BAB 3 Dalam Pengawasan

Sesampainya di kantor, Naya masih berjalan santai menuju ruangannya tanpa ia sadari sudah ada sosok yang berdiri di ambang pintu ruangan.

"Anda!" Naya terkejut dengan kehadiran Nathan

"Agita Naya Prawira ? Seorang sekretaris direktur utama yang terkenal dengan workaholic dan tidak pernah ditemukan masalah sedikitpun akan hasil kerjanya?" Ungkap Nathan dengan tatapan penuh arti.

"Jika benar, kenapa?." Naya sedikit membanggakan diri dengan berbalik menatap Nathan.

"Mulai sekarang simpan nomor saya!" Pinta Nathan dengan mata melotot

"What?" Naya antara setengah percaya, dari dulu pimpinannya tidak pernah berkata kasar bahkan meminta sesuatu pun dengan penuh kelembutan. Berbeda drastis dengan Nathan ahli waris dari Alexander Group.

"Dengar ya Naya, mulai sekarang anda akan selalu berada dalam pengawasan saya! Saya ingin membuktikan apa yang dikatakan ayah saya." Nathan mengancungkan jari telunjuk tepat di depan wajah Naya.

Naya yang masih tidak percaya akan hal itu, membuatnya cukup kesal. Sedari tadi ia mencoba bersabar dengan menjaga kepalan tangan tidak sampai mendarat ke wajah tampan CEO yang baru.

Hari ini sudah banyak kejadian yang di luar prediksi Naya, seakan kesabaran sedang di uji. Dari yang bertabrakan dengan Nathan, terkunci di toilet sampai dapat panggilan dari nomor yang tidak kenal padahal Nathan lah orangnya. Sepertinya kehidupan Naya akan mulai penuh cerita mulai hari ini.

***

"Naya." Panggil seseorang dari belakang

"Iya." Jawab Naya singkat

"Nay.." Bisik seseorang dari belakang

"Iya, siapa?" Naya saat itu tidak bisa berbalik ke belakang, seperti ada penghalang yang menghalanginya.

"Naya, kamu sangat cantik." Puji seseorang itu

"emm.. benarkah?" Tanya Naya penasaran

"Iya benar, bolehkah aku mencium kamu? Rambut mu benar- benar wangi Naya." Goda seseorang itu

"Hah? aku takut, aku belum pernah soalnya." Jawab Naya dengan penuh keraguan.

"Naya, ayolah! Sekali saja, ijin kan aku jadi yang pertama mencium mu." Pintanya lagi

"aku, takut."

"Naya,, please yah.."

"Baiklah.." Naya menyetujuinya

"Kamu terlalu jauh Nay, cobalah berbalik ke belakang." Ujar laki- laki itu

"Aku gak bisa berbalik, Karena ada penghalangnya. Bisakah kau singkirkan?."

Laki- laki itu pun mengiyakan permintaan Naya untuk menyingkirkan penghalang, yang menghalangi mereka untuk bersentuhan.

[Brukk...] Suara ada yang terjatuh

"Aaw,, ih.. sakit! Tuh kan Naya kamu mimpi lagi, kenapa si mimpi nya akhir- akhir ini jelek banget. Mana sakit lagi ini pinggang, Aaww! Ini dahi kenapa juga kepentok, biru pasti nih." Naya memaki dirinya sendiri, merasa begitu bodoh karena terbuai mimpi.

Naya pun terkejut ketika melihat jam sudah pukul tujuh pagi, baru kali ini ia terlambat bangun. Entah mungkin karena pekerjaan dan jadwal yang terlalu padat membuatnya lelah.

"Mati lah aku!." Naya pun segera bersiap berangkat kerja setelah semua dipastikan sudah beres dan tertata rapi meja riasnya.

"Kunci mobil, kamu dimana?" Sudah menjadi kebiasaan Naya berbicara sendiri.

"Astaga! Naya, gimana si? kan lagi di bengkel dari kemarin." Menepuk jidat

Waktu menunjukan sudah pukul 07.30 WIB Naya memutuskan untuk menunggu bis di halte yang memang tidak jauh dari tempat ia tinggal.

Ini lah keuntungan jika tinggal masih dipinggiran kota, setidaknya dalam mencari transportasi umum tidaklah sulit.

Hari ini ada jadwal meeting dengan klien dari luar kota, untuk membahas beberapa proyek yang rencana akan melibatkan perusahan Alexander Group. Jelas pertemuan pertama akan menjadi pertimbangan dengan macetnya, Naya tidak mempertimbangkan sebelumnya, akhirnya ia memutuskan untuk berganti memesan ojek online.

"Selamat pagi, dengan Bapak Ale?" Naya memastikan driver nya benar pesanannya.

"Pagi, dengan mba Naya?" Tanyanya balik

"Iya benar, sesuai aplikasi ya pak." Jawab Naya sebelum memakai helm.

"Tumben, drivernya wangi banget dan helm nya juga bersih." Gumam Naya dalam hati

"Kerja dimana mba?." Driver nya mencoba membuka obrolan

"Saya kerja di Alexander Group." Jelasnya

"Perusahaan yang keren itu mba, infonya karyawan yg kerja di sana hidupnya dijamin makmur dan sejahtera." Ucap driver nya penuh dengan semangat.

"Iya lumayan pak, bisa buat menyambung hidup. Tetapi apa pun pekerjaan kita dan berapapun penghasilannya, akan nikmat jika kita selalu mensyukurinya." Terpancar dari wajah Naya senyuman indah saat mengatakannya, hal itu terlihat dari kaca spion.

"Benar mba, oiya mba infonya di koran dan beberapa media pagi ini, kalau direkturnya sudah berganti ya. Ganteng lagi ya."

Naya merasa driver yang ia pesan kali ini sepertinya bukan orang biasa, dari obrolan di awal selalu antusias membahas perusahaan tempat Naya bekerja.

"Maaf pak, apa sebelumnya bapak pernah bekerja di Alexander Group?" Naya mencoba mengulik informasi

"Oh, em.. enggak lah mba, saya kan cuma ojek online mana bisa saya kerja disana. Jadi supir atau kurir disana saja minimal harus Diploma tiga, apa kabar saya wong cuma lulusan SMA saja mba." Jelasnya seakan merendah.

"Benar juga si, gak sembarang orang bisa masuk ke perusahaan Alexander Group, sebelumnya juga aku harus berjuang melamar tiga kali baru dapat diterima." Gumam Naya dengan suara kecil namun terdengar oleh drivernya.

Terlihat dari kaca spion, bibir Naya berbicara pelan namun tanpa disadari driver ojek online Naya memperhatikan dari kaca spion yang tentu membuatnya tersenyum karena merasa lucu.

"Mba, emang biasanya berangkat jam segini?" Tanya driver penasaran

"Hehe, gak pak. Biasa jam segini sudah di kantor udh sibuk malah, cuma tadi kesiangan." Naya nampak malu

"Mba nya sudah menikah kah?." [Sial kenapa pertanyaan ini keluar juga dari bapak driver ini] pikir nanya dan hanya bisa menjawab dengan kata belum.

Butuh 15 menit perjalanan menuju kantor. Akhirnya Naya pun tiba, dengan langkah terburu- buru ia tidak sadar ada sesuatu yang aneh.

"Naya ?." Panggil Laura dengan wajah heran

"Susstt, jangan keras - keras, aku kesiangan. Gimana mba Dena nanyain aku pasti ya?." Naya mengajak Laura untuk mencari tempat yang sedikit sepi dari lalu lalang orang.

"Nay, ini kenapa kamu pakai helm sampai dalam kantor si?." Laura mengetuk helm yang dikenakan Naya.

"Oh MG! Ini gimana dong, terus gimana dengan ojek onlinenya,?."

Naya lupa ketika sampai dan turun dari motor tidak melepas helmnya. Dan anehnya drivernya tidak memanggil. Mungkin juga sama- sama lupa

"Aduh Nay, gimana dengan bapak drivernya kalau ada penumpang gak ada helm dong?." Laura ikut memikirkan nasib dari driver yang bernama Ale.

"Ya sudah lah, nanti kalau ketemu lagi aku balikin ini helm. Untung wangi jadi aku simpan pun gak masalah." Naya tersenyum dan meninggalkan Laura.

"Nay, jangan lupa nanti ke ruangan mba Dena pukul 10.00 Wib." Teriak Laura yang entah terdengar Naya apa tidak.

***

Sesampainya di ruangan Naya shock karena tidak ada meja, kursi bahkan satu lembar kertas pun tersimpan diruangan nya.

"Chandra, ini meja saya dan berkas- berkas saya kemana?." Naya bingung

"Maaf mba Nay, saya hanya mengikuti perintah dari Pak Bram. Semalam saya dihubungi untuk segera memindahkan semua barang- barang mba Naya ke ruang Pak Nathan." Jelas Chandra office boy kepercayaan Naya di kantor

"Apa?" Naya mengepalkan tangan, seakan kali ini akan tepat mendarat di wajah pimpinan yang baru.

