Reagan 4

Mata Bianca membelalak melihat ponsel kesayangannya bagaikan Oreo yang di celup-celupkan. “Reagan!” teriak Bianca dengan wajah memerah menahan amarah.

Reagan menghentikan kegiatannya lalu menatap Bianca dengan wajah tanpa berdosanya.

“Kembalikan ponselku,” pinta Bianca dengan nada kesalnya.

Reagan melemparkan ponsel Bianca ke samping tubuh Bianca. Ponsel tersebut melayang dengan kecepatan kilat di samping tubuh Bianca lalu mendarat sempurna di lantai.

Bianca bercap kesal. Ia melirik ponselnya yang ada di lantai tepat di belakang kursi tempat Sahira duduk. Keadaannya sudah tidak dapat tertolong, layar ponselnya retak cukup parah. Bahkan layarnya tampak menggelap.

Kalau tidak ingat di rumah Filio Bianca sangat ingin mengamuk. Ia segera menyusul Reagan yang pergi dari ruang makan.

Reagan masuk ke dalam kamarnya, saat ia hendak menutup pintu Bianca mendorong pintunya dan masuk ke dalam kamar Reagan.

Bianca berdiri tepat di hadapan Reagan. Nafasnya naik turun, ia sangat kesal pada Reagan. Tangan Bianca memukul dada Reagan dengan mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk meluapkan rasa kesal Bianca.

Reagan tidak suka dengan sikap Bianca. Ia menahan tangan Bianca, namun Bianca tetap memberontak. Dengan sengaja Reagan mendorong tubuh Bianca ke atas tempat tidur.

Bianca merasa terdorong, ia segera berpegang ke bahu Reagan. Tapi pria itu malah melemaskan tubuhnya dan kini mereka jatuh bersamaan dengan posisi Bianca yang ada di bawah Reagan.

“Aaaw,” pekik Bianca saat bibirnya tertabrak bibir Reagan.

Bianca hendak mendorong tubuh Reagan, namun dengan jarak yang cukup dekat Bianca dapat melihat mata jernih milik Reagan. Jantung Bianca rasanya tidak aman, berdebar cukup kencang.

Reagan menjauhkan wajahnya, ia melihat bibir Bianca yang mengeluarkan darah segar. Jemari Reagan menyeka darah tersebut dengan sangat perlahan oleh ibu jarinya. Tubuh Reagan bangkit, dan berdiri tegap menatap tubuh Bianca yang masih terbaring di atas tempat tidur.

Bianca bangkit dan duduk di pinggiran tempat tidur saat Reagan pergi begitu saja. Bianca meraba bibirnya yang bersentuhan dengan bibir Reagan. “Ciuman pertamaku,” lirih Bianca dengan perasaan sedihnya.

Kepala Bianca seolah memutar kejadian beberapa detik yang lalu saat ia bertatapan dengan Reagan. Entah mengapa membuat dada Bianca kembali berdebar cukup kencang di ikuti pipinya yang terasa memanas. “Astaga perasaan apa ini?” Batin Bianca.

“Bianca,” panggil Sahira.

Bianca menoleh ke arah pintu. “Tante,” sahut Bianca.

“Kenapa makanannya belum di sentuh, ayo makan bersama,” ajak Sahira.

Bianca mengangguk dan mengikuti langkah Sahira kembali ke ruang makan.

Langkah Sahira terhenti saat melihat sebuah ponsel tergeletak. Tangan Sahira mengambilnya. “Ponsel siapa ini?”

“Ponsel Bianca Tante, tadi jatuh.” Bianca tidak bisa menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada Sahira. Entah kenapa Bianca merasa kasihan jika harus mengadu kepada Sahira. Apalagi Bianca melihat wajah Sahira yang terlihat lelah.

Sahira memberikan ponselnya kepada Bianca. Bianca menerima ponsel miliknya dan memasukkannya ke dalam saku kemejanya sekolahnya.

Bianca dan Sahira menghabiskan makan siang makan mereka dengan obrolan ringan.

Selesai makan Bianca berpamitan. “Tante Bianca pulang dulu ya, takut Momy mencari. Bianca tidak bilang mau mampir soalnya.”

Reagan masuk ke ruang makan untuk mengambil minuman di lemari pendingin. Namun panggilan dari ibunya membuat Reagan terhenti. “Ada apa Bu?”

“Antarkan Bianca pulang ya,” ucap Sahira.

“Dia bisa pulang sendiri,” jawab Reagan enteng. Ia mengambil minuman dingin dan menenggaknya.

“Iya enggak perlu Tante,” jawab Bianca. “Yang ada nanti aku di turunkan di tengah jalan lagi,” sambung Bianca di dalam hatinya.

Sahira menyentuh pundak Reagan. “Antarkan Bianca ya,” ucap Sahira dengan nada lembutnya yang tidak akan pernah bisa Reagan tolak.

“Cepat,” ketus Reagan. Ia berjalan keluar dari ruang makan.

“Ayo,” ucap Sahira pada Bianca.

Sesungguhnya Bianca sangat ingin menolak apalagi perlakuan Reagan tadi sedikit membuatnya malas di antar Reagan. Tetapi Bianca menurut saja, dan berharap kejadian tadi tidak akan terulang.

Bianca di antar Sahira sampai depan, di sana Reagan sudah siap dengan motornya. Hanya saja kali ini Reagan tidak memakai helm.

“Hati-hati bawa motornya ya Reagan,” ujar Sahira.

“Iya,” jawab Reagan singkat.

“Bianca pulang dulu ya Tante, terima kasih makan siangnya.” Bianca tersenyum ke arah Sahira lalu naik ke atas motor Reagan.

Reagan mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Hanya butuh waktu lima menit, akhirnya sampai juga di depan gerbang rumah Bianca.

Bianca turun dari motor. “Terima kasih,” ucap Bianca.

Bianca cukup terkejut saat dagunya di tarik Reagan, dengan jarak yang cukup dekat dada Bianca kembali berdebar. Rambut Reagan yang terkena terpaan angin bergerak dengan samar, parfum Reagan tercium sampai ke hidung Bianca karena saking dekatnya jarak di antara mereka.

Terpopuler

Comments

Qillah julyan

Qillah julyan

ada apa ini??wah..jangan2..ahk biarin lah..masih tebak2an buah manggis😁

2023-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!