Kerja Bakti

Hari Jum'at pagi para siswa siswi SMAN Pertiwi mengenakan seragam olahraga raga, bukan karena akan berolah raga. Tapi mereka ada misi yang harus di selesaikan, yaitu membersihkan area Sekolah juga lapangan dari ilalang dan rumput liar.

Semua murid sudah siap dengan sabit/arit di tangan masing-masing, bagi siswa yang rumahnya dekat dengan Sekolahan mereka membawa cangkul guna membuat aliran air dari beberapa sisi bangunan gedung sekolah menuju sawah yg berada di belakang bangunan kantor Guru.

"Apakah gue sudah layak jadi petani sungguhan?" tanya Tata pada Devi, sambil membabat rumput yg ada di hadapannya.

"Hem... lalu apakah cita-cita Lo berubah menjadi juragan rumput?" timpal Devi, kembali bertanya.

"Gue masih gak tau cita-cita gue apa?" keluh Tata putus asa.

"Gue juga gak ada keinginan untuk menjadi sesuatu ataupun seseorang yang sukses." ujar Tata apa adanya.

Dia cukup sadar diri, selain otaknya yang pas-pasan dan minimalis, keuangan sang Nenek juga tidak mendukung untuk Tata melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

"Jadilah apapun yang bikin hidup Lo happy." ucap Devi dengan bijak.

"He'em gue paham. Biarkan saja semua mengalir apa adanya, untuk saat ini gue mau nikmati masa-masa Sekolah, belajar, bermain dan ketawa haha..hihii.." ungkap Tata dengan riang. Gadis itu memang selalu ceria dan apa adanya, tidak pernah menargetkan apapun dalam hidupnya, flat saja keseharian nya, melakukan aktivitas yang sama.

Setelah selesai membabat rumput di area Sekolahan, kini semua menuju lapangan sepak bola. Lapangan dengan luas satu hektar itu penuh dengan ilalang dan rumput jarum yang senantiasa menempel pada celana juga kaos kaki para siswa.

Jarum jam menunjukkan pukul 10.15 matahari sudah terasa terik, padahal masih terhitung pagi, mungkin karena sudah memasuki musim kemarau. Namun para siswa siswi SMAN Pertiwi masih semangat bekerja bakti.

Apalagi tujuan mereka membersihkan lapangan untuk latihan Pramuka dan baris-berbaris yang akan di ikuti oleh siswa siswi kelas 10 dan 11.

Ketika sudah setengah jalan, sebagian dari mereka ada yang menyapu, dan mengumpulkan rerumputan itu untuk di bakar. Jika semua di kerjakan bersama-sama tentu akan lebih ringan dan terasa menyenangkan.

"Hufff..... capeknya." keluh Tata sembari mengusap keringat di keningnya.

"Iya yah....Gue gak nyangka kita bisa membabat hampir separuhnya." ungkap Yuli teman sekelas Tata.

"Iya, untung yang sebelah sana jatah anak SMP." sahut Tata membenarkan ungkapan Yuli.

Dari kejauhan Riko berjalan menghampiri Tata dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Nih.. Queen" ucap Riko sambil mengulurkan sebotol air mineral tersebut.

"Yah..kok nggak es jas jus sih Rik," protes Tata, yang tidak tahu terima kasih.

"Gak mau ya udah," menarik kembali tangannya.

"Yahhh dia ngambek." dengan cepat Tata menyambar sebotol air dari tangan Riko.

"Rik, Lo gak sekalian bawain yang lain minuman? gak cuma Tata kali yang haus, gini-gini gue keluar tenaga keringat pun bercucuran deras." ucap Yuli mendramatisir ucapan nya

"Bentar lagi Rifan datang bawain minum, tadi lagi beli sama Pak Fahri." jawab Riko seadanya.

Lalu pergi menjauh bergabung dengan kelompok para siswa.

"Si Riko care banget sih sama Lo, Ta" ucap Yuli.

"Atau emang Riko ada rasa sama Lo?" tanya Yuli pada Tata.

"Tentu saja ada rasa, gue juga ada rasa sama Riko. Dan gue sayang banget sama dia juga Andi." jawab Tata tanpa ada yang di tutupi.

"Ish....bukan gitu maksudnya," kesal Yuli pada Tata.

"Maksudnya gue semacam rasa cinta gitu lho, first love, first love." ucap Yuli semangat.

"Mana ada kayak gitu." jawab Tata singkat.

Tak lama Rifan datang dengan satu dus air mineral gelasan. Lalu meletakkan nya di antara kumpulan para siswi yang tengah beristirahat.

" Nanti kalo apinya sudah padam, kelas 10 dan 11 kumpul di halaman sekolah ya," pesan sang ketu OSIS pada teman-temannya.

"kok di jemur lagi sih Fan," protes Susi, mengingat sudah pukul 11.15 bisa di bayangkan betapa teriknya matahari.

"Bentar saja kok, ini pesan Pak Fahri." jawab Rifan menenangkan kaum hawa.

meskipun mayoritas anak petani dan tinggal di pedalaman, para gadis tentu saj menjaga kulit wajahnya agar tidak terlalu menghitam.

Setelah memastikan api pembakaran rumput di lapangan telan benar-benar padam, mereka kembali ke halaman sekolah.

"Baiklah anak-anak Terimakasih atas kerja sama kalian, yg dengan penuh semangat meskipun lelah juga gatal-gatal karena berperang dengan ilalang." ucap pak Fahri, beliau adalah Guru olahraga.

"Apa ada yang terluka? kena sabit atau cangkul?" tanya pak Fahri pada anak didiknya.

"Tidak pak...amannn..." sahut para murid kompak.

"Bagus, sekarang yang mau ikut Pramuka silahkan membuat Regu, dan Rifan pastikan di kelas mu ada Regu inti, satu Regu inti cowok, dan satu regu inti cewek." pesan pak Fahri pada sang ketua OSIS.

"Apa harus ikut semua satu kelas pak?" tanya Rifan pada Guru nya.

"Tidak harus, dan tidak ada paksaan, jika memang kurang anggota bisa mengambil dari kelas 10 untuk di jadikan sebuah Regu." jelas pak Fahri.

"Siap pak." jawab Rifan mengerti arahan sang Guru.

"Ya sudah kembali ke kelas masing-masing untuk mendata siapa saja yang ikut Pramuka (kemping)" ucap pak Fahri membubarkan barisan.

Setelah masuk dalam kelas, para siswa siswi sibuk membuat Regu.

"Linda, udah dapet berapa orang?" tanya Tata pada Linda, dia adalah bendahara kelas.

"Baru, gue, Siti, Lia, Anita, Ratih, Ratna, Desi, Komang, dan Tika. Kurang empat lagi nih." jawab Linda.

"Gue juga dong, Devi Fitri juga Yuli." kata Tata mengajukan diri juga mendaftarkan temannya.

"Oke." jawab Linda sambil mengangkat jempol tangannya. Lalu mencatat nama-nama teman yang bergabung dalam Regu nya.

"Nanti pulang meeting dulu di rumah gue yah." pesan Linda pada kelompok Regu nya.

"Aman deh, aman... sipp.." jawab mereka kompak.

Meja sebelah pun tak kalah heboh, Jaka sedang mencatat nama-nama teman yang bergabung dengan kelompok Regu nya.

"Jadi udah berapa orang?" tanya Rifan pada Jaka.

"Gue, Rifan, Andi, Riko, Roni, Yudi, Agus, Deni, Hendri, Eko, Rudi" jawab Jaka

"kurang dua dech." sambung Jaka.

"Atau memang mau sebelas orang ajah?" tanya Jaka pada Rifan.

"Bolehlah biar gak terlalu ribet." jawab Rifan seadanya.

"Tapi Regu Linda 13 orang, masa kita yang cowok cuma 11 orang." kata Jaka.

"Emang dikelas udah gak ada yang mau ikut kemping lagi?" tanya Rifan.

"Kagak, mereka mau bersantai ria dirumah"

jawab Jaka asal.

"Gue ke kelas 10 dulu deh." kata Rifan, ia berjalan menuju kelas sebelah mencari anggota baru.

Tak lama Rifan datang dengan dua siswa yang mengikutinya di belakang.

"Jak, mereka gabung di Regu kita, Gede Wardana dan Kadek Arye." ucap Rifan pada Jaka.

" Gak apa-apa kan mereka gabung?"

pasalnya Gede dan Kadek itu orang Hindu Bali (Nonis).

wilayah ini adalah wilayah transmigrasi jadi ada banyak suku juga agama, namun kebanyakan suku Sunda, Jawa, dan Bali.

Jadi otomatis disitu juga ada agama Islam, Hindu, Kristen, namun semua hidup rukun saling menghormati dan menghargai. Di sekolah bahkan teman sekelas ada beberapa yang Hindu dan Kristen.

Dan semua belajar bersama dan saling melengkapi. Sekali lagi disini tidak ada pembullyan apalagi penindasan.

"Ya gak papa dong, kita kan mau kemping, bukan mau pesantren kilat hahaha..." jawab Jaka tertawa.

"Bagus kalo udah lengkap, minggu pagi pada datang ke rumah gue ya... kita meeting." pesan Rifan pada seluruh kelompok Regu nya.

"Gaya Lo meeting," sahut Roni.

"Fan, kalo cuma meeting kayaknya kejauhan deh, tapi kalo sekalian cari bahan ya gak apa-apa." usul Riko, bukan apa-apa rumah Rifan lumayan jauh, dari Sekolahan kurang lebih 35 menit. Kalo Riko dan Andi kerumahnya berarti butuh waktu tempuh satu jam perjalanan, dan melewati sedikit kebun tebu.

"Ya udah sekalian cari kayu dan bambunya, jadi kita diskusi dulu lalu cari bahan nya." ujar Rifan.

"Nah oke tuh sekali jalan." timpal Rudi yang rumahnya juga jauh.

(Jadi kemping disini menggunakan kayu bambu dan terpal untuk tenda nya, tidak ada tenda yang langsung jadi, semuanya manual dan harus di persiapkan dari awal, mendirikan tenda membuat pagar mini dari bambu, tongkat, semuanya harus di rancang dan di kerjakan oleh semua anggota Regu.)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!