, gak punya bos," jawab Beni menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Terus ponsel kamu isinya apa?" Kata Alex wajahnya semakin galak menahan kesal.
"Cuma nomor bos sama relasi kita saja," jawab Beni dengan polos.
Alex hanya menepuk keningnya merasa pusing.
"Besok-besok tuh ponsel isi aplikasi makanan, sama ojek biar berguna sekalian belanja online biar mamak kamu bisa belanja tampa harus capek-capek tinggal pencet ponsel saja," kata Alex kesal.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments