Reagan 3

Bianca membuka helm yang di pakaikan Reagan dan melemparkannya begitu saja ke jalanan. Bianca celingukan mencari kendaraan umum yang bisa membawanya pulang. Tapi tempatnya berdiri bukan jalanan besar yang di lewati banyak kendaraan, apalagi kini ponselnya di bawa Reagan. Bianca tidak bisa menelepon orang rumah untuk menjemputnya. Matahari cukup terik siang itu, Bianca tidak ingin kulit wajahnya terbakar. Ia mengeluarkan topi sekolahnya agar dapat menutupi wajahnya. “Tahu begini aku naik taksi aja. Dasar Reagan sialan, tidak tahu diri, aku sumpahin enggak ada cewek yang mau jadi pacar kamu!”

Dengan keras Bianca menendang-nendang kerikil yang ada di depannya, meluapkan emosinya yang kesal pada Reagan.

Sudah setengah jam berlalu, kaki Bianca pun rasanya sudah kebas berdiri terus menerus. Tapi tidak ada taksi atau mobil yang ia kenal melewat. “Apes banget punya saudara kayak Reagan,” lirih Bianca.

Bianca memilih duduk di trotoar karena kakinya sudah sangat pegal, lalu menyelonjorkan kakinya. Bianca merasa sudah seperti anak ayam yang kehilangan induknya. “Momm tolong aku,” gumam Bianca.

Filio menghentikan mobilnya saat melihat Bianca yang duduk di trotoar. Ia keluar dari mobil untuk melihat keadaan keponakannya. Wajah Bianca tampak berkeringat, dan tampak lesu. “Kamu sedang apa Bianca?”

Bianca sangat senang mendengar suara Filio. “Om Filioooo,” teriak Bianca kegirangan. Ia seperti mendapat malaikat yang akan menolongnya dari kesengsaraan ini.

Bianca bangkit dari duduknya, membersihkan roknya yang terkena debu jalanan. “Om mau pulang ke rumahkan? Bianca nebeng ya,” pinta Bianca.

Filio mengangguk, jarak rumahnya dengan rumah Fiona tidak terlalu jauh. “Ayo.”

Bianca masuk ke dalam mobil Filio, ia duduk di kursi samping kemudi.

“Itu helm kamu enggak di bawa?” tanya Filio sebelum menutup pintu mobilnya.

“Enggak perlu om, itu helem murahan ini. Udah rusak juga,” jawab Bianca enteng. Dia tidak tahu helm yang ia tinggalkan begitu saja harganya dua digit rupiah.

Filio menutup pintu mobilnya, dan mulai melajukan mobilnya. “Tidak di jemput sopir?” Tanya Filio penasaran. Ia merasa tidak mungkin Fiona membiarkan anak gadisnya sendirian di pinggir jalan.

“Tidak, sopirnya lagi antar ka Luisa. Terus Bianca di tawari nebeng sama Reagan. Tapi malah di kerjai, di turunkan di jalan. Mana ponsel Bianca juga di bawa Reagan lagi,” ucap Bianca. Mengeluarkan unek-uneknya. “Om Filio kenapa sih milih Reagan jadi anak om? Kayaknya dia enggak bisa di banggakan sama sekali, hari pertama masuk sekolah saja sudah bolos kelas dengan alasan sakit perut. Padahal hanya menumpang tidur di UKS.”

Filio hanya tersenyum menanggapi ucapan Bianca yang terdengar sangat menggebu-gebu.

“Kayaknya Reagan enggak pantas jadi anak om deh, menyusahkan saja. Sudah keluarkan saja dari kartu keluarga,” saran Bianca.

Filio melirik ke arah Bianca. “Om percayakan Reagan sama Bianca deh. Soalnya om sudah kehabisan rasa sabar buat hadapi tingkah Reagan.”

“Loh kok jadi Bianca?”

“Bukannya Bianca satu kelas ya sama Reagan?”

Kepala Bianca mengangguk. “Iya, om sengaja ya?”

Filio menggelengkan kepalanya. “Tidak, bahkan om baru dapat laporan kalau kalian satu kelas.”

“Bianca enggak mau ah jagain Reagan. Bikin repot Bianca yang ada,” ungkap Bianca sejujurnya.

Filio mengangguk setuju, anak itu memang susah di atur. Filio sudah ingin angkat tangan dalam mengurus anak itu. “Iya tidak apa-apa, kamu fokus belajar saja. Mau di antar ke rumah atau mampir dulu? Tante Sahira sudah menyiapkan makan siang.”

“Mampir dulu Om, Bianca mau ambil ponsel dulu.” Bianca tidak mungkin membiarkan ponselnya di bawa Reagan, ia tidak bisa satu jam saja tanpa ponsel. Akan sangat membosankan rasanya.

Filio memarkirkan mobilnya masuk ke dalam halaman rumah. Filio dan Bianca keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu utama. Di sana Sahira berdiri dengan senyuman untuk menyambut kedatangan suaminya.

“Tante Sahira,” sapa Bianca dengan senyuman manis di bibirnya.

Sahira melihat Bianca yang tampak ceria dan manis seperti biasanya. “Sudah lama ya enggak main ke mari.”

“Iya Tante, Bianca sibuk,” ucap Bianca beralasan dengan senyuman malu-malunya.

“Ayo masuk, makan siang bersama,” ajak Sahira.

Bianca berjalan mengikuti langkah Sahira yang menuju ruang makan.

Sementara Filio mengambil data penting yang ada di brankas miliknya. Lalu menyusul ke ruang makan.

Bianca duduk di salah satu kursi yang berdampingan dengan Sahira.

“Ayo makan,” ajak Sahira.

Bianca tidak pernah menampakkan wajah malu-malu jika pada saudara. Ia mengambil nasi serta beberapa lauk.

Sahira bangkit dari duduknya saat melihat Filio masuk ke ruang makan. Sahira mengambil tas bekal yang sudah ia siapkan. “Reagan ke mana?” Tanya Filio.

“Belum pulang,” jawab Sahira. Bianca yang hendak menikmati makanannya menengok ke samping.

“Ada apa?” Jawab Reagan yang baru saja masuk ke ruang makan. Ia duduk di hadapan Bianca.

Filio tidak ingin ambil pusing atas tindakan Reagan di hari pertama sekolahnya. “Aku kembali ke kantor ya,” pamit Filio.

“Aku akan mengantarmu sampai depan,” usul Sahira.

Bianca menatap kepergian orang tua Reagan segera menatap Reagan dengan tatapan kesalnya. “Reagan berengsek, kembalikan ponselku,” ucap Bianca dengan suara kesalnya.

Reagan menuangkan air mineral ke dalam gelas miliknya hingga terisi penuh. Lalu tangannya merogoh ke dalam sakunya. Ia mengeluarkan ponsel milik Bianca. Bukan memberikannya pada sang pemilik, tangan Reagan dengan santainya mencelup-celupkan ponsel Bianca ke dalam gelas yang berisi air seolah sedang mencelupkan benda tidak berharga.

Terpopuler

Comments

Qillah julyan

Qillah julyan

nyebelin banget si reagan ini hadeuh..sabar..sabar

2023-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!