Naya langsung bergegas menuju ruangan CEO baru, yang berada di lantai 12. Lantai paling atas dan tidak semua orang bisa keluar masuk melewati lantai itu.

[Suara ketukan pintu]

"Naya ?" Sebut Pak Bramantyo yang ternyata berada di ruangan Nathan

"Selamat pagi Pak." Sapa Naya dengan tesenyum, padahal dalam hati kesal karena tanpa ada informasi sebelumnya meja kerjanya di pindah.

"Nay, saya pikir kamu datang lebih awal ternyata saya duluan." Sindir Nathan pada Naya

"Maaf pak, tadi ada urusan mendadak." Alasan Naya agar Nathan mencoba memaklumi.

"Pa, ini sekretaris andalan papa selama ini? Gimana dong, hari pertama kerja dengan saya saja dia telat." Nathan mengadu pada Pak Bramantyo

"Sudah - sudah, oh iya saya kesini ingin kalian berdiskusi terkait proposal dari Pak Dodit kemarin, saya sudah pelajari sebenarnya gak masalah hanya tinggal di poles sedikit udah oke." Pak Bramantyo mencoba mengalihkan pembicaraan untuk melerai perdebatan antara Naya dan Nathan.

"Bukankah, itu akan mengeluarkan banyak biaya? Nathan tidak setuju!." Nathan yang awalnya berdiri depan Naya kini kembali duduk di bangku mejanya.

"Makanya kali ini kamu coba koordinasi dengan Marketing lagi, libatkan Naya juga karena ia jago kalau masalah kegiatan- kegiatan yang diselenggarakan kantor." Ujar laki- laki paruh baya itu.

"Pak Bramantyo yang saya hormati, saya jujur tidak yakin dengan kemampuan sekretaris baru saya ini. Datang ke kantor saja terlambat, meeting kemarin pun sama." Cibir Nathan

Naya merasa sedikit terpukul dengan kata- kata Nathan yang selalu saja membuatnya mengelus dada, tetapi bukan Naya kalau hanya menerima kekalahan karena omongan semata.

"Maaf pak Bram, bukan maksud saya menolak. Hanya saja mungkin saya bukan level atau kriteria yang bisa menjadi sekretaris pak Nathan, jadi ijinkan saya untuk menarik diri tidak terlibat dalam hal apapun dengan pak Nathan." Naya melirik Nathan yang sedari tadi ingin rasanya mengajak adu panco.

"Memang gak salah keputusan saya buat mindahin meja kamu ke sini Nay,

Biar kalian tidak ada alasan untuk bertengkar."

Nathan dan Naya beradu pandang, mendengar penjelasan dari pak Bramantyo, bekerja dalam satu ruang ibaratnya seperti masuk dalam kandang serigala. Mereka berdua tidak bisa menolak jika semua sudah diputuskan oleh laki- laki paruh baya itu.

***

Episodes
1 BAB 1 Ulang Tahun
2 BAB 2. Nomor Tidak di Kenal
3 BAB 3 Dalam Pengawasan
4 BAB 4 Memalukan
5 BAB 5 Panggilan Darurat
6 BAB 6 Rumput Tetangga Lebih Hijau
7 BAB 7 Terdiam
8 BAB 8 Balas Dendam
9 BAB 9 Sulit Bernapas
10 BAB 10 Jangan Memaksa
11 BAB 11 Sahabat Terbaik
12 BAB 12 Membuahkan Hasil
13 BAB 13 Flashback - 1
14 BAB 14 di Luar Dugaan
15 BAB 15 Flashback-2
16 BAb 16 Survey Lokasi Baksos
17 BAB 17 Hujan Pengukir Kenangan Terbaik
18 BAB 18 Genggam Erat Tanganku
19 BAB 19 Dilarang Ikut
20 BAB 20 Ramalan Oma
21 BAB 21 Hati - Hati dengan Bos Kepo
22 BAB 22 Siasat CEO
23 BAB 23 Mengembalikan Mood CEO
24 BAB 24 Hendak di Jodohkan ?
25 BAB 25 Tidak ada salahnya mencoba
26 BAB 26 Angin datang bawa kabar
27 BAB 27 Kapan Nikah?
28 BAB 28 Pria yang di jodohkan
29 BAB 29 Pelampiasan
30 BAB 30 Pertemuan
31 BAB 31 Pelan - Pelan Saja
32 BAB 32 Cemburu
33 BAB 33 Perdebatan
34 BAB 34 Jaga dia baik - baik
35 BAB 35 Harapan Samuel
36 BAB 36 Tawaran jadi menantu
37 BAB 37 Merasa tidak pantas
38 BAB 38 Rindu yang terobati
39 BAB 39 Terpatahkan !
40 Bab 40 Keinginan yang tersembunyi
41 BAB 41 Gara - gara Balon
42 BAB 42 Ayo Nikah
43 BAB 43 Rawat Inap
44 BAB 44 Pesaing Baru
45 BAB 45 Semakin Panas
46 BAB 46 Kembali ke Rumah Nathan
47 BAB 47 Haruskah melawan takdir
48 BAB 48 Nathan Gemas
49 BAB 49 Nonton di Bioskop
50 BAB 50 Suapin
51 BAB 51 Calon Istri
52 BAB 52 Siapa dia?
53 BAB 53 Apa Maksudnya
54 BAB 54 Berniat Menunda Pernikahan
55 BAB 55 Jangan Munafik
56 BAB 56 Karma
57 BAB 57 Ngajak Ribut
58 BAB 58 Datangnya orang dari masa lalu
59 BAB 59. Mie Rebus
60 BAB 60 Sehangat kopi
61 BAB 61 Selesaikan dahulu masa lalu
62 Bab 62 Pelukan seorang Ibu CEO
63 BAB 63 Pedih jika mengingat itu
64 BAB 64 Jengkol samping kantor
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Ulang Tahun
2
BAB 2. Nomor Tidak di Kenal
3
BAB 3 Dalam Pengawasan
4
BAB 4 Memalukan
5
BAB 5 Panggilan Darurat
6
BAB 6 Rumput Tetangga Lebih Hijau
7
BAB 7 Terdiam
8
BAB 8 Balas Dendam
9
BAB 9 Sulit Bernapas
10
BAB 10 Jangan Memaksa
11
BAB 11 Sahabat Terbaik
12
BAB 12 Membuahkan Hasil
13
BAB 13 Flashback - 1
14
BAB 14 di Luar Dugaan
15
BAB 15 Flashback-2
16
BAb 16 Survey Lokasi Baksos
17
BAB 17 Hujan Pengukir Kenangan Terbaik
18
BAB 18 Genggam Erat Tanganku
19
BAB 19 Dilarang Ikut
20
BAB 20 Ramalan Oma
21
BAB 21 Hati - Hati dengan Bos Kepo
22
BAB 22 Siasat CEO
23
BAB 23 Mengembalikan Mood CEO
24
BAB 24 Hendak di Jodohkan ?
25
BAB 25 Tidak ada salahnya mencoba
26
BAB 26 Angin datang bawa kabar
27
BAB 27 Kapan Nikah?
28
BAB 28 Pria yang di jodohkan
29
BAB 29 Pelampiasan
30
BAB 30 Pertemuan
31
BAB 31 Pelan - Pelan Saja
32
BAB 32 Cemburu
33
BAB 33 Perdebatan
34
BAB 34 Jaga dia baik - baik
35
BAB 35 Harapan Samuel
36
BAB 36 Tawaran jadi menantu
37
BAB 37 Merasa tidak pantas
38
BAB 38 Rindu yang terobati
39
BAB 39 Terpatahkan !
40
Bab 40 Keinginan yang tersembunyi
41
BAB 41 Gara - gara Balon
42
BAB 42 Ayo Nikah
43
BAB 43 Rawat Inap
44
BAB 44 Pesaing Baru
45
BAB 45 Semakin Panas
46
BAB 46 Kembali ke Rumah Nathan
47
BAB 47 Haruskah melawan takdir
48
BAB 48 Nathan Gemas
49
BAB 49 Nonton di Bioskop
50
BAB 50 Suapin
51
BAB 51 Calon Istri
52
BAB 52 Siapa dia?
53
BAB 53 Apa Maksudnya
54
BAB 54 Berniat Menunda Pernikahan
55
BAB 55 Jangan Munafik
56
BAB 56 Karma
57
BAB 57 Ngajak Ribut
58
BAB 58 Datangnya orang dari masa lalu
59
BAB 59. Mie Rebus
60
BAB 60 Sehangat kopi
61
BAB 61 Selesaikan dahulu masa lalu
62
Bab 62 Pelukan seorang Ibu CEO
63
BAB 63 Pedih jika mengingat itu
64
BAB 64 Jengkol samping kantor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!